Kota yang Mereka Cari

33 17 0
                                    

Tema: Buat karya yang wajib menggunakan potongan dialog ini:

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak punya kesempatan, bukan?"

"Tidak, kau salah. Kau pernah punya, sekali."

***

Aku mengerjap mataku berkali-kali, cahaya putih yang menguasai pandanganku kini memudar. Suara keramaian langsung masuk ke indra pendengaranku. Matahari langsung menyiramku dengan cahaya ganasnya, silau.

Banyak orang yang berlalu lalang tanpa memperdulikan aku yang tengah duduk di atas tanah. Tempat apa ini? Ke mana bunga itu membawa kami—

Tunggu, di mana Amelia? Ke-kenapa aku terjatuh di sini sendirian? Keringan dingin mulai mengalir lewat pelipisku, kenapa Amelia tidak bersamaku? Aku sebenarnya sedang di mana?

Degup jantungku semakin kencang. Keramaian ini membuatku takut, terus bertanya pada diriku sendiri soal lokasiku saat ini. Tidak ada orang yang menjulurkan tangannya padaku, tidak ada yang mau membantuku.

Aku beranjak, kedua kakiku gemetaran, aku tidak bisa membayangkan hari di mana aku dan Amelia juga Coco akan terpisah. Aku takut, aku tidak kenal tempat ini, aku sendirian sekarang.

Ke mana sekarang aku akan berjalan? Barat? Timur? Utara? Selatan? Aku tidak tahu. Aku bingung, kepalaku rasanya sakit, bunga itu melemparku ke mana, sih? 

Aku menyesal, menyesal karena sudah memegang bunga bercahaya itu. Bukannya petunjuk yang aku dapatkan, aku malah terpisah dari Amelia. Kenapa begitu? Aku takut. 

Rasanya semakin jauh dari tujuanku, tujuanku untuk pulang ke rumahku. Kenapa aku tidak sampai-sampai juga? Ini sudah hari keenam 'kan? 

Lurus, kakiku dengan ragu melangkah lurus ke depan dari tempat aku berdiri. Aku mengedarkan pandanganku pada sekeliling, berharap menemukan Amelia.

"P-permisi." Aku memutuskan untuk bertanya pada orang di sekitar. "Aku sedang di mana?"

Tidak ada yang menjawab, semuanya hanya melaluiku, bahkan tidak menoleh sekalipun. Apa suaraku kekecilan? 

Baik, akan aku coba sekali lagi. Dengan takut, aku berjalan mendekato seoranh wanita yang tengah menatap kendinya. "Pe-permisi, tempat apa ini?"

Wanita bersurai hitam itu mengerling, tidak mengatakan apa-apa, lantas kembali menatap kendi itu. 

Kenapa dia tidak mau membalasku? Suaraku masih kekecilan? Aku berdeham, lalu bertanya lagi, kali ini dengan volume suara yang agak besar.

Sama seperti tadi, tidak ada jawaban. Tangannya sibuk mengusap kendi mengkilat itu, tidak menggubris keberadaanku. Tatapan matanya tajam, seperti tengah menusuk udara.

Dia kelihatannya memang tidak berniat menjawab pertanyaanku. Aku berjalan menjauhinya, berpikir tentang apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus bertanya pada orang lagi?

Anak kecil mungkin akan menjawabku. Aku berjalan mendekati gadis berkepang yang tengah memetik kelopak bunga. 

"Um .... Ini tempat apa, ya?" Aku bertanya dengan lirih, takut kalau gadis kecil ini juga tidak menanggapi pertanyaanku. 

Anak kecil itu menatapku, pandangan kami bersirobok, tapi setelah itu dia berlari cepat tanpa menjawab pertanyaanku atau bahkan tidak bilang, "tidak tahu."

Aku menghela napas. Di mana Amelia sekarang? Apakah dia juga sama bingungnya sepertiku? Apakah aku semakin jauh dari kota Shiviria? Apakah aku bisa pulang?

Cerita si Pengembara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang