SELEBGRAM | 04

1.4K 229 12
                                    

Hari ini adalah saat dimana Devan akan pergi melihat-lihat sawah di desa Sumber Makmur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah saat dimana Devan akan pergi melihat-lihat sawah di desa Sumber Makmur. Tapi rasanya mood nya sangat buruk untuk hari ini. Bagaimana tidak? Sejak pagi ia merasa dipermalukan oleh gadis bernama Jea itu.

Yang pertama, saat sarapan. Semua sudah rapi, bu kades dan Sejia juga tengah memasak, sedangkan pak kades sedang main catur bersama Devan. Tapi gadis bernama Jea itu belum juga menampakkan dirinya. Ketika semua sudah berkumpul untuk sarapan, gadis itu tiba-tiba muncul dengan baju tidur dan wajah bantalnya.

Yang kedua, ketika gadis itu mandi dan dengan tidak tahu dirinya berkata kalau dia ingin mandi air hangat dengan shower. Katanya dia tidak bisa kalau mandi dengan air dingin. Berhubung pak kades tidak punya shower, bu kades dengan baik hatinya merebuskan air untuk Jea mandi karena gadis itu sudah telanjang di kamar mandi.

Yang ketiga, ketika persiapan akan pergi ke sawah. Mereka akan pergi ke sawah yang berair dan ada beberapa lumpur yang licin, tapi dandanan Jea mirip orang yang akan pergi belanja ke mall. Dia memakai kacamata dengan sepatu boots setinggi 5cm. Saat diberitahu oleh Sejia kalau dia bisa saja jatuh di sawah, gadis itu menolak dengan alasan ia tidak bisa kalau memakai baju biasa.

Karena tiga perkara itu, entah kenapa Devan merasa ilfeel.

"Lo bisa agak cepet ga sih?" tanya Devan dengan wajah datarnya. Tangannya digunakan Jea untuk pegangan karena gadis itu kesusahan waktu berjalan dan menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan dengan cepat.

Kalau di sisi Jea sih, sekalian modus.

"Bentar dulu, ini sepatu gue nyangkut mulu."

"Lo ngapain sih pake sepatu gitu segala? Kita mau ke sawah, bukan fashion show."

"Gue tetep harus kelihatan fashionable walaupun cuma mau ke sawah." Jea tahu kalau dia ini awalnya anak Bandung, tapi Jea tidak mau kalau selera fashionnya terlihat rendahan. Maklumlah, jiwa fashionablenya sudah tertanam sejak dini.

"Ya tapi lo lihat sikon dong! Masa ke sawah pake sepatu model begitu? Yang ada lo malah diketawain para petani disini. Belum lagi rok lo yang cuma sejengkal." Devan sedikit bergumam pada kalimat terakhirnya. Iya, Jea memang memakai rok pendek ke sawah. Alhasil, ia juga harus kesusahan menahan roknya yang tertiup angin.

"Daripada banyak ngoceh, mending lo gendong gue sampe ke depan sana biar cepet!" suruh Jea dengan nada ketusnya.

"Lo pake tangan gue buat bantu lo jalan aja gue ga sudi, apalagi kalo harus gendong lo." tolak Devan.

"Berisik lo!" ketus Jea balik. Ingin sekali dia menggeplak kepala Devan, tapi takut kalau lelaki itu tiba-tiba melepaskan tangannya.

Sejia yang sejak tadi berjalan didepan dan tak jauh dari mereka menoleh, lalu sedikit terkikik mendengar perdebatan antara Devan dan Jea.

"Mas Devan sama Jea cocok deh." kata Sejia.

"Cocok apanya?" tanya Devan agak ketus. Dia kesal dengan Jea, jadi tak sengaja ketus ke Sejia.

SELEBGRAM✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang