Bab 5

327 52 6
                                    

***


"Yang, matamu kok aneh?"

"Masa sih?"

"Iya, kaya ada percikan cinta untukku." balas Nio cengengesan. Mereka baru saja memarkirkan sepeda di parkiran. Berjalan menaiki tangga dimana kelasnya berada.

"Dih bisa ae pagi-pagi ngegombal." Amara mendorong Nio pelan. Tak sedikit siswa yang diam-diam memperhatikan interaksi sepasang kekasih yang saling melempar candaan di koridor. Sudah seperti dunia miliki berdua yang lain pada ngungsi ke planet Mars.

"Aku duluan ya, Yang," ucap Nio mengurangi laju kaki. Beberapa langkah lagi sampai di kelasnya.

"Siapp." jawab Amara berlalu setelah melihat Nio masuk ke kelas bertulis XI IPS 2.

Amara menghela napas saat menginjakkan kaki di lantai kelas XI IPS 1. Mengamati teman perempuannya duduk bergerombol sambil tertawa bersama. Amara iri, mereka bisa berbaur dengan mudah. Sementara dirinya, sudah tahun kedua dia sekolah di sini tapi tidak ada yang mengajaknya berteman apalagi berkenalan.

Terkadang Amara juga ingin menghabiskan waktu bersama teman perempuannya. Mampir ke cafe, berburu make-up atau jalan-jalan ke tempat wisata.

Setelah mendudukkan dirinya di kursi nomor dua dari depan barisan tengah, gadis itu mengeluarkan ponsel berlogo Apple dari saku seragam. Berselancar di sosial media, menghalau rasa bosan.

Tidak lama dari itu denting bel tanda pelajaran pertama dimulai berbunyi ke seluruh penjuru sekolah. Amara menaruh ponsel itu ke dalam laci ketika guru Sejarah Indonesia masuk dalam kelasnya.

•••

"Mar, dulu lo pakai susuk jenis apa sih sampe Nio kepincut sama modelan kek lo gini?" tanya Jenny- teman sebangkunya. Amara yang sedang khitmat merias wajah sempitnya itu sontak menoleh. Memberi tatapan sinis pada gadis yang duduk di sampingnya. "Iri, bilang bos!" ketus Amara kembali pada aktifitas awal.

"Yaelah nanya gitu doang langsung kena semprot." protesnya berdiri dari bangku. Sebelum keluar dari kelas, Jenny kembali melayangkan kalimat, "Nggak asik lo, Mar." Amara yang dengar langsung melempar buku tulis ke arahnya. "Pergi sono, ganggu amat!" tuturnya dengan muka tak bersahabat.

Dia Jenny–salah satu cewek yang mau, ah sebenarnya terpaksa duduk bersama Amara. Karena hanya kursi itu yang tersisa. Tidak dekat juga, bahkan Amara tidak punya kontak Jenny. Sebatas teman sebangku, mungkin?

"Sayanggggg....." Di depan kelas Amara, cowok bertubuh lumayan tinggi, 171 cm lumayan kan?  Berdiri sambil menatap Amara yang masih bersolek.

Gadis itu mengalihkan tatapan pada Nio. "Ke kantin yuk.." ajak Nio masuk ke kelasnya tanpa permisi. Lagian sudah bel istirahat dan kelas Amara sepi tak bermanusia.

"Males." tolak Amara. Mood-nya sedang ambruk hari ini. Tepatnya setelah tadi pagi melihat teman-teman perempuannya ketawa-ketiwi di dalam kelas. Rasa sepi itu lagi-lagi menyelimuti dirinya. Rasa ingin berteman, berbagi cerita selain dengan pacarnya.

"Ada yang ganggu kamu?" tanya Nio menyangga dagunya dengan sebelah tangan.

"Enggak."

"Terus?"

"Katanya mau ke kantin, yaudah ayok." Meskipun mood-nya tidak bagus tapi dia juga masih memikirkan nasib Nio kalau dia tidak mau diajak ke kantin. Cowok itu ikut tidak makan. Sama saja Amara menelantarkan anak orang.

•••

"Eh ibu negara!" sapa Jaka melihat Amara dan Nio berjalan ke arahnya dan bergabung dengan mereka.

"Eh sarden ABC! Lo apain bidadari gue sampe mukanya suram kaya masa depan Lo?" tanya Jaka melihat Amara sejak duduk di sini tampak murung.

"Pms ya, Mar?" tanya Bintang to the point.

Amara menggeleng lalu tersenyum kecil. Setidaknya teman-teman Nio mau berkawan dengannya. Ya, walaupun mereka kadang rada resek sih.

"Jangan ganggu pacarku gue!" Posesif Nio merangkul gadis yang duduk di sampingnya.

"Alay bangett sumpahhh!" bantah Jaka pura-pura jijik.

"Makin lama kadar bucin Lo tidak terhingga ya.." Bintang geleng-geleng kepala dengan tingkah Nio.

Sementara Delon diam menyimak. Sesekali menatap raut muka Amara yang tentu saja bisa dia tebak. "Mau gue kenalin ke pacar gue, Mar?" tawar Delon. Nah, benarkan dalam masalah perempuan dia memang lebih ahli dan peka.

"Nggak usah, Del." Sungkan Amara.

"Kebetulan pacar gue juga temennya dikit, mungkin kalian bakal cocok kalau temenan." ucap Delon lagi.

"Lo cenayang ya?" tanya Jaka cengo. Delon bisa menebak isi pikiran Amara cukup melihat ekspresi Amara.

"Bukan cenayang ogeb...tapi berpengalaman." koreksi Bintang.

"Kamu ada masalah, Yang?" Kini Nio yang berganti tanya.

"Pacar Lo pengen punya teman dekat cewek." kata Delon yang sontak membuat tiga cowok itu terkejut. Termasuk Amara.






TO BE CONTINUE.......

.

.

.

.

Aku tiap hari update, kamu yang baca jangan lupa vote yaa, kalau bisa kasih komen 'next'  'lanjutttt' udah bikin aku jungkat-jungkit kok. Mudah kan? Lagian ngasih vote nggak sampe satu menit.

Itung-itung nyari pahala dengan bikin anak orang bahagia. Serius deh kalau ada yg vote ceritaku terus aku langsung berdoa semoga kalian sehat selalu dan dimudahkan dalam segala urusan sama Allah...

 Serius deh kalau ada yg vote ceritaku terus aku langsung berdoa semoga kalian sehat selalu dan dimudahkan dalam segala urusan sama Allah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Antara aku dan rasa sepi yang menyelimuti diri ini, sering kali seperti itu. 
-Amara Raquella-

SPAM KOMEN KALAU MAU UPDATE CEPET. JANGAN JADI SIDERS YA KARENA ITU BIKIN HATI AKU SAKIT😭😭😭😭

BOLEH KOK VOTE DULU PAS AKU UPDATE TERUS BACANYA NANTI ATAU BESOK....

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang