.
.
Putri cemburu dengan kedekatan Ria dengan Fikri. Fikri pernah mengungkapkan perasaan kepadanya, tetapi cinta Fikri adalah Ria. Hati Putri semakin sakit setelah mendengar kabar secara langsung itu. Beberapa hari kemudian, Putri menyarankan Fikri untuk segera menyatakan perasaannya. Dia juga memengaruhi Fikri dengan kata-kata ..."Jika kamu tidak cepat-cepat menembak cintamu, kamu akan menyesal seumur hidup. Bayangkan jika Ria sudah memiliki pacar, kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi."
Pikiran Fikri hampir kacau oleh kata-kata itu. Gelisah, galau, dan merana merasuki tubuhnya.
"Nggak. Nggak. Nggaaakkk!" teriaknya frustasi di persawahan yang sudah sepi. Kemudian, laki-laki itu menangis.
Apa yang harus kulakukan? Hiks ..., batinnya. Tangannya memukul-mukul tanah.
***
Fikri berangkat sekolah dengan tubuh lemas dan wajah yang pucat. Perempuan berkerudung biru yang melihat dari kejauhan hanya bertanya-tanya dalam hati, Dia kenapa, ya? Nggak biasanya dia begitu. Aku coba hampiri deh.
"Fikri!" Perempuan itu sedikit berlari ke arah laki-laki berambut lurus dengan warna hitam kecokelatan.
Fikri berhenti. "Ria?" lirihnya. Dia begitu mengenal suara orang yang memanggilnya. Lalu, mengusap wajah sampai tampak lebih segar. Kakinya melangkah cepat ke depan.
Ria menghentikan kaki manakala Fikri malah menjauh darinya. Kepalanya menggeleng. Apa yang telah kuperbuat, sehingga Fikri nggak mau berbalik? tanya hatinya.
Dua tetes air mengalir dari mata. Ria mudah menangis jika hatinya begitu sedih.
***
"Kamu kenapa? Kok sedih 'gitu, hm?" Perempuan berambut sebahu memegang bahu perempuan berkerudung biru.
Ria buyar dari lamunannya. "Nggak apa-apa kok, Put."
"Aku 'ngerti kok kalo kamu ada masalah. Ungkapin 'aja ke aku. Kamu nggak akan membebaniku kok. Santai 'aja. Kita kan sahabat karib."
(KBBI: sahabat = teman)
Ria menunduk. "Tadi aku ketemu Fikri di depan sekolah. Aku merasa dia sedang sakit. Saat kupanggil dan berjalan ke arahnya, dia nggak menoleh, seolah-olah aku orang asing."
"Kok bisa 'gitu, ya?" Putri tidak habis pikir. "Kamu nggak usah khawatir, ya? Mungkin dia ingin sendiri atau nggak mau diganggu, baik kamu maupun yang lainnya."
"Mungkin, sih." Ria tersenyum ke arah Putri. "'Ma kasih, ya, Put karena sudah menghiburku. Semoga Fikri segera dilepaskan dari masalah."
"Aamiin," ucap Putri. Seharusnya kamu tahu, Ri, tentang perasaanku padanya. Sayangnya, kamu juga nggak tahu perasaannya kepadamu. Jika saatnya tiba, kamu akan menceritakan perasaan Fikri kepadaku sebelum kamu menerima cintanya.
***
Fikri bertemu Putri di belakang gudang sekolah saat jam pulang sekolah. Tiba-tiba laki-laki itu mendapat tamparan di wajahnya.
"Kamu jadi laki-laki gimana, sih? Kamu nggak tahu kalo Ria menunggumu. Banyak perempuan berkerudung yang pacaran. Aku juga sahabat karibmu, pasti aku menyarankan yang terbaik untukmu. Minggu ini kamu harus melakukan saranku. Kalo nggak, aku nggak akan berbuat apa-apa jika ada hal yang nggak diinginkan terjadi padamu ataupun pada Ria." Ria menghentakkan kaki.
"Ri ...." Bibir Fikri membungkam. Dia tidak bisa melakukan protes lagi. Apa benar yang dikatakan Putri kalo Ria menungguku?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SLTA
Short StoryKumpulan cerpen +13 THN. Berbagai kisah dengan tokoh utama seorang siswa SMA. Biasanya, masa putih abu-abu adalah masa paling indah bagi setiap insan. (Rilis: 31 Agustus 2020) Sampul: @poetree.malu #1 - cerpensma (Mei '21) #3 - ceritaputihabuabu (No...