Cinta bukanlah sesuatu yang bisa diatur. Cinta bukan sesuatu yang bisa direncanakan sedemikian rupa. Cinta adalah perasaan yang mengubahmu dari sedih menjadi bahagia, dari pasti menjadi bimbang, dari luka menjadi senyum. Semuanya datang pada siapapun tak pandang kaya miskin. Bahkan cinta bisa jadi musibah dan keberuntungan. Kau bisa menjadi orang yang paling bahagia didunia karena cinta, tapi juga tak sedikit cinta harus menyakiti orang yang mencintai kita.
Begitupun yang terjadi pada Jisoo. Ia benar-benar sudah kalah dalam cintanya. Jika ia harus mengemis pada Seungwan,akan dia lakukan. Meskipun disisi belahan bumi sana jelas seorang lelaki juga mengikatnya, tapi cinta untuknya lenyap seperti tak bersisa.
Seungwan tidak buta akan cinta, bohong jika ia tidak mengetahui bahwa gadis bermarga Kim itu memandangnya dengan cara yang berbeda dibandingkan awal pertemuan mereka. Tatapannya jauh lebih hangat, sentuhannya pun cukup membuat darah yang mengalir tubuhnya berdesir, bahkan pernyataan cintanya tadi malam membuat jantung Seungwan berdetak tak karuan.
Sayang, Jisoo belum mau mendengarkan jawaban si Son. Jisoo bilang dia ingin membuktikan perasaan Seungwan sendiri dengan caranya. Dan ..... Jinyoung.. dia harus menyerah pada laki-laki itu. Meskipun nanti Seungwan tak membalas perasaannya, ia tetap harus mengambil keputusankan?? Ia tak sejahat itu memanfaatkan Jinyoung sebagai tempat pulangnya saat rumah yang ia tuju tidak menerimanya. Sebaik apapun komunikasi mereka saat ini tetap tidak bisa mengembalikan letupan hangat didadanya seperti dulu. Salah... Jisoo salah, pikiran bodohnya mengenai hubungannya dengan Jinyoung sama dengan makanan yang bisa dihangatkan ternyata salah.
Jisoo menggenggam telapak tangan Seungwan sejak semalam, jika ada yang harus ia sesali adalah ia membiarkan lelaki itu bertahan sendiri. Seungwan tersenyum melihat gadis berbibir love itu tidur.
"Woojin-ah...lihat Jichu... Sangat lucu kan!" Senyum Seungwan bicara pada Woojin. Woojin yang berada dipangkuan Seungwan pun berbabla ria dengan bahasa aliennya. Hanya Jisoo yang paham... Bukankah Jisoo dan bayi-bayi didunia adalah Alien?? Wkwkwk... Seungwan yakin mereka saling memahami.
"AaaaaYAAAKKKK" Pekik Jisoo, Seungwan tertawa puas. Dengan iseng Seungwan meletakkan tangan Woojin kerambut Jisoo, dan dengan kejamnya bayi 1 tahun itu menarik rambut Jisoo sekuat tenaga.
Woojin yang diteriaki suara tak manusiawi Jisoo mencebik,, bibirnya melengkung kebawah.. dan dalam hitungan ketiga...
1....
2..........
"HUAAAAAAAAAAAAA....AAAA" tangis Woojin pecah. Seungwan membawa bocah kecil itu kepelukkannya tertawa kecil.
"Aaaaa.... Woojin-a... Maaf-maaf...maafkan Jichu yaaa...."
Jisoo mencoba mengambil alih Woojin. Namun Woojin menjerit sambil menoyor kepala Jisoo agar tak mendekatinya.
"Kenapa kau begitu kejam pada jichu, bayi???"
"Yaaa...woojin-a, kita temankan??? Uljimaaaaa...."
Jisoo yang frustasi karena Woojin tidak mau berhenti menangis malah ikut menangis. Lihatlah....hidungnyapun ikut memerah,, dan lihatt lihattt... Mata Jisoo berkaca-kaca....tak ada bedanya dengan bayi.
"Yaaa...hahaha...Kim Jisoo...kenapa kau ikut menangis??" Tawa Seungwanpun pecah.. sedari tadi ia memperhatikan Jisoo membujuk Woojin agar berhenti menangis malah berakhir gadis itu ikut serta dalam kontes kesedihan yang tidak Seungwan niati.
"Lihat nak, calon eommamu tak bedanya denganmu" gurau Seungwan membuat Jisoo yang masih berkaca-kaca membulatkan matanya..
Apa...apa yang dibilang Seungwan tadi??? Ayoolah... jisoo tak salah dengarkan??? Pipi gadis itu bersemu merah.. ia menenggelamkan kepalanya pada kasur ranjang Seungwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
APPA
FanfictionAku sangat menyayangimu, Son. Tumbuhlah menjadi hebat, karena aku mengorbankan masa mudaku demi membahagiakanmu. _SSW_ bolehkah aku memeluknya? _BJH_ Eomma?? _SWJ_