SELEBGRAM | 07

1.2K 210 15
                                    

Akhirnya hari ini Jea bisa menghirup udara Jakarta lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya hari ini Jea bisa menghirup udara Jakarta lagi. Walaupun udara di desa lebih sejuk, tapi Jea lebih suka berada disini. Bukannya Jea sombong, dia masih ingat kalau dia ini sebenarnya anak Bandung. Tapi alasan Jea lebih suka ada disini adalah Theo, kakaknya sekaligus babunya. Di desa tidak ada orang yang bisa disuruh-suruh macam Theo, makanya Jea lebih suka berada di kota karena bisa manja ke kakaknya.

Hari ini Jea sudah ke kampus seperti hari biasanya. Kakinya sudah tidak sakit lagi, tapi sekarang ganti tenggorokannya yang agak sakit. Itu karena tadi pagi Theo memaksa untuk mengurut kakinya sampai sembuh dan membuat Jea berteriak tak karuan. Akibatnya, tenggorokannya terasa sakit sekarang. Tapi sisi positifnya, Jea bisa mengejar sosok Devan yang berjalan menjauh sekarang.

Seperti yang ia rencanakan kemarin, Jea akan mendekati lelaki itu dengan caranya. Mumpung tidak ada Sejia, jadi Jea tak perlu repot-repot cemburu dengan kedekatan gadis itu dan Devan.

"Hai, calon suami!" sapa Jea sambil melongokkan kepalanya didepan Devan membuat lelaki itu sedikit kaget dan menghentikan langkahnya.

Devan nyengir sambil memperhatikan Jea yang sekarang sibuk senyum-senyum. Calon suami katanya? Devan jadi pacarnya saja tidak mau, apalagi suaminya.

"Apa?" tanya Devan dengan wajah datarnya. Heran, baru sampai kampus langsung ketemu gadis ini. Padahal Devan sudah berniat melupakan tanggungjawab gadis itu untuk mengerjakan tugasnya. Devan rela mengerjakannya sendiri asal tidak berurusan lagi dengan manusia di hadapannya ini.

"Cuma nyapa doang. Masa ketemu calon suami ga disapa sih?" jawab Jea dengan santai sambil berjalan disampaing Devan.

Devan berdecak, "Gue ada kelas, mending lo pergi ke kelas lo sendiri!" katanya yang bermaksud mengusir secara halus.

Jea menggeleng, "Gue mau ikut ke kelas lo."

Sebenarnya, Jea tidak ada kelas hari ini. Sama sekali tidak ada kelas atau urusan apapun yang menjadi alasan dirinya datang ke kampus, kecuali lelaki di hadapannya ini. Iya, tujuannya ke kampus adalah untuk bertemu Devan. Walau mereka baru berpisah semalam, tapi Jea tetap ingin bertemu lelaki itu.

"Terus kelas lo?"

"Gue ga ada kelas."

"Lha lo ngapain disini?"

"Mau ketemu calon suami lah. Siapa tahu nanti ada cewe yang gangguin lo."

"Yang ada malah lo yang gangguin gue."

"Ya gapapa dong, yang digangguin kan calon suami sendiri."

Devan menghentikan langkahnya, "Lo bisa berhenti panggil gue pake sebutan calon suami ga sih?" tanyanya dengan suara yang berubah datar.

"Ga bisa, kan itu kenyataan." jawab Jea dengan penuh percaya diri.

Devan berdecih kemudian berjalan mendahului Jea yang masih tersipu malu ditempatnya. Padahal sejak tadi dia yang berusaha gombal, tapi malah dia yang tersipu.

SELEBGRAM✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang