MMPP! 10

10.4K 363 2
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Naresh untuk segera menelanjangi dirinya dan juga Valerie, sebab wanita itu benar-benar sangat aktif mengimbanginya. Naresh terus menerus memberi sentuhan agar tubuh Valerie semakin terangsang.

"Naresh,"

"Apa lagi?" tanya pria itu, mempersiapkan dirinya di antara kedua kaki Valerie yang sudah dibuka lebar.

Valerie menggigit bibirnya sebelum berkata lirih, "Pelan-pelan, ya..."

Naresh terkekeh. "Kok ciut? Tadi semangat banget?"

"Masih trauma sakitnya waktu itu." jujur Valerie. Bahkan kewanitaannya berkedut nyeri mengingat pengalaman pertamanya yang sangat amatir dan kacau.

"I will do my best." Naresh meyakinkan dengan sungguh-sungguh.

Valerie mengangguk. Tentu percaya kepada suaminya yang akan sangat gentle memperlakukannya di malam pertama.

Perlahan-laha Naresh mengarahkan miliknya memasuki liang Valerie yang sempit itu. Hingga terdengar rintihan halus yang membuat Naresh serba salah. Namun tetap memilih melanjutkan.

"Ahh..." desahan Valerie lolos ketika milik suaminya sudah terbenam sempurna di pusat tubuhnya.

Naresh menunduk untuk memberi kecupan singkat di bibir Valerie. "Sakit?"

Valerie mengangguk, namun kali ini tidak sesakit waktu pertama kali. "Sedikit,"

Naresh mengecup seluruh permukaan kulit wajah Valerie, berusaha mengalihkan atensi gadis itu dari rasa sakitnya. Sengaja pria itu membuat Valerie beradaptasi dan terbiasa dengan penyatuan mereka.

"Naresh, aku sudah baik-baik aja." Valerie meyakinkan pria itu sambil menunjukkan senyumnya.

Naresh mengangguk dan mulai menggerakkan pinggulnya dengan ritme santai terlebih dahulu, sambil tangan pria itu menggoda kedua dada Valerie.

***

Saat membuka mata di pagi hari tadi Naresh gelagapan karena tidak mendapati tubuh Valerie di sebelahnya, namun melegakan ketika memeriksa kamar mandi dan perempuan itu sedang berendam di bathtub.

Mereka sengaja tidak keluar dari kamar hotel untuk makan pagi bersama keluarga, memilih minta tolong diantarkan makanan oleh petugas hotel. Itu permintaan Naresh yang katanya ingin bicara berdua bersama Valerie.

"Jadi, apa yang mau kamu bilang?" tanya Valerie tidak sabaran.

"Makan dulu." titah Naresh. Pria itu terlalu takut jika Valerie kelelahan dan berujung sakit. Tidak keren saja rasanya jika sakit di minggu-minggu awal pernikahan.

Valerie menyantap hidangannya dengan tidak berselera. Terlanjur penasaran dengan apa yang ingin Naresh katakan. Jujur saja, wanita itu was-was.

"Gini," Naresh meneguk air mineralnya sebelum melanjutkan. "Bagaimana kalau kita punya anaknya santai aja, Val? Enggak usah buru-buru."

Jelas Valerie tidak terima. Wanita itu mendengus sebal. "Kamu tahu alasan utama aku menikah, Naresh!"

"Calm down," Naresh menenangkan. "Aku berencana, kenapa enggak aku aja yang kasih kamu modal untuk buka butik? Selanjutnya kita hanya akan menjalani kehidupan pernikahan dengan normal."

Valerie tergiur, kemarahannya luntur perlahan. "Tapi aku mau membangun butik yang benar-benar butik. Target pasarku kelas menengah ke atas. Apa itu enggak menghabiskan uang kamu?"

Naresh menggeleng. "Aku punya aset yang bisa aku jual untuk tambahan modal kamu, sisanya pakai tabunganku."

"Aset? Maksud kamu mobil, rumah dan apartment? Terus kalau kamu jual semuanya, kita bagaimana?"

Make Me Pregnant, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang