"chaaaa....anak eomma sudah tampan, sekerang ayo pulang!!"
"Neee!!!!"
Joohyun tersenyum bangga melihat Woojin. Putranya sangat pintar, bahkan diusian yg baru 2,5 tahun ia sudah mengerti semua perkataan orangtuanya.
Klekk
Pintu kamar Joohyun terbuka menampilkan sosok nyonya Bae disana. Joohyun menunduk merapikan berbagai barang-barang Woojin dan dimasukkan kedalam tas.
"Halmonie.." ucap Woojin tersenyum lebar menampilkan gigi susunya.
Dengan kikuk, nyonya Bae balas tersenyum, kemudian ia duduk dipinggir ranjang Joohyun. Ia perhatikan putrinya itu lekat-lekat. Usai kepergian keluarga Bogum semalam Joohyun langsung masuk kekamarnya tanpa berbicara dengan kedua orangtuanya maupun kakaknya.
Nyonya Bae mengelus rambut Woojin.
"Saat dewasa, putramu pasti akan sangat tampan karena eommanya juga cantik"
Joohyun mengalihkan pandangannya ketangan nyonya Bae yang mengelus Woojin dengan penuh kasih sayang.
Joohyun merasakan sesuatu meluap dari perutnya. Tanpa sadar air matanya jatuh. Ia menghapus kasar air mata kurang ajar yang jatuh tanpa permisi sipemilik indera penglihat itu."Ah... Akhir-akhir ini mataku sering kelilipan" narasinya.
Nyonya Bae tersenyum, balas mengelus rambut Joohyun.
"Maafkan eomma Joohyun-a.. eomma membawamu pada penderitaan berkepanjangan seperti ini.. harusnya.. harusnya eomma tidak memisahkanmu dengan putramu"
Isak nyonya Bae, entah kenapa semua orang menyesalinya sekarang.
"Eom--eomma..."
Joohyun menghambur memeluk wanita yang melahirkannya itu. Ia terisak disana. Semuanya terasa sulit untuknya namun disisi lain juga melegakan.
"Eomma... Disini...sakit"
Joohyun menunjuk dadanya. Ia takut seseorang memisahkannya dengan putranya, itu sakit. Ia juga menelan kenyataan bahwa seseorang yang ia cintai dalam waktu singkat mencintai sahabatnya sendiri, itu juga sakit.
"Eomma... Eomma.. uljima.. "
Woojin menyusup kedalam pelukan ibunya ikut menangis.
"...eomma baik-baik saja.. Woojin uljima.. eohh... Anak lelaki tidak boleh menangis"
Joohyun menghapus air mata Woojin menampilkan senyum terbaik untuk menghibur putranya. Woojin menyimpan wajahnya diceruk leher Joohyun menangis disana.
"Kau sudah dewasa,maafkan eomma pernah melukai perasaanmu hyun-ah.. mulai sekarang eomma hanya akan mendukung semua pilihanmu.. "
Nyonya Bae mengusap tangan putrinya dengan sayang. Ia yakin dengan keputusannya. Ia tidak ingin anak-anaknya menderita lagi..
"..tapi appa?"
"Appamu selalu memikirkanmu Joohyun-a, suatu malam Eomma tidak mendapati appamu tidur disebelah eomma. Eomma mendengar suara dari ruang kerjanya. Kau tahu apa yang eomma lihat?? Appamu sedang menonton semua video saat kalian masih kecil.. dia appa yang sangat kau takuti. Tapi eommalah yang melihat sisi rapuh appamu.. tenang saja.. eomma akan bicara padanya"
"Weee wee?? Kenapa tidak aja aku peluk-pelukkannya??"
Kedua orang itu menoleh kearah pintu kamar mendapati Taeyeon tersenyum konyol disana. Ditangannya terdapat kota besar yang Joohyun yakini sebuah mainan.
"Bicaralah dengan oppamu, eomma keluar dulu ya"
Nyonya Bae meninggalkan kakak beradik itu berdua, membicarakan berbagai hal yang memang harus dibicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
APPA
FanfictionAku sangat menyayangimu, Son. Tumbuhlah menjadi hebat, karena aku mengorbankan masa mudaku demi membahagiakanmu. _SSW_ bolehkah aku memeluknya? _BJH_ Eomma?? _SWJ_