MMPP! 15

5.2K 257 25
                                        

Terhitung sudah seminggu Natasha berada di apartment Naresh. Kehadiran Natasha sebenarnya cukup mengganggu Naresh dan Valerie, namun juga ada hikmah dibalik itu; Valerie menjadi seorang istri yang benar-benar menjalankan perannya. Wanita itu benar-benar takut jika Naresh berpaling darinya, maka segala cara ia lakukan untuk menyenangkan Naresh.

Seperti beberapa malam belakangan ini, Valerie dengan dibantu oleh Bibi Erna—yang kini sering lembur—menyiapkan makan malam untuk menyambut Naresh pulang.

"Semuanya udah beres, bi. Kalau bibi mau pulang, engga apa apa." Valerie mempersilahkan sembari menyiapkan piring ke atas meja.

"Ya sudah non, kalau gitu saya pulang dulu ya." sambut Bibi Erna dengan wajah berseri.

Valerie mengangguki dan memberi beberapa patah kata agar Bibi Erna berhati-hati di jalan pulang.

***

Di sisi lain, Natasha terlihat kalut di dalam kamar. Berhari-hari ia memikirkan bagaimana caranya agar dapat berpisah dengan Indra. Ia tahu bahwa Naresh juga sedang berusaha dengan berkonsultasi dengan beberapa pengacara, namun sejujurnya Natasha tidak mau merepotkan Naresh terus menerus, bagaimana pun prioritas Naresh sekarang adalah istrinya.

Natasha tersadar dari lamunannya ketika mendapati sebuah pesan singkat dari ponselnya.

Valerie istri Naresh
Kalau mau makan keluar kamar

Natasha menghela nafas. Kali ini ia benar-benar merasa bahwa hidupnya hanya berjalan atas belas kasih orang lain. Namun untuk menyelesaikan masalahnya seorang diri pun bukanlah ide yang tepat. Indra terlalu abusive dan banyak mengancam sehingga Natasha terlalu takut.

Setelah sepuluh menit melamun, akhirnya ia kalah oleh rasa lapar yang menyergap isi perutnya. Natasha membawa serta ponsel di genggamannya untuk keluar dari kamar dan segera bergabung oleh sepasang tuan rumah untuk makan malam. Namun ketika selesai menutup pintu kamar dan berbalik badan hendak menuju meja makan, langkah Natasha terhenti karena rupanya Naresh dan Valerie tengah bercumbu mesra di sofa ruang tamu.

"Uhukkk..." Natasha berbatuk kecil hingga langsung membuyarkan Naresh dan Valerie dari posisi mereka.

Valerie memarkan smirknya, kemudian berucap "Makan duluan aja, aku sama Naresh belum laper."

Natasha mengangguk dan segera menuju meja makan.

Sementara Naresh dan Valeris sama-sama senyum malu-malu.

"Kamu sih, iseng!!" kekeh Valerie.

Naresh menangkup wajah sang istri dengan satu tangan, lalu memperhatikan tubuh Valerie dari atas hingga bawah. "You look so... sexy."

Valerie tersenyum lebar, bahagia.

"Dengan baju-baju mewah itu, kamu terlihat sexy as a woman. Tapi dengan daster sederhana ini, you look so sexy as a wife."

Pipi Valerie memanas, ia salah tingkah dipuji suaminya.

***

"Ya Tuhan, aku juga mau kayak mereka..." bisik Natasha yang samar-samar mendengar dan mencuri pandang ke pasangan di belakangnya.

"Kenapa bukan Naresh aja yang jadi suami aku waktu itu, Tuhan..." keluh Natasha setelah meneguk setengah gelas air putih.

"Aku juga ingin dicintai, ingin punya suami idaman, apa itu terlalu tidak pantas buat aku, Tuhan?"

Natasha tertekan dengan rumah tangganya, dan... di sini pun merasa tertekan karena harus melihat keromantisan Naresh dan Valerie. Wanita mana yang tidak ingin dicintai sebegitunya oleh laki-laki?

"Ya Tuhan, kalau nanti aku bisa pisah sama Indra, tolong pertemukan aku dengan laki-laki yang sebaik Naresh, atau lebih dari Naresh juga engga masalah. Tapi kalo emang engga ada, Naresh aja buat aku, Tuhan."

***

Sejak melihat Valerie membukakan pintu untuk Naresh saat pria itu pulang tadi, entah kenapa rasanya Naresh ingin langsung menerkam Valerie. Namun terlalu banyak ritual yang harus dilakukan... dari mempersilahkan Natasha untuk makan terlebih dahulu, lalu Naresh harus mandi dulu, kemudian barulah mereka makan dan akhirnya kini keduanya sudah di kamar—setelah sebelumnya sudah gosok gigi bersama.

"Good night, rest well." ucap Valerie sembari merebahkan tubuh. Ia baru saja mematikan lampu utama kamar dan menyalakan lampu tidur yang temaram.

Naresh yang dari tadi sudah rebahan duluan, kini mendekatkan dirinya dengan Valerie. Menyelimuti tubuh mereka agar tetap hangat.

"Kapan ya Natasha menyelesaikan masalahnya sama suaminya?" tanya Valerie gamang. "Aku pengen di rumah ini cuma kita doang kalau malam hari."

"Sabar, aku lagi cari jalan keluar gimana cara menyelesaikan masalah mereka tanpa Indra bisa main tangan atau mengancam Natasha lagi." jawab Naresh lugas dan jelas.

"Hufffttt..." wanita cantik itu menghembuskan nafas sebal.

"Sini aku peluk," ucap Naresh sambil merengkuh tubuh Valerie.

"Aku tuh engga suka kalau kita mau ngapa-ngapain tapi harus terbatasi karena ada dia." protes Valerie dari dalam lubuk hatinya.

Naresh tertawa kecil, jahil. "Emang mau ngapain sih, cantik?"

Manik mata keduanya bertemu, intens. "Ya aku engga suka aja kalau Nata—"

Bibir Valerie terbungkam akibat lumatan dari bibir suaminya. Lembut, manis dan melegakan. Valerie membalas halus setiap ciuman Naresh.

Tanpa basa-basi lagi Naresh langsung bergerak naik ke atas tubuh Valerie. Mengecup setiap inchi wajah, bibir dan leher. Tidak tinggal diam, tangannya menaikkan daster bagian bawah yang dikenakan Valerie.

"Eunghhh..." lenguh Valerie yang terdengar sangat manja sekaligus menambah gairah Naresh.

Dengan tidak sabar Naresh melepaskan daster cantik itu dari tubuh istrinya, beserta celana dalam dan bra.

"Naresh... ahh..." erang Valerie tidak henti-henti ketika sang suami menikmati kedua payudaranya yang padat berisi.

Gairah mereka sama-sama sedang memuncak dan butuh pelepasan, maka mereka pun melakukan yang seharusnya mereka lakukan.

Naresh selalu suka jika mereka melakukan hubungan suami istri atas dasar suka sama suka, mau sama mau dan antar hasrat sepasang sejoli. Yang artinya hubungan intim ini tidak hanya dilakukan atas dasar agar segera memiliki anak demi harta warisan.

"I want to cum, baby..." lenguh Naresh dengan lemah karena rasanya ia akan meledak sekarang.

"Inside me, please." pinta Valerie di tengah nafas yang terengah.

Naresh mentransfer seluruh cairannya ke dalam tubuh Valerie melalui pusat tubuh wanita tercintanya.

***

Hi, who's excited? No one i guess... but yea, i'll fix this story.

Make Me Pregnant, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang