Bab 8

240 44 1
                                    


.

.

.

.

Amara menyadarkan kepalanya di bahu Nio yang duduk membelakangi. Kepalanya nyaris pecah setelah memecahkan soal yang menurutnya cukup sulit. Kebetulan otak cowok itu lebih unggul memahami materi ini dari pada Amara. Makanya dia meminta bantuan Nio.

Tangan gadis itu terulur untuk meraih jari Nio yang nganggur. Mengenggam tangan besar serta lembut itu kuat.

"Kenapa?" tanya Nio merasa aneh dengan tingkah Amara.

Amara mendengus. "Capek banget." adunya memainkan jari cowok itu.

"Sini..." Nio membawa kepala Amara tiduran di atas pahanya. Menatap mata lelah Amara lalu mengusap rambutnya penuh kelembutan.

"Tadi ke sini naik apa?"

"Jalan kaki."

"Nanti pulang aku antar aja sekalian mau mampir ke Indomaret."

"Ikuttttt."

Nio tersenyum dan mengangguk. "Bentar lagi adzan magrib, shalat di sini aja ya?"

"Emang gapapa?" Amara mendongak. Menatap Nio dari bawah. Bahkan dilihat dari sini pacarnya tetap ganteng, iya jakunnya ganteng, eh canda.

"Gapapa dong. Suatu hari nanti juga bakal tiap hari shalat di sini." kata Nio menurunkan tatapannya dan beradu dengan mata hitam Amara.

"Ish, gombalnya mulus banget!" Amara mencubit lengan Nio membuat cowok itu mengaduh kesakitan. Bukan sakit beneran sih cuma pura-pura saja siapa tahu gadis itu merasa bersalah.

"Kan, drama!" Pelotot Amara.

"Hehe...canda sayang..." kekeh Nio.

"Tadi Mama kamu habis kemana?" tanya Amara sedikit penasaran tiap sore kesini berbarengan dengan Elsa yang juga pulang.

"Oh. Biasa dong Mama jaman sekarang arisan padahal cuma mau pamer kekayaan." celotehnya jujur.

"Kenapa tanya-tanya gitu?" sambung Nio.

Amara menggeleng. "Cuma penasaran doang."

"Nanti kamu jangan kaya gitu ya. Kan harta bukan ajang periya'an yang bisa di bawa-bawa." ucap Nio. Seketika otak Amara loading. Mencerna ucapan cowok itu.

"Ih apa dehhh....gombal terus." Yang disambut gelak tawa Nio melihat pipi Amara memerah.

"Emang kamu serius mau nikah sama aku?"

"Kalo nggak serius ngapain aku ngajak pacaran sampe selama ini?"

"Aku kira dulu kamu iseng ngajakin pacarannya karena gabut."

"Segabut-gabutnya aku, nggak mungkin lah mainin perasaan anak orang." ucap Nio menyugar rambutnya ke belakang biar terlihat keren. Bisa-bisanya gitu doang gue baperrr, batin Amara.

ADORABLE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang