Bab 30

139 28 0
                                    

***

"Belum baikan?" Delon bertanya. Menepuk pundak Nio membuat cowok itu mengalihkan atensi, awalnya menatap Amara mengantri di stan siomay berganti menatap Delon.

Kalau boleh jujur, Nio sudah menawarkan diri membelikan gadis itu siomay tenggiri yang antrian mengular. Tapi dengan ketus Amara menolak tawarannya. Dia punya kaki untuk berjalan ngapain minta tolong orang lain.

Hatinya mencelos saat Amara menyebutnya orang lain. Jelas-jelas dia masih berstatus pacarnya. Nio jadi berpikir sesakit itukah perasaannya hingga berhari-hari mengabaikannya?

"Woy! Malah ngelamun," Delon berdecak kesal. Bagaimana nggak kesal, diajak ngomong malah ngelamun.

"Seperti yang lo liat."

"Gue rasa masalah kalian sepele. Kenapa nggak diselesein baik-baik?" tanya Delon ikut mengamati Amara berdesakan di sana.

Nio menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Delon. "Gimana mau selesein baik-baik, lo aja tau tiap hari dia ngehindar." ujar Nio terlihat putus asa.

"Berarti dia butuh waktu sendiri. Kalo gue lihat dari tatapannya dia pengen berdamai tapi hatinya belum siap nerima," jedanya mengambil nafas. "Lo tunggu aja, mungkin bisa berminggu-minggu buat dia nerima dan maafin kesalahan lo." lanjutnya berdiri dari bangku kantin. Hendak menemui sang kekasih setelah mengiriminya sebuah pesan singkat.

"Gue cabut dulu." Delon menepuk pundak Nio lalu berjalan santai sembari memasukkan jari dalam saku celana. Melewati kerumunan siswi yang bisik-bisik menyebut namanya.

Mata Nio tak lepas memandangi gadis bersurai panjang dengan bando pita dikepala. Duduk tak jauh darinya sembari memakan siomay. Menikmati. Sementara mata gadis itu terbagi, sesekali mengamati piring berisi siomay tenggiri lengkap dengan bumbu dan memandangi ponsel yang dia letakkan di atas meja kantin. Sebenarnya Amara tahu sepasang mata milik Nio sedari tadi mengawasinya maka dari itu dia pura-pura memainkan ponsel. Tidak lucu rasanya jika dia khilaf membalas tatapan cowok itu meskipun dia sangat ingin.

•••

Nio duduk di atas motor sembari memainkan ponsel. Cowok itu sudah nangkring di parkiran sekitar sepuluh menitan setelah bel pulang sekolah berbunyi. Mata dan telinga dia fungsikan dengan baik.

Jika matanya mengamati ponsel, telinganya akan berjaga menunggu kedatangan gadis yang dia nanti. Sebaliknya jika matanya memandangi tangga yang akan dituruni Amara maka telinganya mendengar dengan baik suara di ponselnya.

Namun lama-kelamaan dia capek juga. Menghela napas menatap jengah ke arah tangga. Tangga itu satu-satunya jalan yang dilewati tiap siswa untuk sampai ke lantai dasar tapi Amara tak kunjung turun.

"Gue samperin aja deh," celetuk Nio mencabut kunci motornya lalu berjalan santai menuju lantai dua. Tepatnya di ruangan kelas sebelas IPS satu.

Sampai dikoridor Nio memelankan derap sepatu ketika mendengar sayup-sayup suara seseorang menggema ke lorong sepi. Menyisakan beberapa teman yang tengah piket sewaktu Nio melewati kelasnya.

"Gue denger lo putus sama Nio?" tanya perempuan yang posisinya membelakangi Nio. Cowok itu mengintip dari celah jendela yang tertutupi gorden biru tua. Dari perawakannya, Nio sepertinya tahu siapa perempuan itu.

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang