23

830 103 6
                                    

Tau rasanya menjadi orang paling tak berguna didunia? Singkatnya, ada rasa sesak yang memberontak didada, namun kau hanyalah seorang yang tidak dipandang dibumi bagian manapun. Sekeras apapun kau berteriak, ketidakberuntungan itu selalu mengikutimu dibelakang dengan tawa menyeringai seolah berkata " jemputlah kesialanmu yang lain".

Seungwan menatap putranya yang terlelap dilengannya. Didepannya terbaring sang adik yang tak kunjung siuman dari komanya setelah melalukan operasi setelah malapetaka itu terjadi. Kata dokter, ada bagian vital pemuda itu yang hampir hancur akibat tusukan berulang-ulang.

"Hyung... Ini, makanlah dulu" Jaemin menaruh beberapa makanan dinakas dekat tempat tidur pasien.

"Aku juga membawakan susu formula untuk Woojin dan roti"

Seungwan mengalihkan pandangannya kepada Jaemin. Lelaki muda itu begitu setia mendampingi Mark.

"Bagaimana lukamu??apa masih sakit?" Tanya Seungwan.

"Tidak apa-apa lagi hyung, sudah lebih baik" jawabnya pelan. Entah kenapa Jaemin merasa tatapan Seungwan terasa hampa, ia bisa merasakan nada khawatir dari Seungwan, tapi suaranya seperti kosong.. entah bagaimana ia menjelaskannya.

"Hyung.. pulanglah istirahat.. kasian Woojin, tidurnya tidak nyaman"

Jaemin khawatir dengan posisi tidur Woojin dipangkuan ayahnya. Bagaimanapun dia masih anak-anak. Sejah hari pertama hingga hari ketiga ini Seungwan belum meninggalkan rumah sakit itu. Tak peduli ia belum mandi atau tidak..hanya saja Woojin sering dibawa oleh Joohyun untuk sekedar mandi dan makan dirumahnya.. anak itu juga menjadi lebih rewel dari biasanya, ia akan menangis saat ia mencoba membangunkan Mark untuk bermain dengannya. Pemandangan itu yang sering meremas dada Seungwan.

Jangan sampai ia kehilangan Mark. Ia bersumpah ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika terjadi hal yang lebih mengerikan kepada Mark. Ia sudah berjanji kepada pengasuhnya dipanti akan menjaga Mark dengan baik.

Seungwan berdiri dari duduknya sambil menggendong Woojin yang masih terlelap.

"Jaga Mark sebentar ya.. "

Dengan begitu, Seungwan meninggalkan ruangan Mark. Dia sangat lelah, seakan-akan masih banyak kesakitan yang sedang menunggunya untuk menyerah. Bahu tempatnya bersandar juga sudah pergi, barangkali semua orang juga sudah lelah atas keluh kesahnya.

Sampainya dilobi rumah sakit, kakinya berhenti melangkah. Netranya menangkap petugas medis yang berjalan kesana kemari, ada yang terburu-buru, ada perawat yang sedang bercanda gurau, pasien-pasien dengan keluarga mereka, pengunjung yang tergesa-gesa. Semuany seolah berputar cepat dihadapannya.

Ia tak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya, entah bagaimana caranya ia sudah berada diarea luar rumah sakit.

"APPAAAA....AAAPPPAAA.."

Jika tidak mendengar suara Woojin yang memanggil namanya ia takkan sadar apa yang terjadi.

Seungwan melihat keselilingnya ada beberapa orang dan perawat menatapnya khawatir.

"Ke--kenapa?? Melihatku begitu??"

Seungwan bingung, ia bisa merasakan keringat yang mengucur ditubuhnya.

"Anda tidak apa-apa?? Anda tidak ingat??" Tanya seorang perawat wanita padanya masih dengan tatapan khwatir.

"Anda tiba-tiba saja lari saat dilobi. Beberapa kali menabrak pasien, anak ini juga menangis. Karena itu kami mengejar, tiba-tiba anda jatuh disini dan tidak sadarkan diri.. mmm.. 10 detik mungkin??"

Jelas salah seorang petugas keamanan dirumah sakit. Mereka hampir membawa Seungwan kerumah sakit jika lelaki itu tidak bangun.

"Woojin-ah.. kemarilah.. " Woojin mendekati ayahnya dan memeluk lelaki berharganya itu dengan erat.

APPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang