Bunuh Atma Penuh Dengki

41 19 0
                                    

Amelia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menarik perhatian. Melompat dan membuat suara aneh saja tidak akan cukup, dia harus melakukan sesuatu.

Tetapi, apa yang bisa dia lakukan? Melempar batu? Tidak, itu akan melukai orang di sekitarnya. Dia berusaha menyelip dalam kerumunan, kadang dia didorong ke belakang, kadang dia terjatuh.

Tidak, Amelia tidak akan menyerah. Dia akan terus membantu Cecilia, dia akan membantunya untuk pulang. Benaknya terus berpikir keras, memikirkan cara terbaik untuk menarik perhatian Veleria.

Yulia memanjat atap salah satu warga, agak jauh dari tempat Veleria terbang. Tidak ada yang melihatnya, semuanya sibuk dengan pelelangan. Setidaknya mer
eka beruntung, pelelangan 'penambah umur' adalah yang paling diminati, semua orang tidak akan mengalihkan pandangan dari botol itu.

Ketika jumlah poin tanpa tambahan koin sudah terlihat, akan ada banyak warga yang bubar. Mereka harus bertindak cepat, memastikan kalau mereka bisa membuat Veleria lengah sejenak.

Valeria bergabung dengan kerumunan, melantunkan doa supaya rencana mereka bisa berhasil tanpa membunuh Veleria, mungkinkah itu? Apakah petunjuk itu akan berubah?

Cecilia akan berusaha menangkap seruling itu dan langsung berusaha mematahkannya dengan tekad yang kuat seperti yang tertulis dalam kertas petunjuk.

Hari terakhir, penentuan apakah Cecilia akan terjebak di sini selamanya atau berhasil menapaki tempat asalnya.

"OI!" jerit Amelia sekuat tenaga, berharap kalau Veleria mau menoleh padanya, dan dia bisa melontarkan kata-kata membingungkan yang membuat perhatian Veleria fokus padanya.

Suaranya kalah oleh kerumunan. Amelia merapatkan giginya, sesekali menatap Coco untuk memberinya keyakinan. Coco sudah menemaninya sejak dia memulai perjalanannya, dan dia akan terus menemaninya.

Peluh mengalir, Cecilia tentu saja tidak mampu masuk ke dalam, dia harus bisa merebut seruling itu begitu Yulia berhasil memanah Veleria. Cecilia memutuskan untuk merangkak, melewati kaki demi kaki, semua orang sibuk menghitung poin, Cecilia harus cepat. Cecilia tidak akan menyerah meski tubuhnya sudah kotor dan penuh luka.

"Kumohon, dengarkan aku," batin Amelia seraya menyiapkan suara untuk menjerit lagi. Sebuah ide sudah terlintas dalam benaknya.

"Maaf, Valeria, aku harus melakukannya, semoga kali ini berhasil," ujar batin Amelia. Menggunakan nama Valeria akan membuat Veleria melihatnya, mungkin saja. Segalanya mungkin di sini.

"Sepuluh ribu poin untuk yang tidak pernah mendapatkan apapun dari pelelangan." Suara Veleria mendominasi, sorakannya juga.

Ayolah, dengarkan aku, batin Amelia meneriaki kalimat itu. Amelia menghela napas sejenak, menyiapkan tenaga untuk berteriak. "VALERIA MASIH HIDUP!"

Hening, kerumunan mendadak diam. Napas Valeria tertahan, Yulia awalnya terkejut, tapi mengerti dengan permainan Amelia, Amelia tidak akan mengorbankan Valeria hanya untuk kepentingan kawannya. Tupai seperti Coco tidak akan memilih orang seperti itu. Cecilia fokus merangkak melewati kerumunan.

Mata Veleria langsung mengarah pada Amelia, terbelalak karena ucapan Amelia. Pikiran Veleria diacak-acak, diminta untuk berpikir soal kebenaran ucapan Amelia.

Veleria punya kemampuan untuk memasuki benak seseorang selama sesaat, tapi itu bisa orang itu pernah berinteraksi dengan 'sihir'-nya, dan mereka berempat--berlima ditambah Coco--tidak.

"Apa yang kau katakan?!" Nada tinggi Veleria keluarkan.

"VALERIA MASIH HIDUP, MASIH HIDUP!!!" Amelia menjeritkan kalimat itu.

Cerita si Pengembara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang