Blank

14 2 0
                                    


.
.

Mungkin "Harapan Bersama Cinta" akan menjadi novel terakhir di lapakku. Kemudian, bagian pertama di karya ini akan berubah menjadi cerpen.

.
.

Anak di bawah umur (-15 tahun) dilarang membaca cerita ini.

.
.

Cerita ini diposting setelah gagal mengikuti event. Ternyata kuota peserta telah penuh.

.
.

Gadis di bawah ini memiliki mimpi. Apa yang diimpikannya tidak seperti yang dipikirkannya.

***

Bella, seorang gadis yang merasa terkekang dalam keluarga. Orang tuanya menginginkan agar anaknya seperti ini-seperti itu, terutama oleh sang ibu. Dia sungguh kesal dan lelah. Dia ingin seperti teman-temannya. Bebas tanpa terikat apa pun. Namun, itu hanya dari penglihatannya saja.

Suatu hari gadis itu berangan-angan bisa seperti teman-temannya. Wajahnya berubah ceria karena lamunan telah merasuki pikirannya. Tanpa diduga dia berada di tempat yang asing baginya. Serba putih kecuali dua pintu di hadapannya. Pintu satu tertulis nama "Pintu Kebebasan", sedangkan pintu lain tertulis "Pintu kenyataan".

Tiba-tiba di bawah kaki Bella tercipta jalan menuju ke kedua pintu itu. Gelora gadis itu terpacu pada pintu sebelah kiri, pintu kebebasan. Kakinya melangkah tanpa ragu. Impiannya akan segera terwujud.

Klek! Gagang pintu diputar. Kemudian, didorong dengan penuh keyakinan. Dengan secepat kilat, Bella diperlihatkan pada dunia. Dia berada di luar pintu kamarnya. Sepi. Bella mencoba melangkah ke kamar orang tuanya. Pintu diketuk beberapa kali. Namun, tidak ada balasan untuknya. Dia memberanikan diri membuka kamar itu. Biasanya orang tuanya tidak mengunci pintu di malam pukul delapan ini.

"Eh!" Bella terkejut. Ternyata hari ini pintu kamar ayah dan ibu Bella terkunci. Lalu, berjalan hingga menuruni tangga. Mencari keberadaan orang tua. Sama sekali tidak ada di rumah. Beberapa detik kemudian, gadget Bella berbunyi. Dia mengecek.

WhatsApp

Rendi
Bell, lo mau gue ajak jalan-jalan malam ini?"

Bentar. Aku tanya ortuku dulu.

Bella sudah terbiasa pamit orang tua sebelum bepergiaan. Balasan pesan di atas merupakan spontanitas antara tangan dan otaknya. Sayangnya, orang tuanya tidak bisa dihubungi. Sangat jauh dari masa lalu. Setelah berpikir dua kali, Bella menerima ajakan dari Rendi. Dia merasa telah dibebaskan dari segala sesuatu.

***

Pulang dari jalan-jalan bersama Rendi membuat Bella merasa sangat bahagia, apalagi Bella diantar pulang sampai rumah. Kepala Rendi menoleh sana-sini. "Sepi sekali rumah lo, Bell. Nggak seperti biasanya."

"Iya dong. Sekarang kan orang tuaku baik dan nggak seperti dulu."

Tanpa Bella tahu, Rendi tersenyum licik. Tampaknya laki-laki itu memikirkan ide bagus terhadap situasi berbeda itu. "Ya 'udah, gue pulang 'dulu, ya? See you. Nice dream." Rendi memperlihatkan senyum termanisnya. Hal itu sudah Membuat Bella tersenyum malu.

Rendi kembali ke motornya. Bella menunggu kepulangannya sampai tak terlihat. Dia tersenyum lebar karena teringat ucapan dari Rendi. Sebenarnya Bella menyukai sosok laki-laki itu. Namun, tidak melampaui batas sebab orang tua Bella lebih dahulu memberikan nasihat. Bella terpaksa harus melupakan Rendi saat itu. Kini larangan itu tak ada lagi.

SLTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang