SELEBGRAM | 13

1.2K 220 19
                                    

Jea berjalan menyusuri gedung fakultas seni sambil terus mengembangkan senyumnya dengan sekotak nasi goreng buatannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jea berjalan menyusuri gedung fakultas seni sambil terus mengembangkan senyumnya dengan sekotak nasi goreng buatannya sendiri. Kali ini ia yakin masakannya akan enak karena belajar langsung dari masternya. Siapa lagi kalau bukan Theo yang dengan sabar mengajari Jea yang berkali-kali gagal, padahal hanya memasak nasi goreng yang kalau Theo buat sendiri bisa sambil merem. Kalau kali ini Devan memberikan komentar baik, maka Jea akan menciumnya. Kalau Devan menghabiskannya, maka Jea akan menciumnya lagi. Dengan begitu, tantangannya sisa 2 lagi.

Tapi itu yang diharapkan Jea. Nyatanya, dia tidak menemukan Devan di kelas yang biasanya pria itu gunakan untuk melaksanakan pembelajaran. Jea yakin hari ini Devan ada jadwal masuk, malah Jea yang sebenarnya tidak ada jadwal. Di dalam masih ada beberapa orang, tapi tidak ada sosok Devan.

Jea melangkahkan kakinya ke cafetaria kampus, dia pikir bisa saja lelaki itu ada disana. Jea sudah hafal betul kebiasaan lelaki itu setelah kelasnya selesai. Dengan terpaksa, Jea menuju ke cafetaria yang letaknya lumayan jauh dari fakultas Devan.

Di kampus ini hanya ada satu cafetaria, tapi ukurannya lumayan luas karena penghuni kampus ini sangatlah banyak. Sedangkan kantin ada di setiap fakultas. Tapi makanan kantin tak seenak makanan di cafetaria, jadi tak heran kalau mahasiswa dan mahasiswi disini rela berjalan jauh ke cafetaria daripada makan di kantin fakultas mereka sendiri.

Jea berdiri di dekat pintu masuk cafetaria, mencari keberadaan Devan karena bangku yang biasa lelaki itu duduki sudah dipakai oleh orang lain. Jea mendengus, dia menyerah karena tidak menemukan sosok pria itu.

Jea melangkahkan kakinya keluar dari area cafetaria sambil merogoh ponselnya yang ada di tas selempangnya. Dia menekan sesuatu pada ponselnya lalu menempelkannya pada telinga.

"Hallo!"

"Dimana?"

"Cafe deket kampus."

"Kenapa ga bilang gue sih? Gue nyariin lo daritadi."

"Gue gatau kalo lo bakal nyariin gue."

"Lo di cafe mana?"

"Gue di––Sejia?"

Jea melotot kemudian sambungan telepon langsung dimatikan oleh Devan. Sialan, hal yang dikhawatirkan Jea benar-benar terjadi. Akhirnya Devan bertemu Sejia.

 Akhirnya Devan bertemu Sejia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SELEBGRAM✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang