Cokelat Cokelat Seseorang

8 2 0
                                    

Seorang perempuan berdiam diri di dalam perpustakaan setelah pulang sekolah. Posisinya duduk di kursi sambil membaca buku perpustakaan. Ia tampak menikmati kegiatannya itu.

"Mbak!" panggil wanita paruh baya yang menjaga perpustakaan hari ini. Siswa yang dipanggil menoleh dan menaikkan kacamata bulatnya dengan bingkai hitam tipis. "Perpusnya mau tutup."

"Eh. Oh. Maaf, maaf." Siswa perempuan bernama Anastasia tergegap-gegap. Tangannya segera mengembalikan buku, lalu mengambil tas. "Makasih sudah mengingatkan saya, Bu. Saya permisi dulu."

"Sami-sami. Hati-hati!"

Anastasia tidak pulang. Sudah sejak kemarin dirinya berniat ke kelas lain. Beruntung kelas yang ditujunya belum dikunci. Ia menuju bangku tempat laki-laki yang sudah beberapa hari diketahuinya. Laci yang dimaksud dimasukkannya sekotak cokelat.

"Lo, belum pulang, Dik?" Seorang laki-laki mengagetkan Anastasia. Anastasia bersyukur karena yang datang adalah petugas kebersihan sekolah, Pak Prapto.

"Iya, Pak, ini mau pulang. Permisi." Anastasia membungkukkan badan. Tanpa diketahui olehnya, Pak Prapto menatapnya curiga.

***

Pagi datang. Sekolah riuh dengan siswa-siswi, guru, dan lain-lain. Mereka tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Jalanan bising. Cuaca pagi ini cerah.

Petugas kebersihan kemarin sore berhenti menyapu untuk menyapa seorang siswi. "As-salamu 'alaikum. Selamat pagi. Semoga harimu hari ini menyenangkan."

"Wa 'alaikumussalam, Pak. Pagi juga. Aamiin. Terima kasih doanya, Pak." Anastasia menunjukkan senyum lebarnya. Kemudian, siswi itu pamit berlalu kepada Pak Prapto.

Di tempat lain, tepatnya di kelas XI IPS-5, seseorang menjumpai kotak lebar dan agak pipih berlapis kertas kado di lacinya. Keningnya berkerut. "Untuk Vero Permana?" ucapnya sesuai tulisan di atas kotak.

Kepala pria urakan itu menoleh ke arah nama yang disebutnya. "Hei, Vero! Ada sesuatu nih buat lo." Kakinya beranjak menghampiri laki-laki dengan jambul hitam kerennya. "Nih." Kotaknya ia taruh di atas meja Vero.

"Pasti cokelat lagi," tebak Vero seraya merobek kotak itu dengan cepat dan sembarang.

"Kentara sekali, sih."

"Kita benar." Vero membolak-balikkan kotak yang isinya benar-benar cokelat dengan gambar cokelat berwarna cokelat. "Emang gue cewek, suka manis-manis gini? Pasti tebakanku benar lagi nih kalo yang ngasih cewek. Biasalah, gue emang mempesona. Emang dasar cewek nggak mikir dulu sebelum kasih ke orang." Laki-laki itu berdiri.

"Apalagi nyasar ke gue." Sahabat sebangku Vero menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari game di HP.

"Dibuang lagi?" tanya laki-laki yang memberikan cokelat kepada Vero, Jamson.

Vero diam. Baginya, pertanyaan dari sahabatnya itu tidak penting untuk dijawab.

"JANGAN!" teriak seorang perempuan berlari, ingin mencegah tindakan Vero yang akan menjatuhkan sebungkus cokelat.

Plung!

Vero menyadari bahwa yang berteriak adalah orang yang selama ini dicintainya, Veria. Ia baru sadar setelah membuang cokelat. Matanya menatap kaget ke Veria yang berhenti di hadapannya dengan tubuh seperti patung, sedangkan Veria mematung seraya menatap sedih ke tong sampah.

"Aish," keluh Veria. Ia pun memungut sebungkus cokelat yang sudah dibuang. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa jijik. Saat itu juga, tangan Vero sudah tidak kaku lagi.

"A-aku ...." Vero bingung ingin bicara apa.

"Tega." Gadis yang dikagumi Vero menimpukkan sebungkus cokelat ke pipi Vero. Orang-orang melihatnya dengan jijik, sedangkan Vero merasa telah ditampar. "Awas kalo ketahuan aku lagi," ancam Veria tanpa takut.

SLTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang