Panah dan Sasaran

33 20 0
                                    

Tema: Buat karya dengan kalimat awal: Semua itu dimulai dengan sebuah kebohongan.

***

Semua itu dimulai dengan sebuah kebohongan. Ya, aku sedang menceritakan kisahku pada Amelia, tentang kebohongan yang teman-temanku ceritakan yang mencetak kenangan dalam benakku.

"Serius, dia berbohong soal itu?" Amelia menggeleng, tidak menyangka kebenaran dari ceritaku.

Aku mengangguk mantap. "Aku tidak tahu kenapa mereka berbohong soal perasaan."

Aku masih ingat kejadian kelas tujuh, di mana teman sekelasku (yang perempuan tentunya) mempermainkanku dengan berkata kalau Hansel menyukaiku.

"Berbohong soal perasaan, aku tidak akan menyukainya kalau menjadi kamu." Amelia menggeleng lagi.

Hansel tidak menyukaiku, kami hanya sering satu kelompok karena kebetulan, dan dia sering memintaku untuk masuk ke kelompoknya karena yang lain sudah punya.

Dan aku mengira kalau dia menyukaiku, dan langsung berkata, "Kamu suka padaku, ya". Secara terang-terangan pula, aku tidak bisa menahan malu saat itu. Ahh, ternyata mereka hanya mempermainkanku.

Semua itu itu dimulai dari kebohongan kecil itu, aku jadi punya _image_ yang buruk di sekolah. Aku sampai berusaha populer di sosial media supaya mereka benar-benar menghargaiku, tapi sejak mendengar cerita Gaby dan si Putih, aku rasa itu tidaklah penting lagi.

Saat itu juga mereka memberiku julukan perempuan geer yang tukanh mengeluh. Tidak ada yang mau mendekatiku karena aku terkesan manja.

"Kamu memang banyak mengeluh." Amelia terkekeh-kekeh. "Tapi setidaknya kamu bisa bertahan sejauh dua hari ini."

Aku mendengus kesal.

"Ya, kamu bisa pamer kepada mereka kalau kamu sudah berpetualang di hutan." Amelia tertawa lagi sembari merunduk, ada tangkai pohon di depannya.

"Kalau aku bisa pulang." Aku menekankan kata 'pulang'.

"Soal perasaan, kamu pernah jatuh cinta tidak?" Entah kenapa aku ingin sekali mengangkat topik yang selalu dibicarakan perempuan.

Amelia ber-um sejenak, sedang berpikir. "Aku tidak pernah, kurasa, aku lupa."

Volume suaraku naik tanpa sengaja. "Kamu bisa lupa?!"

"Ya, mana tahu, ada banyak hal penting lainnya yang harus aku ingat." Amelia berjalan dengan riang, kakinya kuat sekali, masih bisa melompat-lompat.

"Ya, ya, ya, isi saja benakmu dengan cerita-cerita dongeng." Aku hampir saja menambah kata 'aneh'.

"Kamu masih bisa mengomel setelah berjalan sejauh ini?" Amelia tertawa lagi, dia senang sekali menertawaiku, ini baru hari ketiga.

Pagi-pagi buta sudah membangunkanku. Tidak ada pilihan, kalau aku ingin cepat pulang, aku harus cepat bangun. Ahh, aku ingin berteriak, ingin menumpahkan rasa frustasiku lewat tenggorokan.

Mengeluh memang tidak membuat keadaan menjadi lebih baik, tapi setidaknya itu membuat kepalaku tidak semakin sakit, mengeluh itu, ya, agak menenangkan bagiku.

Amelia berhenti mendadak, tidak ada lagi suara daun yang bergesekan dengan kakinya. 

"Kenapa?"

Amelia meletakkan tangannya di belakang daun telinga. "Ada keramaian, kemungkinan besar ada orang dan perkotaan."

Mataku langsung membulat, kakiku--yang rasanya sudah hampir patah--langsung siap untuk berlari ke arah sana. "Ayo ke sana!"

"Tunggu, kita tidak tahu Shiviria itu kota seperti apa." Amelia berusaha menghalangiku untuk berjalan maju.

Oh, ayolah, dia sendiri yang suka mengambil resiko, kenapa dia tidak ingin langsung pergi. "Kamu, kan, berani. Lagipula kamu bisa melindungiku."

"Kita harus waspada." Amelia tetap kukuh pada kalimatnya.

Aku memutar bola mata dengan kesal, tidak ada pilihan selain mengikutinya dari belakang dengan kecepatan lambat.

"Berhenti!" seru suara dari belakang, kami berdua tersentak. Kepalaku langsung memutar ke belakang.

Ada seorang pemuda berbadan tegap yang sedang memegang busur. Untuk apa dia meneriaki kami?

Amelia juga terdiam, menatap pemuda itu yang tidak ia kenali juga. 

"Jangan bergerak!" seru pemuda berbadan tegap itu. Tangan telunjuknya menunjukku, bukan Amelia. Dia sedang menyuruhku berhenti bergerak? Hanya aku?

Amelia menatapku, ikut bingung. Siapa pemuda ini? Tangannya membawa busur, dia seorang pemburu ya? Kenapa aku jadi teringat dengan cerita bebek buruk rupa.

Aku tidak secantik Althelia, kalau aku boleh jujur, aku bahkan tidak lebih cantik dari Amelia. Aku hanyalah gadsi berpenampilan biasa.

"Kau, yang rambut lurus, menyerahlah." 

Rambut Amelia bergelombang dan rambutku lurus. Kebingungan mulai tercetak dalam benakku. 

Pemuda itu mulai berlari ke tempat kami. Aku langsung berlari menjauh seraya menarik tangan Amelia.

"Ke-kenapa la-ri?" Napas Amelia tersengal-sengal, masih terkejut karena aku menariknya.

"Dia sepertinya mengejarku." Aku berucap dengan panik, sesekali melirik ke belakang. "Tolong bantu aku!"

Derap kaki yang terdengar dari belakang semakin kencang, degup jantungku juga ikut bertambah kecepatannya. Kenapa aku harus dikejar? Apa salahku?

"Seharusnya kita bicara baik-baik dulu!" Amelia berseru dengan kakinya yang masih ikut berlari bersamaku.

Aduh, siapa juga yang tidak panik saat dirinya ditunjuk-tunjuk lantas dikejar. Tubuhku hampir jatuh karena kakiku yang sudah gemetaran, ketakutan.

"Auh, auh! Berhenti." Amelia berseru sakit. Ah sial, aku lupa, dia tidak memakai alas kaki. Dan berlari dengan cepat membuatnya tidak bisa berhati-hati dalam menginjak.

Satu anak panah melesat, jatuh di antara aku dan Amelia. 

"Berhenti atau akan aku panah, kalian berdua!" Pemuda itu memicingkan sebelah matanya, bersiap lagi untuk menembak dengan anak panahnya.

Aku berhenti. Tidak mungkin aku memaksa Amelia untuk terus berlari dengan kakinya yang terluka. Coco terlihat panik. Duh, apa yang dilakukan tupai ini untuk membantu kami?

"Gigilia, kamu telah ditemukan, berhenti berlari atau aku akan menembakmu dan juga kawanmu!"

Coco terlihat marah, hendak berlari ke arah pemuda itu, mungkin hendak menggigitnya. 

Pemuda itu mengarahkan panahnya pada Coco yang membuatnya langsung berlari mundur dengan kaki dan tangannya. "Atau aku juga akan memanah tupai ini."

Siapa Gigilia? Kebingungan macam apa lagi ini? Aku benar-benar sedang sial, sial sekali.

To be continued ....

14 Febuari 2021

Lemony's note

Aku tak tahu lagi sedang menulis apa, rasanya makin lama makin kacau dan makin absurd dan juga makin gaje 😭✨ cerita ini sebenarnya tidak punya alur yang terencana, hanya bergantung pada tema.

Aku ragu kalau ini bisa jadi cerita bersambung yang nyambung 😭 temanya random banget /hiks/

Sudah setengah bulan, setengah bulan lagi cerita ini akan tamat dan semoga endingnya tidak gaje.

Oh iya, Happy Valentine's Day untuk semuanyaa, jangan lupa tebarkan cinta kasih untuk orang-orang di sekitar dan juga jangan lupa untuk mencintai dirimu sendiri.

(っ.❛ ᴗ ❛.)っ🍫🍫🍫💖

Coklat untuk kalian semua yang masih mau membaca cerita ini, aku terharu (╥﹏╥)💖

Itu saja cuap-cuap hari ini, see you in the next chapter! (人 •͈ᴗ•͈)

Salam hangat,

Lemonychee 🍋

Cerita si Pengembara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang