(Bu) Meria[h]

8 3 0
                                    


Saking kecanduan menulis, jumlah kata sampai 4469 kata (pakai perhitungan WP). Oleh karena ini naskah challenge, maka naskah sudah melalui tahap revisi. Sayangnya, bahasa asing nggak kumiringkan.

Orang itu sibuk berpikir. Dia harus merencanakannya matang-matang agar semua berjalan lancar. Kertas dan pena memang cukup untuk mencatat. Akan tetapi, jika salah tulis menggunakan pulpen, dia perlu mencoretnya atau menunggu Tipe X mengering. Gadis itu kurang suka dengan tulisan yang banyak coretan, apalagi tulisannya sendiri. Harga dirinya begitu tinggi jika mengenai hal itu. Jadi, dia memakai pensil.

Tidak lama kemudian, telapak tangannya menutup mulutnya yang terbuka. Di sampingnya, jam menunjukkan pukul 10.35. Tulisannya belum selesai, padahal sudah dimulai sejak azan isya.

"Cuci muka dulu, ah," ucapnya kepada dirinya sendiri.

Kamar itu dia tinggalkan. Sebenarnya, kamarnya didesain memiliki kamar mandi dalam. Oleh karena gadis itu tidak mau kamar mandi dalam, pintu dirombak menjadi dinding. Baginya, kamar tidurnya akan menjadi horor kalau ada kamar mandi dalam. Ya, menurut agama Islam, banyak setan di tempat seperti itu. Meskipun gadis itu tidak pernah melihatnya, dia tetap merasa takut. Akhirnya, pintu kamar mandi dalam dipindah sejajar dengan pintu kamar tidurnya.

"Eh, Utami. Kenapa kamu belum tidur, Sayang?" tanya laki-laki 40-an tahun yang hendak ke kamar tidur di depan kamar tidur Utami.

"He he he, aku mau selesaiin satu tugas lagi, Ayah."

"Ya sudah, cepat selesaikan. Kalau kamu merasa sudah tidak sanggup lagi, lanjut besok saja, ya."

"Insyaallah, Ayah. Jangan lupa doain aku, ya?"

"Semoga lancar, hasilnya memuaskan, dan sehat selalu."

"Amin."

Ayah Utami masuk kamarnya, sedangkan Utami masuk ke kamar mandi. Utami membasuh muka sampai segar bugar, lalu menyikat gigi.

***


Utami menguap. Tangannya mengusap-usap mata untuk menghilangkan kotoran di sekitar sana. Setelah itu, dia mengerjap-ngerjap. "Astaga, aku ketiduran."

Kepalanya menoleh ke jam dinding. Pukul 05.00. Gadis itu kaget bukan kepalang, karena lupa salat isya. Segera dia ke kamar mandi, salat subuh, dan salat isya. Di akhir salat, dia sujud dua kali dan dilanjut zikir. Kemudian, dia mempersiapkan peralatan dan perlengkapan sekolah.

"Pagi, Sayang," sapa orang tua Utami di ruang makan.

"Pagi juga, Ayah, Bunda." Utami mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng. Sebelum menyantapnya, dia mengiris-ngiris timun ke piringnya.

Pukul 06.15, Utami berangkat sekolah dengan motornya. Hanya butuh sepuluh menit, dia sampai di sekolahnya. Kakinya melangkah ke samping kelasnya setelah meletakkan tas. "Halo, Temen-Temen."

"Halo, Utami," balas mereka yang duduk di samping kelas.

"Mmm ... menurut kalian, Reni bakalan berangkat atau nggak?"

"Si terlambat itu paling baru tiba setelah bel," tebak Heti.

Semua tertawa. Memang benar, di antara mereka berempat, Reni-lah yang sering berangkat siang.

"Tumben tanya. Ada apa, Utami?" tanya Nia.

"Kemarin malam, aku merencanakan sesuatu untuk ultah bundaku. Aku ingin kalian membantuku. Tapi nanti aja, deh. Lagian, belum selesai. Aku selesaiin dulu, ya, sekalian nunggu Reni."

Sebelum punggung Utami lenyap, Nia kembali bersuara. "Tam, kapan birthday ibumu?"

Utami menoleh dan agak memutar badannya. "Minggu kedua," jawabnya sambil membentuk 'V' dengan jarinya.

SLTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang