Bab 9

233 40 0
                                    

***

Selain hari Minggu momen yang di tunggu-tunggu para pelajar. Hari libur nasional alias tanggal merah juga membuat berbondong-bondong para pelajar bersorak kegirangan. Bisa berleha-leha di rumah tanpa memikirkan tugas yang menguras isi otak.

Walaupun cuma sehari doang tapi kesempatan ini digunakan untuk bermalas-malasan di atas kasur atau seperti Amara pagi ini.

Berlari mengelilingi kompleks perumahan bersama pacarnya. Berbalut celana training dan kaos putih lengan pendek. Rambutnya di cepol asal membuat anak rambut berjatuhan di sisi telinga.

"T-tungguin..." ucapnya kehabisan pasokan udara. Melambatkan laju kakinya.

"Niooo!"

"Tungguin, ih!"

Nio menoleh. Menatap Amara yang tertinggal jauh darinya. Padahal seingatnya, Amara tadi ada di belakangnya.

Tak mau ambil pusing, Nio berbalik dan melangkah ke arah Amara yang membungkuk. Peluhnya mencuat ke permukaan kulit bahkan sampai membasahi kulit putih tanpa riasan itu.

"Capek?" tanyanya sangat basi. Udah jelas tahu, punya mata buat melihat masih aja nanya!

"Makanya nggak usah gayaan lari pagi."

"Ini kan juga gara-gara kamu!" sewot Amara mendelik.

"Loh, kok aku?" Nio kaget namanya ikut diseret padahal dia tidak tahu apa-apa.

"Salah siapa tiap hari ngasih chiki apalagi kemarin malam cokelat yang beliin kamu udah tak lahap semua!" katanya cemberut.

"Yang nyuruh ngambisin dalam satu malam siapa?"

"Ya..ya nggak ada."

"Pokonya ngeselin! Au, ah aku marah." rajuknya menyilangkan tangan. Memanyunkan bibirnya beberapa senti.

Nio menggaruk belakang kepalanya tidak gatal. Bingung mau ngapain. Kalau sudah begini tidak ada pilihan lain selain mengalah. Kalian bisa belajar dari Nio tentang kesabaran seorang cowok meladeni cewek yang hobinya bad mood.

"Iya-iya, aku yang salah Yang."

"Emang!" Amara menatap tajam Nio. Dalam hati Nio terus beristighfar dituduh salah mulu sedangkan dia tidak tahu letak kesalahannya?

"Nggak ngasih tau kalo hari ini libur!" Pagi tadi Amara sudah siap berseragam batik. Orang tuanya yang sarapan di ruang makan bingung dengan setelan Amara. Hari ini tanggal merah! Hari libur nasional! Dan bodohnya, Amara tidak menengok tanggalan di meja belajarnya!

Nio! Cowok itu juga sialan! Sudah tahu hari ini libur, kemarin tak memberitahunya semakin membuat Amara jadi orang tolol sedunia!

"Aku kira kamu tahu, sayangg.."

"Makanya tumben banget minta diajarin padahal besoknya libur sekolah." lanjut Nio selembut mungkin.

"Maaf.." Amara merasa bersalah. Membentak Nio di jalanan walaupun di sini sepi. Tapi tetap saja cowok itu sebenarnya tidak salah. Ini akibat dari kecerobohannya!

"For you always forgiven."¹ ucap Nio maju selangkah. Mengulum senyum lalu menarik sudut bibir Amara agar ikut tersenyum.

"Cari sarapan yuk!" ajak Nio mendengar suara kruyuk- kruyuk dari perut Amara. Antara malu dan mau, Amara mengangguk. Untuk sekian kalinya dia luluh.

"Bubur ayam atau soto?" tanya Nio merengkuh pundak Amara. Keduanya berjalan bersisian.

"Bubur ayam!" seru Amara semangat. Padahal niatnya jogging biar kurus! Tapi Nio selalu menggagalkan rencana yang Amara susun.

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang