Jisoo memutar mobilnya secepat mungkin. Beberapa kali ia menyalip kendaraan didepannya seperti kesetanan. Fikirannya kacau, yang ia tahu ia harus sampai ketempat tujuannya tepat waktu.
"Sialllll ....sialll.... Menyingkirlah didepanku YAAAAKKKKK." Gadis itu tak henti-hentinya mengumpati mobil yang ada didepannya. Kenapa orang-orang suka keluar malam?? Fikirnya.
Setelah lepas dari macet yang tidak diharapkan, ia langsung menginjak pedal gas mobilnya, tak peduli betapa cepatnya mobil yang ia kendarai itu melaju.
Sampai... Ia langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit tak jauh dari Apartment Seungwan. Ia berlari secepat yang ia bisa. Jisoo bahkan melepaskan hak tingginya agar ia bisa lebih cepat berlari. Tak peduli tatapan orang-orang yang ada dirumah sakit kecil itu. Ia tidak memiliki waktu untuk meladeni tatapan orang-orang saat ini.
"MARK......!!" Teriak Jisoo mengagetkan Mark yang sedang duduk pasrah kursi tunggu didepan ruangan UGD. Jisoo dapat melihat kaos putih yang Mark kenakan terdapar banyak noda darah, bahkan tangannyapun juga masih terdapat sisa-sisa darah.
"Bagaimana keadaannya??Seungwan didalam???apa yang terjadi???? Bagaimana ini??? YA TUHAAANNN!!!!"
Jisoo menjambak rambutnya sendiri, kenapa Seungwan melakukan hal bodoh itu?? Yang Jisoo tahu Seungwan adalah orang yang paling realistis yang ia kenal. Lelaki itu pasti memperhitungkan apa yang terjadi kedepannya. Depresi?? Mungkinkah...
"Noona, tenanglah dulu" Mark memegang kedua bahu Jisoo agar wanita tenang. Bagaimanapun juga mereka dirumah sakit.
Setelah gadis itu cukup tenang barulah Mark melepaskan tangannya dari bahu Jisoo.
"Aku...aku pulang menjemput baju gantiku,, ku...aku mendengar Woojin.. Woojin menangis.. aku berlari kekamar. Woojin berada dilantai.. tapi tangan Woojin berdarah, kupikir Woojin..ter..luka..aku baru sadar..hyung...hyung setengah sadar dilantai ..d...dengan banyak ... Banyak darah dilantai"
Mark menutup wajahnya, bayangan Seungwan tak berdaya dengan darah disekitarnya seperti kaset rusak dalam otak Mark, berputar berulang-ulang. Tangannya masih bergetar hebat,kejadian ini adalah mimpi terburuk yang jadi kenyataan baginya.
"Woojin....woojin dimana????" Jisoo tak menemukan Woojin bersama Mark, kepalanya berputar cepat mencari Woojin.
Matanya membulat saat melihat Woojin dalam gendongan seseorang.
"Ka...u..kau..bagai...mana bisa???"
Jisoo spontan berdiri merebut Woojin yang tertidur dalam gendongan Joohyun. Benar, seseorang yang menggendong Woojin adalah ibu kandungnya.
"Jisoo noona, noona itu yang membantuku membawa hyung kesini..."
Jelas Mark kepada Jisoo yang nampak tidak suka dengan kehadiran Joohyun. Jisoo menatap Woojin yang sudah ditangannya, mengusap rambut bocah 1 tahun itu kemudian mencium keningnya sayang. Air matanya mengalir, kenapa seperti ini?? Fikirnya. Ia duduk kembali disamping Mark, membawa remaja itu kepelukkannya.
"Tidak apa-apa Mark, kau..kau bo..leh menangis" ucap Jisoo mengelus rambut Mark pelan.
"Boleh noona??" Tanya Mark kepada Jisoo, ahh ..betapa polosnya Mark. Jisoo hanya mengangguk, meyakinkan Mark dia tidak akan menjadi perempuan hanya karena menangis.
Pada akhirnya, Mark menyembunyikan wajahnya di bahu Jisoo, membiarkan air matanya jatuh dan mengambil alih dirinya. Ia takut... Bagaimana ia terlambat menyelamatkan hyungnya? Bagaimana jika hyungnya....?? Tidakkk...jangan...Tuhan...jangan ambil hyungnya..
*************
Joohyun menatap Jisoo yang tenggelam dalam suasana sedih dengan keluarga Seungwan. Jisoo sudah seperti bagian dari keluarga kecil itu. Sudahlah... Tidak saatnya Joohyun memikirkan itu,,
KAMU SEDANG MEMBACA
APPA
FanfictionAku sangat menyayangimu, Son. Tumbuhlah menjadi hebat, karena aku mengorbankan masa mudaku demi membahagiakanmu. _SSW_ bolehkah aku memeluknya? _BJH_ Eomma?? _SWJ_