17

212 32 1
                                    

Suasana tampak sangat menyedihkan di kediaman Bae. Bukan karena apa, hanya karena Kai yang menangis merengek pada Bae Sujin untuk ikut serta membawanya ke Singapura.

"Om, aku mau ikut. Kalo om gapunya uang buat bayarin satu tiket lagi aku bisa kok diem di dalem koper, atau aku juga bisa jual saham punya Suho Hyung," rengek Kai berimbas jitakan dari Suho. "Enak kali itu kau punya mulut kalo ngomong-!"

"Hyung pindah suku?" Suho hanya menatap tajam adiknya yang entah benar-benar polos atau emang bodoh.

"Cuman selama liburan, ngga lama kok, kan cuman dikasi libur dua minggu," ujar Irene berusaha menenangkan Kai.

"Huwe ndak mau," Kai makin merengek seperti seorang bayi yang akan ditinggal ibunya pergi.

"Utututu bayi black bearku," Irene memeluk kaki sambil menepuk-nepuk punggungnya persis seperti menenangkan bayi.

"Padahal cuman mau pergi liburan kenapa dramanya panjang banget," canda Bae Sujin. "Om terlalu sayang sama pekerjaan sih, ga sayang sama aku,"

"Buat apa om sayang sama kamu, mending sayang sama Suho. Lebih bisa diandalkan." Kai menatap sedih pada Sujin. "Kenapa?"

"Irene, ayahmu jahat-! Seharusnya pecat saja dia jadi ayahmu-!" rengekan kai semakin menjadi, ia memeluk erat Irene yang masih terkejut karena pernyataan Kai barusan.

"Ini anak gapunya malu, lepas-! Kasian Irene sama om Sujin kalo sampe ketinggalan pesawat-!" Suho menarik paksa Kai dari pelukan Irene. "Maafkan anak ini, Om. Dia emang suka kurang dihajar,"

"Gapapa, santai saja, ayuk berangkat-!" Irene melambaikan tangannya pada Kai. "Jangan nangis lagi aegibearku,"

Love and Hate

Byun Baekhyun bergerak gelisah dalam tidurnya. Dari semalam Ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan kata-kata Irene.

"Aku yang sedang menunggu permintaan maaf darinya, apa dia menitipkannya padamu?"

Kedua mata Baekhyun terbuka. "Bagaimana bisa kau mengatakan itu tepat di depan makam kakakmu sendiri?" Dia menatap kotak hitam yang entah sejak kapan sudah ada di mejanya. "Apa aku tanyakan langsung saja?"

Baekhyun menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak akan menemuinya lagi," Ia menatap langit-langit kamarnya kosong. "Apa yang harus aku lakukan?"

Dia melihat kembali kotak hitam itu, dadanya tiba-tiba terasa sesak. "Kenapa perasaanku tidak enak?"

Baekhyun mengambil kotak itu dan berbicara padanya seakan dia bisa menjawab semua pertanyaannya. "Siapa gadis yang kau telan itu? Sebenarnya apa yang ada di dalammu?"

Baekhyun yang tidak sabaran akhirnya melempar kotak itu ke tembok, berharap kotak itu hancur dan dia bisa tahu apa isinya tanpa meminta kunci pada Irene.

Namun hasilnya nihil, kotak itu sama sekali tidak terbuka. Bahkan kotak itu tidak rusak sedikitpun.

Baekhyun pun segera mengambil kemejanya lalu pergi untuk bertemu dengan Irene. Bagaimanapun dia harus tahu apa yang ada di dalam kotak itu dan kenapa kotak itu bisa ada padanya.

Sesampainya di kediaman keluarga Bae, Baekhyun terkejut melihat mobil yang rasanya familiar. "Bukankah itu,"

Dia memperhatikan dari jauh. Ia melihat Bae Sujin sedang memasukan beberapa koper ke dalam bagasi mobil itu. "Apa paman Sujin akan kembali?" gumamnya.

Ia melihat disana ada Suho dan Kai yang terus memeluk Irene dari belakang. "Lihatlah betapa bodohnya dia, bisa-bisanya dia masih mengejar ku padahal ada kai disampingnya."

Baekhyun terdiam saat melihat kai menangis dan melambaikan tangannya pada Irene. Irene pun ikut melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Baekhyun pun memberanikan diri keluar dari persembunyiannya dan berlari menuju kediaman keluarga Bae.

"Irene-!" Panggil Baekhyun keras, namun seketika.

Ngiing-!

Telinga Baekhyun berdenging sangat kencang sampai dia tidak kuasa untuk berdiri. Tangannya menutup kedua telinganya. Baekhyun pun jatuh terduduk.

"Baekhyun oppa-!"

"Baekhyun ah-!"

"Baekhyun hyung-!"

Irene pun segera keluar menghampiri Baekhyun diikuti Suho dan Kai.

"Baekhyun oppa, ada apa?" Raut wajah cemas milik Irene tampak jelas dari pandangan Baekhyun. "Kenapa rasanya sangat sakit?"

Baekhyun pun pingsan. Semua orang panik termasuk Ayah Irene. Mereka pun segera membawa Baekhyun ke dalam rumah keluarga Bae.

"Dia hanya pingsan, sebentar lagi dia akan bangun. Apa dia punya riwayat penyakit?" tanya dokter Park, dokter pribadi keluarga Bae.

"Dia.." semuanya tampak ragu dan enggan membahas itu. Dokter Park yang merasakan kejanggalan ini tersenyum, "mungkin akan ada keajaiban yang datang."

Setelah dokter Park pamit undur diri, di kamar hanya tersisa Irene dan Baekhyun. Irene menatap Baekhyun yang masih tidak sadarkan diri. Ia ketundukkan kepala sambil menangis.

"Maafkan aku, karena aku kau jadi kesakitan selama ini. Memang seharusnya saat itu aku datang menyelamatkan kakak. Maafkan aku,"

Seseorang mengusap kepala Irene lembut dari belakang. Bae Sujin, Ia tersenyum lembut pada sang anak.

"Semua itu bukan salahmu. Kita tidak bisa mengatur takdir, kita hanya bisa berandai-andai dan merencanakan, tetapi tetap Tuhanlah yang mengatur semuanya. Sekarang kita harus pergi, Ayah sudah mengganti tiket pesawatnya.."

"Kalau memang Tuhan sudah mengatur semuanya kenapa aku harus ikut ayah ke Singapura sekarang? Kenapa aku harus kembali kesana? Bukankah Tuhan sudah mengatur semuanya?!"

"Bukan seperti itu, nak. Tuhan memang sudah mengaturnya tapi kita tetap wajib mengusahakannya."

"Untuk apa berusaha jika aku hanya akan menyakiti semua orang?!"

"Ada apa? Rene?" Kai terkejut melihat sahabatnya yang baru saja marah-marah. Setahu kai, seberapa marahnya Irene, ia tidak akan membentak orang tua.

"Sebenarnya ada apa ini?"

Love and Hate | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang