Bab 12

220 37 0
                                    

***


"Mau jadi preman sekolah?"

Deg!

Detak jantung Amara bergemuruh hebat saat dia berbalik. Seketika tubuhnya membeku di tempat. Bibir Amara komat-kamit berdoa ini hanyalah mimpi buruk di siang hari.

Sosok itu mengayunkan tongkat baseball sembari menatap tajam ke arahnya. Melongokkan pandangan mengintip seseorang yang berdiri tak jauh dari Amara. Orang itu tak kalah kaget. Bahkan dia kaget luar biasa.

Rooftop sekolah sangat jarang dijarah guru piket. Tapi lihatlah, Pak Mamen berdiri kokoh dan mata tajamnya membuat nyali Iren menciut.

"Amara!"

"Iren!"

"Ikut saya ke BK!"

Perintahnya sangat tegas. Dua siswi itu hanya bisa mengangguk dan mengekori gurunya ke ruang BK. Double sial! Ketika mereka melewati lapangan bersamaan dengan bel istirahat kedua berbunyi.

Berbondong-bondong siswa melihat Amara dan Iren diseret ke ruang BK, sudah dipastikan mereka tengah tersandung masalah.

•••

Brakk

Suara meja di pukul dengan kayu rotan membuat dua siswi itu ketakutan luar biasa. Pasang mata Iren dan Amara menunduk dalam, tak berani menatap orang yang duduk di hadapannya.

"Kalian ini! Mau jadi brandalan sekolah?!"

"Enggak, Pak." Iren mengumpulkan keberanian membalas pertanyaan nyolot Pak Mamen.

"Kamu Iren! Yang nyuruh baju seragamnya di gulung ke atas siapa?" Pak Mamen menunjuk-nunjuk baju seragam Iren yang digulung ke atas nampak seperti preman sekolah. Menunjuk seragamnya dengan kayu rotan.

"Sekarang beritahu saya alasan kalian ribut di rooftop saat jam pelajaran!"

Amara dan Iren bungkam. Tidak mungkin menjawab karena Nio. Bisa-bisa cowok itu ikut terseret. Tidak-tidak! Jangan sampai Nio berada dalam masalah karena mereka.

Spontan Amara dan Iren menggelengkan kepala membuat Pak Mamen mengerutkan kening terheran-heran dengan kekompakan dua siswinya.

"Ngaku atau saya hukum!"

"Hukum aja Pak!" Kompak Iren dan Amara mengangkat kepalanya. Mereka saling menoleh lalu membuang wajah secepat mungkin. Iyuhh!

"Oh, rupanya kalian lebih baik di hukum daripada jujur?"

"B-bukan itu Pak." Amara terbata-bata menatap Pak Mamen melotot ke arahnya.

"Baiklah jika tidak ingin memberitahu. Saya bisa mencari tahu sendiri," ucap Pak Mamen meletakkan kayu rotan itu di atas meja. Seketika Amara dan Iren menghela napas lega.

Belum sepenuhnya tenang karena Pak Mamen masih ingin mencaritahu penyebab mereka ribut di rooftop.

"Lari lapangan sepuluh kali putaran, sekarang!" perintahnya tanpa rasa ampun.

"T-tapi Pak-"

"Melawan, saya tambah jadi dua kali lipat!"

Amara dan Iren langsung lari terbirit-birit dari BK setelah pamit undur diri. Ketakutan, jelas! Mana ada siswa yang santai-santai saja saat di ancam lari dua puluh kali di lapangan yang sangat luas.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Hahahaha.." tawa seisi sekolah menguar ke seluruh penjuru sekolah. Menyaksikan dua siswi yang akhir-akhir ini sering jadi trending topik di grub sekolahnya lari di bawah teriknya matahari.

"Biasanya cowok yang bermasalah. Lah ini cewek," ujar seorang siswi dari lantai tiga, terkekeh geli. Jika kalian pikir tadi pagi mereka membela Iren karena ada di pihak perempuan itu, maka salah besar. Siswa di sini hanya mendukung orang yang lebih kuat. Teman sejati tidak ada dalam prinsip berkawan di sini. Anggap saja musiman!

Di lapangan Amara dan Iren benar-benar malu dilihat seisi sekolah. Uh rasanya ingin tenggelam saja ke Palung Mariana setelah ini.

"Eh! Itu istri lo!" seru Jaka menunjuk Amara yang berlari di lapangan. Dapat dilihat napas gadis itu tersengal-sengal bersama keringat yang menitik dari dahinya.

Nio tersenyum tipis menanggapi seruan Jaka. Matanya kembali menatap Amara yang tak berani mengalihkan pandangan ke sekitar.

•••

Segar bagai mandi di telaga setelah Amara membahasi tenggorokannya dengan soft drink yang dia beli di kantin. Setelah melaksanakan hukuman karena bolos, dia langsung lari ke kantin membeli air minum.

"Nggak nyangka lo bisa bolos juga," kekeh Jaka mengambil kursi di depan Amara dan duduk di sana. Menopang dagunya dengan dua tangan. Tak luput mengamati wajah Amara yang dibasahi keringan.

Busettt. Keringetan aja cakepnya masyaallah! Batin Jaka terbengong-bengong.

"Mar.."

"Hm?" Amara menatap datar cowok yang duduk di hadapannya tanpa minat.

"Selingkuh yukk.." ajaknya tanpa pikir panjang.

"Coba tanya pada guru sopankah ngajak cewek selingkuh di depan pacarnya?" Nio melotot. Bisa-bisanya ngajak pacarnya selingkuh di depan dia? Dimana letak tata kramanya?


TO BE CONTINUE...

Kenapa aku publish ulang?

Soalnya yg kemarin feel-nya ngga dapet.

Buat yang bingung bisa baca ulang part sebelumnya 👍👍👍

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang