Habibah 5

10 5 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim. .



Happy Reading❤

Hati punya keinginan,
Namun Tuhan pemilik kenyataan.

> Habibah <
@desidryt15

Keesokan hari yang berjalan seperti biasanya. Gadis cantik itu kini telah sampai di sekolah tercinta. Dengan teman yang biasa menemani hari-harinya.

"Bib?"

Gadis yang dipanggil menolehkan kepalanya. Dan mengangkat sebelah alis bertanya 'ada apa?'. Dia tidak bicara karena kini disekitar mereka banyak kaum adam. Yang membuat kedua gadis cantik nan sholehah itu harus mempercepat langkah dan menundukan kepalanya.

"Kok tumben, Dzaki liatin kamu terus, yaa?" tanya Billa penasaran.

Karena memang pemuda yang tengah dibicarakan itu sedari tadi terus memandang lekat kedua gadis dari kejauhan. Dzaki orang yang sangat cuek, dingin, dan bermuka datar itu kata banyak orang.

"Perasaan kamu doang kali."

"Mana ada perasaan doang! Kalau pas aku lirik dia, dia benar-benar merhatiin kamu! Aku liatin dia Bibah! Makanya aku tahu!!" ucapnya tegas.

Nabilla memang sejak dari kantin kemarin merasa ada yang memperhatikan mereka. Setelah dia melihat samping kanan kiri, hanya satu orang yang masuk dalam list tersangkanya.

"Yaudah.. Dia kan punya mata, haknya." kata Bibah cuek

Memang benar, kan? Semua orang berhak melihat apa saja yang mereka ingin melihatnya. Tapi harus tetap dalam batasan. Menurut anggapan Bibah, selama hanya mata yang bertindak dia tidak masalah. Asalkan Bibah tidak mengetahuinya, atau bila hanya sesekali.

Tapi jika laki-laki itu sudah sering Bibah pergoki melirik ke arahnya bahkan secara terang-terangan. Sudah pasti laki-laki itu akan dihempas jauh-jauh dari hidupnya. Bukan bermaksud sombong! Tapi memang ini kenyataanya. Bahwa dia menjadi gadis yang diidolakan banyak pemuda.

Billa memutarkan bola matanya. Jika sudah seperti ini dia tidak bisa membantah. Bibah itu orangnya sedikit moodyan. Sehingga membuatnya harus lebih bersabar dalam menghadapi sifat sahabatnya.

Namun yang menjadi keanehannya, kepada orang lain atau teman-teman sekelasnya pun. Bibah tidak pernah menunjukan perilaku yang selalu hampir membuat kesabaran sang sahabat habis. Di mata orang-orang, Bibah tampaklah sempurna. Di sekolah hanya Billa yang mengetahui kehidupan dia sesungguhnya.

>•<>•<>•<

"Habibah Khansa?"

"Hadir, Bu.."

"Hilmi Nadhira?"

"Hadir.."

"Jerome Sutisna?"

"Akan selalu ada untuk Ibu cantik jelita nan indah bak permata." sahutnya yang langsung disoraki teman-teman lainnya.

Sang guru hanya menggelengkan kepalanya. Dia sudah kebal dengan berbagai macam karakter murid-muridnya. Begitu pula dengan Jerome, dia tahu bahwa anak didiknya suka sekali menggoda guru-guru perempuan.

"Maya Ramadani?" lanjutnya lagi, tanpa mempedulikan suasana kelas yang masih heboh.

"Sakit, Buuu..." sahut semuanya dengan kompak. Bu Indah menganggukan kepalanya.

Habibah [Ketika Mencintai Tak Ingin Memiliki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang