Iduladha 2022

5 2 0
                                    

"Besok pada puasa tidak?" tanya laki-laki paruh baya itu.

"Bukannya kita tidak bisa puasa Jumat saja, ya?" tanya seorang gadis.

"Boleh."

"Barusan Ibu baca sebuah literatur yang di-share ke WA. Katanya, boleh. Tapi di literatur itu tidak dijelaskan alasannya," tambah ibu gadis itu.

"Jadi, besok Ibu puasa?" tanya gadis itu.

"Iya dong. Meski hanya puasa sunah, pahalanya besar, lho," jawab ibunya. "Adik juga puasa, 'kan?" sambungnya kepada anak laki-lakinya yang masih berumur 5 tahun.

"Ayah juga puasa?" tanya laki-laki itu kepada ayahnya, orang yang bertanya pertama.

"Iya, Ayah juga mau puasa. Kalau Adik tidak kuat, tidak apa-apa tidak ikut puasa."

"Kalau Ayah dan Ibu puasa, Adik juga mau ikut puasa," kata anak laki-laki itu. "Kalau Kakak, Kakak bagaimana?"

"Tidak, Dik, sebab Kakak sedang halangan, he he he."

"Mau ikut sahur atau tidak?" tanya perempuan paruh baya.

"Mmm ...," gadis itu berpikir, "tidak ah, mending mimpi indah."

"Kita lihat besok," tutur sang ayah.

***

Seorang perempuan seusia gadis itu terjerembab. Dia dibantu berdiri oleh gadis itu. Saat berdiri, mukanya tertutup rambutnya yang panjang dan lurus.

"Kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya gadis itu. Namun, perempuan itu hanya terdiam. "Hei, kau kenapa? Mana yang sakit?"

Karena tidak ada sahutan, gadis itu mencoba menyibak rambut perempuan itu. Dadanya berdebar-debar. Makin lama makin keras.

Setelah mukanya kelihatan, tiba-tiba wajahnya berubah jadi menyeramkan dan penuh luka, apalagi ada darah segar yang mengalir.

"Aaakkkhhh!" Sang gadis terkejut hingga terjatuh ke aspal.

"Hi hi hi hi." Suara mengerikannya muncul sebelum gadis itu berdiri. Dengan tergesa-gesa, gadis itu berdiri dan berlari ke belakang. Matanya tidak sanggup melihat ke belakang untuk mengecek sampai mana kuntilanak remaja itu. Yang dia tahu hanya berlari, berlari, dan terus berlari, hingga keringat terlihat mengucur di area wajah dan lehernya.

"Tolong! Tolong!" teriaknya di kasur sambil memejamkan mata dan bergerak-gerak gelisah. Saat keluarganya membuka pintu, dia terjatuh dari kasur.

"Aduuuh, hsssttt," ringisnya.

Anggota keluarganya menahan tawa hingga keluarlah suara tawa itu.

"Katanya, mimpi indah. Mimpi indah dari congol, kali," kata ibunya.

"Ha ha ha. Kakak jatuh."

"Ah, ganggu sahur kami saja. Ayo kita kembali ke meja makan semuanya!" ajak lelaki paruh baya sembari berlalu dari tempatnya. Anak laki-lakinya mengikutinya.

"Mau ikut makan bareng tidak?" tanya sang ibu kepada anak pertamanya.

"Nanti aku pikirkan. Masih sakit ini."

"Ya sudah, Ibu duluan, ya?"

"Iya."

Pada akhirnya, gadis itu ikut makan dengan anggota keluarganya yang sahur. Dia gagal menggoda adiknya yang puasa karena sudah makan bersama mereka.

***

"Ibu belum masak, ya?" tanya gadis itu saat hari sudah menjelang siang.

"Pada puasa, hanya kamu saja yang tidak puasa. Masak atau cari makan sendiri gih, Ibu masaknya nanti sore."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SLTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang