SELEBGRAM | 11

1.2K 215 28
                                    

Jea memondar-mandirkan dirinya dengan gelisah dibalik pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jea memondar-mandirkan dirinya dengan gelisah dibalik pintu kamarnya. Dia merasa was-was karena melihat sosok Sejia ada di cafe tempat mereka hampir makan bersama tadi. Untung Jea orangnya cerdas jadi bisa menghandle Devan agar tidak menemuinya. Tapi Jea tidak bisa lega hanya karena hal itu.

Hari ini kebetulan Devan berada disana saat bersamanya, tapi besok besok? Bisa saja Devan kesana sendiri atau bersama teman-temannya dan berakhir bertemu Sejia. Kalau Devan sampai melihatnya, bisa jadi Devan akan lebih sering kesana untuk pdkt ke Sejia, lalu mereka jadian.

Tidak, tidak bisa dibiarkan. Tapi Jea harus melakukan apa? Tidak mungkin dia jadi penguntitnya Devan. Bukannya dipandang baik oleh mas calon suami, malah dipandang buruk karena melakukan tindak kriminal.

Jea melirik jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 10 lebih 20 malam, lalu ia grasa-grusu mencari ponselnya yang seingatnya ia taruh dengan asal diatas kasur dengan selimut yang tak aturan bentuknya. Karena tidak ada, Jea beralih pada sofa dalam kamarnya, tapi tetap tidak ada. Ia beralih pada meja riasnya tapi ponselnya juga tak ada disana.

Jea menghela nafasnya sambil berkacak pinggang, dia frustasi memikirkan dimana letak ponselnya. Dia berinisiatif membuka laci meja riasnya dan menemukan ponselnya berada disana. Ngapain Jea naruh handphone disana?

Jea segera membuka aplikasi berwarna hijau di ponselnya lalu mencari kontak seseorang. Setelah menemukannya, dia menekan tombol telepon dan menempelkan ponselnya pada telinganya sembari menunggu panggilan terhubung.

"Hallo!"

Devan menguap, dia sudah mengantuk tapi harus segera menyelesaikan tugasnya agar cepat dikumpulkan dan lega karena sudah tidak ada tanggungan tugas lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devan menguap, dia sudah mengantuk tapi harus segera menyelesaikan tugasnya agar cepat dikumpulkan dan lega karena sudah tidak ada tanggungan tugas lagi. Tapi akibatnya, dia berkali-kali typo dalam mengetik dan harus menghapusnya lalu membenahinya, membuat pekerjaannya menjadi lama.

Sekali lagi Devan menguap lalu meminum kopi yang sudah mendingin yang selalu menemaninya mengerjakan tugas. Tapi segelas kopi pun tidak bisa membantu Devan untuk tetap terjaga dalam mengerjakan tugas.

Devan melirik ponselnya yang bergetar disampingnya. Dengan mata yang mulai mengantuk, ia mengangkat telponnya tanpa melihat siapa yang menelpon. Agak sedikit kesal pada orang yang menelponnya malam-malam begini.

SELEBGRAM✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang