16 Agustus.
Hari ini adalah hari terindah bagi Naresh yang pada akhir kisah cintanya dapat menikahi Valerie. Wanita dari masa lalu yang sempat ia putuskan dan tinggalkan. Namun siapa yang menyangka jika rencana Tuhan akan seindah ini.
Memang pernikahan ini terkesan terburu-buru dan mereka sadar jika hubungan ini tidak dimulai seperti pasangan normal pada umumnya, namun keduanya juga yakin jika semuanya tidak akan berjalan tanpa campur tangan Tuhan.
Acara resepsi yang digelar pada outdoor sebuah hotel mewah itu berakhir dengan mulus. Dimulai pukul empat sore hingga pukul tujuh malam dan semuanya berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Para tamu yang kurang lebih berjumlah lima ratus orang pun ikut merasakan euforia sepasang yang akhirnya bersama itu.
Kedua belah pihak keluarga memutuskan makan bersama di dalam restoran hotel tersebut, plus Gladys. Valerie sengaja mengajak perempuan itu untuk mengobrol dan mereka memilih meja tersendiri agar lebih leluasa berbicara.
"Aku masih enggak nyangka kamu akan menikah secepat ini, Val. Padahal dari awal kenal kamu, aku merasa kalau kamu bukan tipe perempuan yang kebelet nikah."
Valerie mencebik, sambil mengunyah makanannya dengan rakus. Sebab seharian ini dirinya hanya sempat memakan makanan yang kecil-kecil saja.
"Ya, apapun itulah... Semoga kamu bahagia dan langgeng bersama Naresh."
Valerie mengangguk, lalu menyeruput minumnya dengan sangat banyak seperti orang kehausan.
"Lo kesurupan, Val?"
Valerie terkekeh. "Enggak. Kenapa?"
"Aneh."
"Apanya yang aneh?"
"Kamu itu baru aja resmi menikah, harusnya yang duduk berdua sama kamu, ya, suami kamu. Tapi ini malah narik aku. Udah gitu cara makan sama minum kamu kayak kelaparan banget."
Valerie segera menelan makanan yang dikunyahnya agar bisa menjawab ucapan Gladys. "Pertama, aku sengaja tinggalin Naresh supaya dia rindu aku. Kedua, aku makan banyak untuk menyimpan tenaga."
"Tenaga?" Gladys mengerutkan kening bingung. "Resepsinya udah selesai, kamu bisa tidur semalaman penuh setelah ini."
"Tenaga untuk bikin bayi."
Gladys seketika tertawa geli. Demi apapun, Valerie yang terlihat agresif seperti itu sungguh menggelitik perut Gladys. "Aku doain cepat, deh."
"Harus, dong. Pokoknya aku sama Naresh akan berusaha setiap malam."
Memutar bola mata, Gladys semakin ngeri dengan sahabatnya. "Enggak gitu konsepnya, Valerie."
"Jadi gimana?"
"Kalau kamu ngelakuin setiap hari, yang ada kamu akan kelelahan dan otomatis akan membuat sulit hamil. Kamu harus rileks, jangan terburu-buru, nikmati seks kamu bersama Naresh."
Valerie meletakkan garpu dan sendoknya ke piring, lalu berpikir sejenak. "Iya, ya... Aku juga pernah dengar, kalau seseorang mau hamil enggak boleh terlalu lelah."
"Iya, memang seperti itu."
"Tapi tunggu, deh..." Valerie menjeda, menyipitkan mata dengan tatapan menyelidik. "Kenapa kamu lebih tahu? Kamu, 'kan jomblo."
"Untuk tahu ilmu, enggak harus pernah ada di posisi tersebut kok. Aku iseng aja baca-baca artikel." jawab Gladys dengan logis.
"Sudah ngobrolnya?"
Valerie dan Gladys kompak menengok pada seorang pria yang entah sudah berapa lama berdiri di dekat meja mereka. Naresh.
"Tahu, deh, yang sudah menikah." cibir Gladys tahu diri. "Ya, sudah aku balik duluan, Val."
![](https://img.wattpad.com/cover/237633740-288-k959333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Me Pregnant, Please!
RomanceMenjadi anak bungsu di keluarga kaya raya, tentunya membuat Valerie Noura Smith juga tergiur untuk mendapatkan warisan dari sang ayah, Beno Smith. Berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya yang mendapat hak warisan setelah usia mereka dua puluh lima t...