Bab 24

151 23 0
                                    

***

Mentari mulai menyoroti bumi hingga cahayanya masuk ke dalam sela-sela tirai putih kamar Amara. Jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh kurang sepuluh menit. Amara bergegas keluar kamar setelah memasukkan buku-buku yang semalam dia pelajari ke dalam tas.

Dia berkaca sebentar. Rapi. Dalam balutan seragam batik khas sekolahnya. Melangkah ke ruang makan untuk sarapan meskipun hanya meneguk susu dan roti yang sudah dipanggang ibunya.

Dalam waktu kurang dari lima menit, Amara telah menyelesaikan sarapannya. Buru-buru menyalami orangtuanya tepat pukul setengah tujuh.

Setelah salamnya dibalas, Amara bergegas keluar. Tadi dia sudah memesan ojek online, kemungkinan kang ojolnya sudah di depan rumah.

"Dengan mbak Amara ya?" tanya kang ojol sembari mengulurkan helm.

Amara mengangguk. Naik ke jok belakang selepas memasang helm di kepalanya. Motor matic yang dikendarai kang ojol melaju dan bergabung dengan banyak kendaraan di jalan raya.

Drrtt.. drrtt

Handphonenya bergetar. Amara merogoh saku seragamnya. Mengusap ke atas pada layar ponsel.

Ah ternyata dia, batin Amara.

Nio: cuma mau ngasih tau, jam 8 aku otw ke tempat lomba

Nio: baik-baik di sini...

Nio: dan jangan kangen😉

Membaca pesan Nio kini perasaan Amara diliputi rindu yang menggebu secara tiba-tiba. Baru saja mau pisah sudah kangen. Gimana kalo dia nggak ketemu Nio selama dua minggu?

Mengetik. Jarinya menari di atas keyboard. Berakhir menghapus lalu kembali mengetik. Dia hampir mengirim pesan yang isinya membuat dia geli. Masa iya dia bilang  pulangnya jangan lama-lama ... aku merindukanmu.

Bukan Amara bangetlah. Gengsi dong ngomong kangen duluan. Karena hal ini Amara jadi senyum-senyum sendiri. Sampai beberapa orang yang juga menunggu lampu lalu lintas berubah hijau menatapnya heran.

Bukan heran dengan tingkah anehnya namun heran melihat senyum Amara. Gula yang notabenenya manis saja kalah jauh dengan senyuman Amara.

Termasuk dua cowok, mereka terkesima saat matanya menangkap bidadari nyasar di bangjo namun bedanya bidadari ini tak memakai gaun putih panjang serta mekar dengan mahkota kecil menghiasi kepala. Namun biadadari berseragam batik, rambutnya tergerai indah di dalam helm.

Amara: hati-hati yaa ... jangan lupa bawain medali emas buat aku

Amara: bukannya kamu ya yang kangen?😝


Amara memasukkan ponsel ke tempat semula. Sadar sedang dibicarakan, Amara menoleh sontak dua cowok tak dikenal itu nyengir. Pura-pura menatap ke arah lain. Dirasa mata Amara kembali menatap ke depan, dua cowok tadi mengikuti arah pandangnya dan jatuh pada gadis yang mereka bicarakan.

Lagi.

Amara menghela napas. Cowok itu nggak ada kerjaan kah sampai lirik-lirik dia? Jujur saja dia risih diamati terus-menerus.

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang