Bab 31

179 34 2
                                    

***

Dikediaman rumah dengan nuansa hangat yang tiap dindingnya dihiasi sebuah lukisan dan foto keluarga dimana cowok yang masih berseragam putih abu duduk disalah satu sofa ruang tamu. Kesekian kalinya dia menatap jajaran foto pertumbuhan kekasihnya dari kecil hingga berusia enam belas tahun.

Iya. Mereka berbeda satu tahun. Amara satu tahun lebih muda darinya. Entah dia yang terlambat masuk sekolah atau Amara terlalu cepat masuk ke bangku sekolah.

Nio menyunggingkan senyuman ketika Andin datang dari arah dapur membawa nampan berisi dua cangkir teh yang mengepulkan asap di atasnya. Dan setoples cookies.

"Makasih Bu..."

"Sama-sama. Gih diminum selagi masih anget," perintah Andin duduk di depan Nio.

Nio mengangguk. Menyicipi teh madu buatan Andin beberapa seruput. Lalu meletakkan cangkir itu ke meja.

"Kalian baik-baik aja kan?" tanya Andin. Merasa hubungan anaknya dan sang kekasih sepertinya merenggang entah dengan alasan apa beliau kurang tahu karena anaknya tak bercerita padanya.

"Hanya sedikit kesalahpahaman bu."

"Jangan sampe putus ya. Apapun masalahnya, usahakan dibicarakan baik-baik selagi bisa."

"Iya, bu."

"Kalo gitu ibu balik ke dapur dulu." Andin bangkit dari sofa. Kebetulan Amara keluar dari kamar setelah pamit untuk berganti busana. Gadis itu perlahan melangkah ke arah Nio dengan dress lengan pendek motif bunga-bunga dibawah lutut. Menggulung rambutnya ke atas, mencepol seluruh rambutnya ala cewek Korea.

"Mau dijelasin dari mana?" tanya Nio. Amara sudah duduk satu sofa dengannya. Cowok itu duduk menyerong supaya memudahkan untuk menatap gadisnya.

"Terserah." jawab Amara tak acuh.

"Jangan gitu. Aku merasa serba salah,"

"Jelasin apa yang menurutmu perlu dijelasin."

"Oke." Sebelum menceritakan secara detail poin-poin yang membuat kekasihnya mendiaminya selama beberapa hari, Nio membasahi tenggorokannya dengan teh madu. Berdehem mengetes suaranya.

Pergerakan Nio tak lepas dari netra hitam Amara. Harusnya cowok itu yang gugup bukan malah dirinya. Jantungnya berdebar menanti Nio mengawali pembicaraan sore ini. Disaksikan oleh bias senja dari jendela ruang tamu yang tirainya terbuka, Amara meremas dress yang dikenakan saat Nio mengucapkan sepatah kata.

"Jadi......"

Flashback

Malam itu Nio tengah bersiap di salah satu kamar hotel tempat dia menginap. Cowok itu keluar dari kamar mandi berganti pakaian santai. Duduk di atas kasur sembari memainkan handphone berlogo apel digigit.

Pukul sebelas lebih sepuluh menit. Kurang lima puluh menit lagi pukul 00.00. Badannya terasa panas dingin seiring dengan jarum jam yang merotasi. Tiap putaran jarum jam di atas nakas menjadi penggiringnya menuju hari bahagia. Sebentar lagi dia genap berusia tujuh belas tahun.

Di sana Nio tahu, Amara tengah menyiapkan sebuah kejutan untuknya. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Meskipun tiap tahun merayakan ulang tahun dengan tema tak jauh berbeda, Nio tidak merasa bosan. Baginya kejutan dari Amara adalah kado terindah untuknya. Sesederhana apapun yang dilakukan gadis itu dia sangat menyukainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang