Bab 29

147 31 1
                                    

***

Amara berbalik setelah motor Bintang hilang dari pandangan. Sembari mengayun-ayunkan totebag berisi bebek-bebekan itu ekor matanya menangkap seseorang mematung tak jauh dari tempat yang dia pijaki.

"Nio?" gumam Amara menatap lurus cowok itu.

"Dia udah pulang?" ucapnya pelan.

"Apa dia salah paham liat gue dianterin Bintang?"

"Gimana rasanya? Nggak enak kan kaya ada yang ganjel." Monolognya tetap mengamati Nio yang berjalan ke arahnya sambil mendorong koper besar.

Tolong untuk hari ini saja!

Tahan dirimu untuk tidak menyapa cowok itu duluan. Jaga harga diri supaya tak kelepasan menubruk dada bidangnya, memeluk hangat. Jangan goyah hanya karena kau merindukannya.

"Aku pulang," ujar Nio berdiri di depan Amara. Maju beberapa langkah mengikis jarak. Merengkuh tubuh Amara namun ditepisnya kasar.

"Kamu nggak kangen aku?" tanya Nio menatap manik mata Amara.

"Nggak." Amara mundur. Menjauhkan badannya agar tak bisa dijangkau Nio.

"Kamu jalan sama Bintang?"

"Apa pedulimu? Terserah aku mau pergi sama siapa, bukan urusanmu!" Amara geram. Dia ingin melupakan malam itu dan memaafkan kesalahan Nio namun hatinya sulit menerima. Tiap kali mencoba tabah, ingatannya kembali pada malam dimana Nio mengabaikannya hingga satu jam.

Dipikir tidak lelah menunggu selama 3600 detik. Seandainya Nio memberitahunya, Amara tak akan menanti. Ada baiknya tidur daripada membuang waktu untuk hal sia-sia.

"Aku pacarmu."

"Lalu?"

"Setidaknya jaga perasaanku." decak Nio mulai kesal dengan sikap menyebalkan Amara.

"Ya. Maafkan aku..." Amara membungkuk sopan sembari menangkup dua tangannya jadi satu.

"Sekarang aku boleh masuk kan?" tanya Amara mengusir secara halus supaya cowok itu cepat enyah dari matanya.

"Aku capek mau istirahat," sambung Amara mengayunkan kaki. Tapi kalah cepat dengan tangan Nio yang menariknya pada posisi semula.

"Apa?" tanya Amara galak.

"Kamu berubah."

Apa Nio tidak salah ngomong? Dia berubah, yang benar saja. Kalaupun berubah penyebabnya karena cowok itu sendiri.

"Kamu nggak ngaca dulu ya sebelum ngomong?"

"Kamu yang lebih dulu berubah. Aku cuma ngikutin jejakmu."

"Kalo bosen ngomong bosen. Jangan cuma diam dan cari hiburan baru." tekan Amara.

"Aku nggak jawab video call darimu ada alasannya.."

"Apa aku nanya?"

"Hari ini kamu ngeselin banget. Lebih baik kita bicara besok." Nio tidak ingin terpancing emosi. Mengalah terdengar lebih baik.

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang