Bab 13

204 34 5
                                    

***
Saran dengerin lagu MY LOVE- Lee Hi

"Gendong..."

Amara merengek manja. Bibir gadis itu terus berceloteh manja membuat Nio yang duduk di sampingnya kegerahan.

"Kakiku sakit," adunya menatap Nio. Bola mata hitam Amara menatap Nio penuh harap.

"Udah di bilangkan nggak usah ngeladeni cewek kaya dia." Nio berucap serius. Amara mengubah ekspresi jadi datar. Tak ada lagi tatapan penuh harap dari sorot matanya.

"Belain dia?"

"Jangan salah paham dulu. Plis dengerin aku," Nio menggenggam tangan Amara lalu diusapnya perlahan.

"Dapat apasih ngeladeni orang modelan dia. Duit? Prestasi? Disanjung? Nggak kan. Yang ada bikin emosimu naik turun."

Amara menghela napas. Benar juga yang dikatakan Nio. Tapi cobalah berada di posisinya. Sanggupkah merasakan apa yang saat ini dia rasakan?

Sendirian tanpa ada yang mau berkawan dengannya. Setegar apapun hatinya, adakalanya perasaan sepi itu tidak bisa disangkal.

Hanya satu cewek yang mau bersamanya. Itupun hanya di dalam kelas saja. Selebihnya mereka layaknya orang asing yang belum pernah bertemu.

"Hahhh..." Amara mengembuskan napas panjang. Matanya mengamati langit-langit atap.

Tes....

Satu tetes air mata membahasi pipi gadis itu. Diusapnya sangat cepat. Tak memberi kesempatan Nio melihat sisi rapuhnya.

Topeng antagonis yang selalu melekat di wajahnya perlahan memudar. Di sana hanya ada Amara yang sebenarnya. Rapuh dan terluka.

"Jangan di tahan," bisik Nio menyadari isak pelan keluar dari bibir mungilnya.

Amara menunduk. Takut ada siswa yang melihatnya menangis karena dia masih di koridor depan kelas. Duduk di bangku panjang yang terbuat dari besi.

Bel tanda pelajaran berakhir berdering sejak 15 menit yang lalu. Bisa saja ada teman se jurusannya masih berkeliaran di sini.

Tidak boleh! Tidak ada orang yang boleh melihat sisi lain dari dirinya selain Nio!

"Nangis sepuasnya, jangan di tahan," Nio bangkit dari duduknya. Lalu berdiri di depan Amara menutupi gadis itu yang mulai terisak.

Kini kalian tahu siapa Amara yang sebenarnya. Jika di awal kalian menganggap dia jahat maka salah besar. Inilah sisi lain dari dirinya yang sebenarnya.

Tidak jauh dari kebanyakan cewek.

•••

"Loh, Amara kenapa?" panik Andin menyimpan gembor setelah menyirami bunganya dengan alat penyiram tanaman tersebut.

Mendapati anak perempuannya berada di gendongan Nio. Sama sekali tak bergerak dan wajahnya tertutupi tudung Hoodie Nio.

"Sakit, Bu." balas Nio menutup gerbang rumah Amara dengan satu kakinya.

"Kamu bawa ke kamar. Biar Ibu buatkan minum. Pasti kamu capek gendong, Mara." kata Andin masuk ke dalam rumah diikuti Nio dibelakangnya dan membawa Amara yang terlelap dipunggungnya menuju kamar gadis itu.

Nio menghela napas. Kantung mata Amara membesar dan bawah matanya bengkak setelah dia menangis hingga suaranya hilang. Tangisan penuh luka itu mengisi koridor lantai dua yang sangat sepi. Ditemani udara sore itu dan gemirisik daun yang berguguran menuntun tangisan pilu Amara.

Jarinya terulur mengelus pipi Amara yang masih meninggalkan jejak kesedihan di sana. Lalu berdiri ke meja rias. Mengambil tissue basah dan cream yang sering digunakan Amara untuk dandan.

Setelah membersihkan wajah Amara dengan tissue basah. Nio meratakan cream ke permukaan kulit gadis itu hingga tak terlalu kentara jika Andin melihat kondisi anaknya yang tertutup Hoodie.

Bukan ingin menyembunyikan, namun Amara sendiri yang memintanya untuk tak memberitahu orang tuanya. Ini masalah anak muda dan setiap remaja di berbagai belahan dunia pernah merasakan bagaimana dijauhi temannya dengan jutaan alasan. Salah satunya dia.

•••

Dari Amara untuk Nio

Lewat coretan tak bermakna ini ingin ku utarakan sebuah kalimat tak bersajak.

Terimakasih telah mencintaiku. Menungguku tanpa kepastian.

Dulu jika aku tak bertemu denganmu, mungkin hidupku lebih kelam dari saat ini.

Tersenyumlah dan selalu bahagia membuatku lega.


Aku mencintaimu...


Dari seseorang yang bertemu denganmu kala itu💜


Amara menutup buku tulis setelah membubuhkan kata-kata dalam lembaran kosong tersebut. Matanya mengamati obat nyeri yang tergeletak di atas tumpukan buku pelajaran.

Itu pemberian dari Nio. Entah, cowok itu tak memberitahunya secara langsung. Kata Andin, Nio pulang setelah mendengar adzan magrib.

Amara tersenyum tipis. Matanya terangkat memandangi foto polaroid tertempel di dinding kamarnya. Itu fotonya dan Nio tengah menghabiskan liburan semester di kebun bintang tahun lalu.








TO BE CONTINUE....

Jangan lupa pas baca dengerin saran lagu di atas. Di jamin lebih ngena💣💣💣💣

Setelah berhari-hari bad mood yang berakibat ke tulisan. Sekarang udah agak lega soalnya mood ku kembali seperti semula.

Aku usahain tiap hari update tapi untuk jamnya nggak tentu.

Bisa pagi, siang, sore, malem, atau dini hari:v

Jangan lupa kalau ada typo kasih tahu aku👍👍👍

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang