Chapter 6 ; Beautiful Scenario oleh Vira

674 56 10
                                    

Chapter 06
BEAUTIFUL SCENARIO

Ditulis oleh Moonazie
Diperankan oleh Seo Junghwan
_









╭───────────╮
13 Februari 2021
╰───────────╯

Semua tau. Bukan hanya seluruh tokoh dalam sekolahnya saja, tetapi seluruh penjuru dunia pun pasti sudah tau.

Semua orang sudah tau perihal sebuah rumor berupa fakta aneh tentang Junghwan. Mengenai fakta bahwa dirinya takut terhadap manusia dengan title  perempuan yang kebanyakan sebaya dengannya.

Baiklah Junghwan akui, ia memang memiliki ketakutan sialan itu. Ketakutan yang seolah mengharuskan dirinya untuk selalu dibanjiri keringat dan rasa gugup yang berlebihan, seolah mau mati ketika berada di dekat perempuan.

Hanya empat tokoh yang bersahabat dengan rasa takutnya itu, orang pertama pastinya sang ibu juga neneknya, lalu ada ibu guru sekolahnya, dan yang terakhir yaitu ibu kantin baik hati yang selalu memberikan Junghwan bonus makanan enak.

Tapi setakut-takutnya Junghwan terhadap perempuan, dia meyakini bahwa rasa takut pasti mengenal kesudahan.

Percaya atau tidaknya kalian, itu terserah. Tapi fakta mengatakan bahwa Junghwan sudah bukan anak kecil lagi, Junghwan sudah remaja, Junghwan sudah mengerti rasa suka, Junghwan sudah menyukai salah satu dari sekian banyaknya anak perempuan di bumi.

Iya, ini bukan mimpi atau karangan, apalagi mukjizat. Junghwan menyukai teman sekelasnya.

Ini adalah hal yang sangat baru bagi Junghwan. Untuk pertama kalinya dalam hidup, dirinya merasakan perasaan aneh yang melibatkan detak jantung yang sering orang-orang sebut dengan sebutan first love.

Pada detik ini juga, Junghwan sedang diam mirip orang melamun. Tapi sebenarnya Junghwan bukan tengah melamunkan sesuatu, melainkan sedang mengagumi betapa cantiknya juga betapa indahnya makhluk ciptaan tuhan yang sekarang sedang bermain basket sendirian di lapangan.

Junghwan hanya bisa memandanginya dari kejauhan, sembari memegang susu pisang favoritnya pemberian kakaknya Jaehyuk. Ia terpesona setiap detail dari gadis itu, bagaimana cara rambutnya yang panjang diikat bergaya kuncir kuda, sehingga membuat rambut gadis itu akan bergerak ke sana kemari mengikuti iringan bola basket menuju ring.

Untuk terakhir kalinya mari kita tegaskan sekali lagi, bahwa bayi kecil kita sedang jatuh cinta.

❖❖❖

Haruto, salah satu temannya yang memiliki pacar lebih dari sembilan, padahal ia baru saja duduk di bangku kelas sepuluh, sama seperti Junghwan.

Tidak, Junghwan bukannya ingin seperti Haruto. Melainkan satu pacar saja sudah sangat cukup bagi Junghwan, asalkan pacarnya itu adalah Lani, gadis yang Junghwan pandangi di lapangan basket tadi.

Haruto sebagai seorang yang sudah profesional juga ahli dalam bidang tersebut berkata padanya bahwa, ia harus memberikan hadiah kepada orang yang disukainya itu.

Tapi dikarenakan uang di sakunya benar-benar krisis, layaknya keadaan perekonomian anak kecil yang baru saja masuk SMA. Jadi Junghwan hanya bisa membelikan hadiah versi low budget berupa susu stroberi yang Junghwan tau adalah minuman kesukaan Lani.

Mumpung suasana loker lumayan sepi, Junghwan pun segera melancarkan aksinya. Ia meletakan hadiah kecil-kecilan itu pada loker milik Lani. Tentunya sebuah susu stroberi dengan tempelan sticky note yang bertuliskan,

' Minum ya! kamu pasti capek :) '

Junghwan akui, memang tulisan yang terdapat dalam sticky note itu memang agak menggelikan.

Hingga tiba-tiba, entah takdir apa yang direncanakan tuhan, Junghwan kaget setengah mati disaat melihat Lani di seberang sana dengan pakaian basket di tangannya sedang berjalan kearahnya menuju loker.

Dengan langkah seribu menyerupai kecepatan the flash, Junghwan buru-buru bersembunyi dibalik tembok berharap Lani tidak melihatnya walau hanya setengah senti.

Hal baru nan aneh berupa hati yang berdebar kembali dirasakan bocah itu.

Junghwan mengintip dibalik tembok itu dengan perasaan senang dan khawatir secara bersamaan. Dilihatnya Lani yang tampak kebingungan melihat sebuah susu stroberi itu, tapi ia lebih kebingungan lagi ketika membaca tulisan menggelikan yang telah Junghwan tulis dalam sticky note tersebut.

Seolah tak peduli, Lani meminum hadiah kecil-kecilan itu tanpa repot-repot menyusahkan otaknya dengan memikirkan sang pengirim.

Sementara disisi lain, Junghwan terlihat sangat lega meskipun reaksinya tidak sesuai dengan ekspektasinya yang mengharapkan Lani senang dengan hati yang berbunga-bunga.

Tak apa.

Orang bilang cinta pertama tak akan berhasil. Tapi ia akan membuktikan bahwa itu hanyalah isapan jempol belaka yang haram tertulis dalam skenario hidupnya.

❖❖❖

Bel pulang sekolah berbunyi, sehingga seluruh murid pun berhamburan dengan langkah yang menggebu-gebu, seolah tahanan yang haus akan kebebasan.

Sementara Junghwan berjalan dengan santai menuju tempat parkir dimana tersimpan sepeda merah kesayangannya yang setia menunggu sampai anak itu selesai berperang dengan sekumpulan pelajaran yang mematikan.

Ia pun segera menaiki sepedanya, tapi saat hendak mengayuh, terasa seperti ada sesuatu yang berat berada di kursi belakang sepeda.

Junghwan pun menengok ke belakang, dan betapa terkejutnya dia saat mendapati gadis yang ia sukai sedang duduk di belakangnya dengan raut muka tanpa dosa.

Junghwan melotot tak percaya dengan apa yang dilakukan gadis itu yang sukses membuat hatinya kembali ribut dengan melibatkan kombinasi perasaan senang, takut, dan khawatir. Ia khawatir jika sewaktu-waktu jantungnya akan berhenti berdetak kemudian dirinya akan mati.

"K-kamu ng-ngapain disini?" Ucap Junghwan, ia rasa keringat dingin pun mulai keluar pada dahinya karena rasa takut.

"Mau nebeng hehe, boleh ya?" Lani pun tersenyum.

Sumpah demi apapun, rasanya seolah berbagai macam penyakit bermunculan pada tubuh Junghwan saat melihat gadis yang disukainya tersenyum. Seperti serangan jantung, asma, bahkan perut melilit.

Melihat Junghwan yang lama menjawab membuat Lani khawatir.

"Gak boleh ya?"

"Eh, b-boleh kok"

"Asiik"

Lani pun menggenggam tas yang dipakai Junghwan sebagai pegangan. Dan tentu saja ini sangat aneh bagi Junghwan mengetahui baru pertama kali dalam hidupnya ada gadis yang ikut duduk pada kursi sepedanya.

Ia merasa ... Senang.

Junghwan pun mengayuh sepedanya. Tapi dirinya sedikit tidak menyangka meskipun tubuh Lani sangatlah kecil mirip roti gepeng, entah kenapa rasanya lumayan berat.

"Aku berat ya?" Ucap anak itu tiba-tiba.

"H-hah e-enggak kok"

"Bohong" gadis itu cemberut.

"Enggak"

"Enggak apa?"

"Enggak bohong"

"Enggak berat?"

"Enggak"

Junghwan menahan tawanya. Kebahagiaan yang dirasakannya kini sungguh sulit digambarkan, rasanya seperti ia sedang tidur di tengah hamparan bunga yang harum seharum kehidupan. Anak itu menikmati setiap detik waktu berharganya bersama orang yang ia sukai.

Hingga tiba diwaktu dimana mereka harus berpisah.

"Makasih ya atas tebengannya" ucap Lani tepat setelah sampai di depan rumahnya.

"Iya"

Tiba-tiba Junghwan merasakan ada sesuatu pada tas miliknya, dan setelah ditengok ternyata itu sebuah susu rasa pisang.

"I-ini apa?" Tanya Junghwan dengan mata masih tertuju pada objek pada tasnya.

"Balas budi"

"Hah?"

Sedetik kemudian gadis yang berada di depan Junghwan pun tertawa keras.

"Kamu pikir aku gak tau kalo orang yang nyimpen susu stroberi di loker aku itu kamu?"

Junghwan tersentak, akhirnya aksi rahasianya itu malah diketahui oleh sang target, Junghwan harap Lani tidak berpikiran yang iya-iya.

"Oh, y-yaudah aku pergi ya"

Saat Junghwan hendak mengayuh sepedanya, dengan secepat kilat Lani menahan setang sepeda milik Junghwan. Sehingga mau tidak mau anak itu harus berhenti.

Tatapan polos bertabur tawa Lani kini tergantikan dengan sorot mata tajam yang ditujukan pada Junghwan.

"Ngaku! Kamu suka aku kan?"

❖❖❖

Insomnia adalah keadaan super menyebalkan yang sangat dibenci semua orang. Termasuk Junghwan.

Mungkin masih bisa dimengerti jika ini insomnia normal, hal yang membedakan dengan yang Junghwan alami ialah insomnia beserta penyiksaan yang dilakukan oleh pikirannya sendiri.

Lani, gadis itu hampir membuat anak yang baru memasuki masa pubertas ini menjadi gila. Bagaimana bisa kalimat sialan yang diucapkan gadis itu selalu terngiang dalam pikirannya seolah terdengar seperti jerit malam yang menakutkan.

' Ngaku! Kamu suka aku kan? '

Astagaaaa, Junghwan hanya ingin tertidur dengan tenang.

❖❖❖
╭───────────╮
14 Februari 2021
╰───────────╯
Keesokan paginya, Junghwan datang ke sekolah dengan kelopak mata hitam menghiasi wajahnya.

Notifikasi dari handphone sang bocah terus bermunculan, hingga membuat gendang telinga anak bermata panda itu hampir meledak. Bukan, ini bukan karena ucapan dari seseorang yang akan memberikan sebuah cokelat ditanggal 14 Februari ini. Melainkan sekumpulan teman-temannya yang pamer karena bisa merayakan hari Valentine.

Anak laki-laki ini tidak peduli. Toh, untuk hari ini saja jiwanya seolah terkuras habis bahkan sampai tidak tidur segala. Junghwan lelah.

Junghwan mendapatkan pelajaran baru saat berada di fase puber ini. Yaitu, menyukai seseorang sangatlah melelahkan, kau harus mendapatkan energi ekstra untuk menghadapi rasa senang yang berlebihan, takut, sedih, khawatir, dan yang paling parah adalah over thinking.

Pada detik ini keadaan kelas X MIPA 8 alias kelas yang ditempati oleh Junghwan itu benar-benar kacau, sebagian teman-temannya yang minim akan akhlak sukses membuat kelas seolah tempat eksekusi bagi telinganya. Hal ini terjadi pasalnya sang guru sejarah sedang tidak hadir.

Tiba-tiba notifikasi pesan pun terdengar dari handphonenya.

Setelah dilihat, betapa terkejutnya Junghwan setelah melihat nama sang pengirim pesan yang bertuliskan Lani.

Lani
|Berisik ya

Mata bocah itu mencari sosok Lani, si pengirim pesan singkat yang baru saja diterimanya. Gadis itu pun menoleh kearah Junghwan lalu tersenyum simpul sebelum mengalihkan pandangannya kembali pada handphone miliknya, seperti sedang menunggu balasan.

Iya|

Lani
|Kamu gak ada niatan berpartisipasi buat bikin kelas ini lebih berisik lagi? kayak orang kesetanan gitu

Buat apa|

Lani
|Supaya lebih berisik
|Liat kelakuan dua temen kamu, Jeongwoo sama Haruto

Junghwan pun kemudian menoleh pada dua temannya, dan dilihatnya Jeongwoo dan Haruto yang entah sedang bermain jenis permainan apa, tapi yang jelas mereka saling memukul lengan yang lipatkan secara bergantian, kemudian berteriak keras karena kesakitan.



Biarin|
Aku kan kalem|

Lani
|Lah? Iya ya wkwkwk


Dua anak yang sedang fokus pada handphonenya masing-masing itu tertawa secara bersamaan di tempat duduk yang berbeda.


Lani
|Btw
|Kemarin kenapa kamu kabur?

Gapapa|

Lani
|Ngapain kabur?

Gapapa|

Lani
|Ha?

Ha?|

Lani
|?

Gapapa|

Lani
|(・_・)


Sumpah ya Junghwan benar-benar tidak ingin membahas ini.


Lani
|Jajan yuk

Ayo!|

Lani
|Sekarang

Bolos dong|

Lani
|Iya

Gak mau|

Lani
|Kenapa?

Kata mami, aku gak boleh bolos|

Lani
|Whut?
|(・_・)

?|

Lani
|Yaudah pulang sekolah aja
|Aku nebeng lagi, hehehe
|Boleh ya?
Read


Lani
|Gak boleh ya?

Boleh|

Lani
|Bohong
Read


Lani
|Tuhkan bohong

Enggak|

Lani
|Enggak boleh?

Enggak bohong|

Lani
| :)

Beginilah isi percakapan dua anak kecil yang baru saja mengetahui rasanya menyukai seseorang, terutama Junghwan.

Sungguh aneh benar-benar aneh untuk seorang Junghwan yang memiliki rasa takut terhadap lawan jenis itu akhirnya menyukai satu gadis, bahkan berteman dengan gadis yang disukainya itu.

Intinya, saat kau melibatkan tuhan dalam semua impianmu, kau harus percaya bahwa, tidak ada yang tidak mungkin dalam coretan naskah jalan kehidupan karangan tuhan.

❖❖❖

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Dan Junghwan benar-benar khawatir.

Ia akui sepertinya menghabiskan waktu dengan Lani mungkin akan sangat menyenangkan. Tapi Junghwan tetaplah Junghwan yang memiliki ketakutan aneh meskipun Lani adalah gadis yang ia sukai.

Sehingga setelah bel berbunyi, ia langsung buru-buru pergi ke parkiran berencana pulang duluan dan pura-pura lupa akan janjinya untuk jajan.

Tapi harapannya langsung sirna begitu melihat Lani sudah duduk di sepedanya dengan wajah bersemangat begitu melihat Junghwan.

"AYO WAN"

"I-iya"

Yahh apa boleh buat jika takdir berkehendak.

Dengan lesu tapi senang di hati, Junghwan pun menaiki sepedanya.

"Jadi mau jajan kemana?" Tanya Junghwan.

"Pasar"

Junghwan menaikkan alisnya heran.

"P-pasar?"

"Iya"

Kayuhan pun dilakukannya sebelum tangan kecil milik Lani kembali menggenggam erat tas Junghwan sebagai pegangan. Dan pastinya secara otomatis perasan aneh itu kembali datang, perasaan yang melibatkan detak jantung kencang mirip serangan jantung pikir Junghwan, tetapi bukan penyakit.

Saat perjalanan menuju pasar, Junghwan melamunkan banyak hal. Ia baru menyadari hobinya yang baru selain makan dan mengganggu kakaknya, hobi baru itu yaitu menghabiskan waktu bersama Lani.

Iya, menghabiskan waktu bersama Lani memang lebih menyenangkan dari apapun.

Waktu terasa begitu singkat, rasanya baru satu detik yang lalu mereka menaiki sepeda, tau-tau sudah sampai di pasar saja.

"Wan, aku mau nunjukin ke kamu jajanan kesukaan aku disini" ucap Lani tepat setelah keduanya turun dari sepeda dan menginjakkan kaki di pasar.

Tanpa aba-aba, Lani yang sangat bersemangat itu menarik lengan Junghwan yang tentu saja tidak siap untuk diperlakukan seperti ini. Tujuh puluh persen bocah itu merasa senang, dan sisanya ia merasa takut.

Dan tibalah mereka di depan penjual makanan yang katanya kesukaan Lani, yaitu Sate Kakul yang sukses membuat bulu kuduk Junghwan bergidik ngeri.

"Hihhh keong?" Junghwan mundur selangkah menjauhi Lani beserta si abang jualan.

"Ini Sate Kakul malih. Eh? Tapi jenis keong juga sih"

Lani memakan satu potong daging dari satu tusuk sate itu lalu memuji habis-habisan tentang kelezatannya, sedangkan Junghwan makin meringis ngeri melihat seekor keong yang menggelikan telah dimakannya.

"Mau?" Lani menyodorkan satu tusuk sate.

"No thank you" Junghwan malah semakin mundur.

Gadis itu mengernyit melihat Junghwan yang sok classy terhadap makanan yang menurutnya paling lezat seolah dari surga.

"Jangan sok jual mahal, enggak cocok buat kamu"

Kemudian Lani menyuapkan beberapa potong dari satu tusuk sate kakul itu secara paksa pada mulut Junghwan yang ogah-ogahan.

"Gimana enak kan?"

Mata gadis itu berbinar menunggu jawaban Junghwan.

"Enggak"

Lani cemberut mendengar jawaban mengecewakannya, kemudian ia memukul keras lengan temannya itu dengan keras karena geram.

"Yaudah, kita cari yang lain" ucapnya sembari pergi.

Dan tepat setelah jarak Lani sudah lumayan jauh dari pedagang Sate Kakul itu.

"Bang, tiga puluh tusuk ya!"

❖❖❖

Langit sore berwarna orange terus menjadi pengawal kisah dimana dua anak itu mengulaskan banyak senyuman juga riuh kebahagiaan berupa tawa ceria.

Junghwan tidak akan pernah menyesali seumur hidupnya karena telah menyimpan hadiah kecil-kecilan berupa susu stroberi kedalam loker Lani.

Begitu sebaliknya dengan Lani, yang tak akan pernah menyesali seumur hidupnya karena telah menumpang pulang kepada orang yang bahkan tidak pernah sekalipun melakukan pembicaraan dengannya.

Junghwan yang masih mengayuh sepedanya, juga Lani yang masih berpegang erat pada tas milik Junghwan. Sama-sama masih dalam senyuman juga berkali-kali mengucap syukur pada tuhan.

Hingga sang langit orange pun harus mengakhiri kisahnya sebagai pengawal kisah mereka berdua hari ini.

"Makasih ya Junghwan" ucap Lani setelah turun dari sepeda.

"Makasih juga buat kamu" Junghwan melayangkan senyumannya lagi dengan menatap lurus lawan bicaranya seolah anak normal yang tak memiliki ketakutan aneh apapun.

Lani yang melihat perbedaan dari Junghwan itu sedikit heran karna biasanya anak laki-laki itu akan terus menunduk saat berhadapan dengannya.

"Wan, kamu keliatan beda tau"

"Huh? Beda?" Junghwan tampak kebingungan.

Lani menatap bocah itu intens.

"Karna sekarang kamu beda, kalo aku kasih pertanyaan itu lagi, kamu bakal kabur?"

"Eh, kabur? Pertanyaan ap-"

"Kamu suka aku kan?" Lani sengaja memotong ucapan Junghwan yang terdengar 'pura-pura' dimatanya.

Junghwan menelan ludahnya kasar. Tentu saja ini adalah pertanyaan enteng yang bisa dijawab tanpa berpikir, tapi entah kenapa mulutnya terasa begitu kelu, mulutnya seakan terkunci. Bersamaan dengan detak jantungnya yang tak terkontrol entah berapa kali berdetak dalam satu detik.

"Iya"

Sebuah pengakuan yang telah diucapkan Junghwan barusan dengan susah payah itu akhirnya keluar, pengakuan yang seolah seperti ucapan sumpah.

Mungkin ini mengakhiri kisah seorang anak kecil lugu dengan segala ketakutannya, namun ini akan menjadi awal kisah seorang remaja dengan segala perubahannya.

Junghwan berharap Valentine pertamanya ini bukanlah yang terindah dalam hidupnya. Karena ia akan menantikan setiap detik dari cerita-cerita lain yang akan diisi dengan kebahagiaan sebanyak alam semesta. Karena skenario hidup yang terlampau indah itu akan selalu ditulis tanpa mengenal batasan waktu, selama-lamanya.

-End-






















Chapter 3 - Beautiful Scenario by Vira is completed.

Thanks to Moonazie

Officialtreasurewp, 2021.

1st Event Treasure Wattpad Valentine's Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang