16. Salah paham

30 0 0
                                    

Kiara yang tiba tiba pingsan membuat mereka semua khawatir. Apalagi Deva yang tidak bisa mendekati Kiara. Dia hanya bisa mengkhawatirkan Kiara dari jauh. Terlebih Faya terus bergelayut pada lengannya.

"Kiy ... lo baik baik aja?" tanya Fika cemas. Beberapa menit yang lalu Kiara sadar dari pingsannya.

"Gue baik baik aja.Mungkin capek aja"
Dan Deva hanya menatap dingin pada Kiara.

"Kita disini buat have fun Kiy...cepet sembuh ya..." ucap Dissa.

"Sebelumya Kiara udah nggak enak badan" batin Fika.

"Oh ya Cell makasih ya..lo pasti keberatan gendong gue."

"Apa sih yang nggak buat mantan."

Kiara langsung mencubit perut Marcell gemas. Bisa bisanya dia bercanca seperti itu didepan Dissa. Apalagi ada Deva yang berstatus suaminya. Meskipun sedikit dari orang didekatnya yang tau.

"Lebih baik lo nginep di penginapan Desa dideket sini aja Kiy. Di dalem hutan dingin banget. Nanti lo malah kenapa napa." kata Andrean.

"Bener kata Andrean Kiy." sahut Faya.

"Biar gue sama Fika yang temenin lo" Ucap Dissa.

Kiara hanya mengangguk pelan. Dia menurut. Dissa menuntunnya bersama Fika. Sekilas Kiara  hanya melirik kearah Deva dengan tatapan dingin.

***

Melihat Kiara jauh dari kata baik keesokan harinya, Faya membatalkan rencana untuk hiking dan kembali ke kota lebih cepat. Walaupun camping hanya satu malam membuatnya bahagia. Dan impiannya terpenuhi.

"Sorry Fay... Karna gue lo jadi-"

"Udah nggak papa Kiy, gue udah seneng kok meskipun cuma semalem doang. Gue ucapin makasih ke kalian semua udah mau nemenin gue."

Butuh waktu 4 jam akhirnya Kiara bisa kembali ke apartemennya. Perjalanan yang lumayan membuat tubuhnya semakin lelah. Ia sandarkan kepanya di pegangan sova ruang tamu. Pikirnya.... Menunggu Deva entah kapan akan kembali.

Menatap Kiara tertidur pulas, Deva merasa bersalah. Apalagi wajah cantik Kiara yang nampak  pucat.

"Selalu tidur sambil duduk kalo nunggu gue pulang. Padahal lagi sakit. "

Deva khawatir, walaupun tidak menunjukkan ke khawatirannya. Dia sedih tidak bisa merawat Kiara sebagai istrinya di depan teman temanya.

"Baru pulang Dev? Kamu butuh sesuatu nggak? Aku udah pesen makan buat kita. Makan yuk? Aku  siapin bentar ya...? " Beranjak kearah dapur.
Deva mengekori di belakang Kiara.

"Aku pikir enak tadi makanannya. Ternyata sama aja buat mual. Sorry ya Dev...  jadi ganggu makan lo"

"Kita periksa lagi  kerumah sakit  ya Kiy?" Karna  sebelumnya Kiara sudah di periksa di pedesaan setempat camping. Tapi memastikan kondisinya  lebih lanjut. Dan yang terbaik untuk Kiara.

Hanya mengangguk lemas respon Kiara.

"Istirahat aja ya... Biar aku yang beresin."

"Makasih, aku ke kamar dulu." Melangkah pergi meninggalkan Deva.

Drreettt

Baru saja memposisikan dirinya di ranjang handpone Kiara berdering. Ia kembali duduk untuk mengangkat telfon.

"Iya Fika ada apa? Gue baru aja mau istirahat"
"Lo hamil Kiara"
"Hhukk" Kiara tersedak ludahnya sendiri
"Iya Kiara.... Lo sama kayak kakak ipar gue. Dia waktu hamil juga sakit persis kayak lo. Gk bisa makan. Mual. Sensitif banget. Tadi gue mau ngomong takut kedengaran yang lain."
"Gimana gue bisa hamil Fika.... "
"Kan punya suami. Bikin berdua."
"Gue gk sejauh itu sama Deva. Ya kita tidur bareng. Tapi gk lebih."
Terdengar teriakan kencang dari Fika. Kiara menjauhkan handpone sebentar.
"Kok bisa...!"
"Gue gk sebodoh itu Fik. Walaupun itu kewajiban gue."

Dua Pilihan(Deva Kiara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang