Malam dan Raja Aiden

60 18 0
                                    

Tema: Buat cerita dengan tema: The King of Night and Sun

***

"Apakah kita akan sampai ke kota selanjutnya lebih cepat kalau tidak ada malam hari?" Pernyataan itu tiba-tiba melintas dalam benakku, aku memutuskan untuk menyampaikannya pada Amelia.

"Kamu tidak ingin tidur supaya bisa sampai lebih cepat?"

Aku menggelengkan kepala. "Mana mungkin aku kuat, jalan beberapa jam saja sudah lelah."

"Kamu ingin berlari saja biar lebih cepat sampainya?" tanya Amelia lagi.

"Kakiku tidak kuat tahu."

Kami berangkat pagi buta, sekitar pukul empat. Suasana saat kami berangkat agak menyeramkan. Aku mendengar bisikan bernada, seperti senandungan, aku jadi teringat dengan Althelia.

Sekarang matahari sudah bersinar terang, mungkin sudah lewat tengah hari. Suara itu juga perlahan-lahan hilang, tidak lagi terdengar.

Aneh sekali. Aku ingin sekali bertanya pada Amelia apakah dia mendengarnya atau tidak. Duh, kenapa banyak sekali hal-hal aneh yang terjadi di sini.

"Kamu kenapa?" Suara Amelia membuatku berhenti berpikir perihal suara bernada itu.

"Kamu dengar suara bisikan tidak sewaktu keluar dari desa Geleliyo?" Aku akhirnya melontarkan pertanyaan itu.

Amelia menatap pohon di sekitar sejenak, berpikir. "Tidak, kamu mendengarnya?"

"Iya, bisikan pelan." Aku berusaha mengingat salah satu kalimatnya. "Sinar dari gelap, kalimat semacam itu."

Amelia menggelengkan kepalanya. "Tidak, mungkin halusinasimu saja."

"Serius, apakaj ada sihir semacam itu. Dunia ini aneh, kukira sistem dunia ini sama dengan duniaku, nyata, tidak ada sihir, ternyata tidak, tempat ini aneh, ada sihirnya, tidak masuk akal." Aku menampilkan wajah cemberut.

"Kamu selalu saja mengeluh." Amelia tertawa kecil. "Dunia ini tidak bisa tertebak bukan?"

Memang dunia ini tidak bisa tertebak, lihatlah, dunia memutuskan untuk melemparku ke sini, ke dunia di mana hal seperti gadis yang bisa mengutuk mungkin ada. Apa yang pernah aku lakukan sampai harus mengalami semua ini?

"Wajar saja aku mengeluh, aku dilempar ke dunia antah-berantah, siapa juga yang bisa kalem dalam situasi seperti ini."

Amelia tersenyum, menggengam telapak tanganku. "Ada banyak jenis penderitaan di dunia ini, bukan hanya kamu yang menderita."

"Aku tahu itu." Aku menatapnya dengan sebal. Aku tahu banyak yang menderita juga, tapi aku lelah, aku tidak ingin lagi berada di sini lebih lama.

"Jadi kamu sabar, ya." Senyum Amelia memudar. "Kamu pasti bisa pulang, aku yakin."

Ekspresi wajahnya membuatku tidak bisa berkata-kata, kenapa Amelia kelihatan sedih? Apa dia juga sedang menghadapi masalah?

"Kamu mau istirahat?" Aku langsung mengangguk ketika Amelia bertanya, kakiku rasanya sudah mau patah.

Mataku menyapu sekeliling, berusaha mencari tempat yang tepat untuk istirahat.

Amelia menunjuk sebuah tempat yang dinaungi pohon berbuah apel. Itu tempat yang tepat untuk duduk, hangat, tidak akan tersiksa oleh panasnya surya.

"Coco, ambilkan apelnya." Coco langsung memanjat pohon melempar tiga apel ke bawah. Aku mengambil satu, lalu memperhatikannya sejenak.

"Ini tidak beracun 'kan?" Entah kenapa aku jadi berpikir kalau mungkin saja apelnya beracun, dunia ini aneh, kalau ada gadis pengutuk, mungkin saja ada apel beracun.

Cerita si Pengembara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang