18

966 130 72
                                    

Suasana apartment Joohyun terasa kaku, kecuali suara Woojin yang antusias dengan mainan-mainan baru yang Joohyun belikan.

"Eomma....igoo!!" Woojin memberikan salah satu mainan mobil-mobilan kepada Joohyun untuk main bersamanya. Joohyun tersenyum mengambil mainan itu.

"Bbrruuuuummmm....brummmmmm... Braaakkkk"

Woojin mengikuti suara yang dibuat Joohyun, dan mengekspresikan kesakitan setelah pura-pura bertabrakan.

"Woojin-ah....eomma appo..."

Joohyun berpura-pura terluka dan menjatuhkan kepalanya pelan kelantai. Woojin berdiri dan membelai rambut sang Eomma.

"Gwenchana..Woojin dicini"

Joohyun kembali tersenyum mendengar ucapan anaknya. Sipintar Woojin... Adalah penyesalan dan kebahagiaan bagi Joohyun.

Keduanya asik bermain, melupakan sosok lain yang duduk memperhatikan.

"Honey... Bukankah sekarang our q-time??"

Joohyun menoleh kearah sofa dimana kekasihnya itu duduk. Entah angin apa tiba-tiba Bogum datang ke apartmentnya setelah lebih dari satu bulan saling tak memberi kabar. Jangan tanya ekspresi kaget pria itu saat mengetahui ada balita bersama Joohyun, dan lebih kaget lagi saat Joohyun dengan lantang mengenalkan balita itu sebagai putranya, putra kandungnya. Meski demikian, setelah itu Bogum bersikap setenang mungkin, sebenarnya ia juga sudah memprediksi bahwa cepat atau lambat Joohyun pasti mencari anaknya mengingat Joohyun yang selalu berhenti di toko pakaian bayi dulu saat mereka jalan-jalan. Karena itu juga Bogum seperti memberi waktu pada gadis itu. Namun, disisi lain dia mulai terancam akan keberadaan Seungwan dan Woojin sehingga ia memiliki ambisi untuk menjadikan Joohyun miliknya.

Joohyun berdiri dari karpet tempat Woojin bermain dan duduk besebrangan dengan Bogum. Bogum mengangkat alisnya atas tindakan Joohyun. Biasanya gadis itu akan langsung duduk disebelahnya dan menyenderkan kepalanya pada lelaki itu.

"Biar aku bisa mengawasi Woojin dari dekat"

Joohyun bersuara seperti tahu apa yang difikirkan Bogum. Bogum mengangguk saja.Bagus!! Anak kecil itu sukses membuat Joohyun melupakan eksistensi Park Bogum yang notabennya kekasih Joohyun.

"Kau merencanakannya??" Tanya Joohyun menatap Bogum.

"Rencana?? Apa??" Lelaki itu mengernyit tak paham dengan pertanyaan tiba-tiba Joohyun.

"Pertunangan kita" jawabnya singkat.

"Aaaa.. itu..tentu saja kita harus bertunangan, atau kau mau kita langsung menikah??" Tanya Bogum tersenyum lebar mempelihatkan deretan giginya yang rapi.

Joohyun melebarkan pupil matanya sebagai respon dari pernyataan Bogum.

"Y-yaaa... Jangan bercanda... " Suara Joohyun seperti menciut.

"Aku serius" Joohyun mengangkat kepalanya menatap Bogum. Lelaki itu juga balas menatapnya, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Woojin yang sibuk dengan mainannya.

"Kita bisa membawa Woojin tinggal bersama kita setelah menikah, ayahnya pasti tidak keberatan"

Tanpa sadar alis kanan Joohyun terangkat keatas. Hal itu terjadi saat ia tak paham dengan maksud orang lain.

"Hhaaaah.. dia putramu kan?? Tentu saja dia harus ikut denganmu.. mengenai Ayahnya, kau tahukan kebutuhan hidup semakin meningkat. Aku yakin dia akan kesulitan membesarkan anaknya. Kita bisa memberi kehidupan yang layak untuk Woojin, pendidikan Woojin kedepannya" jelas Bogum menatap manik Joohyun.

Mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Joohyun membuka mulutnya.

"Bogum-ah..."

"Ne.." Bogum tersenyum memandang Joohyun yang nampak sangat cantik itu.

APPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang