"Kau sudah selesai?" Irene mendongakkan kepalanya, melihat sosok Kai yang sedang bersandar di depan dinding UKS.
"Kau..." ucapnya terputus, kepalanya tertunduk sebentar. Berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara dengan kai.
Ia kembali mendongakkan kepalanya dengan sebuah senyuman yang dipaksakannya. "Iya,"
"Sebentar lagi bel masuk, ayo kembali ke kelas!" tangan kekar itu menarik tangan Irene pelan. Irene pun hanya mengikutinya dengan kepala merunduk.
"Sudah.. sudah berapa lama kau di depan UKS?" tanya Irene di tengah perjalanan. "Aku tidak tahu, aku tidak melihat jam,"
"Kau mendengar semuanya?" tanya Irene ragu-ragu.
Langkah Kai terhenti, begitu juga dengan Irene. "Sudahlah," Kai menghela nafasnya berat. "Bagaimana kalau nanti aku traktir es krim?"
Kai membalikkan badannya, Ia tahu wanita itu rapuh, maka dari itu Ia tidak mau wanita itu tersakiti.
"Terima kasih," ucap Irene pelan dengan kepalanya yang masih tertunduk.
"Hey! Biasanya kau akan bersemangat jika aku belikan es krim,"
Irene pun mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Baiklah ayo kita ke kelas!"
Tangan mereka bergandengan, berlari dan melompat seperti anak kecil. Irene tidak ingin Kai ikut terluka saat Ia terluka. Bagaimanapun hanya kai yang bisa Ia andalkan.
Bel pulang sekolah mulai berdenting, semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelas mereka. Begitu pula Irene dan Kai.
"Kau bawa uang berapa?"tanya Irene antusias. "Uangku hanya cukup untuk beli dua porsi es krim, jangan harap bisa dapet lebih!"
"Dasar misqueen!"
"Misqueen gini masih bisa beliin es krim,"
"Iya deh kaya,"
"Tumben,"
"Kaya monyet! Hahahahah," Irene pun berlari meninggalkan Kai.
"Dasar!" senyuman kecil itu tampak di bibir kai, segera ia berlari menyusul Irene sebelum tertinggal jauh.
Kini keduanya sudah duduk menikmati es krim di sebuah kedai favorit mereka. Tidak, lebih tepatnya Irene yang menikmati es krimnya sedangkan Kai meratapi dompetnya.
Bagaimana tidak, saat memesan tadi Irene berhasil menemukan uang simpanannya yang sudah ia simpan dengan hati-hati untuk keadaan darurat. Bahkan saat Ia menjelaskan pada Irene pun,
"Perutku yang lapar ini juga keadaan darurat,"
Kai makin meruntuki keadaannya. Entah sudah berapa mangkuk eskrim yang tertumpuk dimejanya.
"Sudahlah, jong! Uang suho oppa masih banyak, kalau kau mau aku bisa memintakannya untukmu,"
"Aku sudah cukup dewasa, bahkan aku sudah punya kartu kependudukan, aku tidak ingin terlalu merepotkan Suho oppa,"
Irene menatap Kai tak percaya, "Hey? Sejak kapan kau jadi dewasa seperti ini?"
Kai pun menatap Irene remeh, "Kau kira aku seperti dirimu, masih berperilaku bocah, masih suka makan es krim belepotan, masih... "
Irene menatap Kai tajam.
'Apa ucapanku kelewatan?' batin Kai.
"Aku memang seperti itu, yasudah besok-besok aku sendiri yang minta ke Suho oppa, aku tidak akan meminta uangmu itu!"
"Heh! Suho hyung itu kakak kandungku!"
"Tapi suho hyung lebih sayang padaku dari pada kau!"
"Terserah lah, susah kalo lagi ngomong sama cewe pms,"
"Makannya harus patuh sama majikan!"
"Hey hey, es krim yang kau makan itu pake uang siapa ya?"
"Uang suho oppa,"
"Uang itu keluar dari dompet siapa?"
"Dompet yang dibelikan suho oppa,"
"Terserah! Lama-lama aku tinggal juga ini anak!"
"Kai,"
Kai bisa merasakan perubahan suasana hati Irene. "Ada apa?"
"Apa yang aku lakukan dulu itu salah?" Kai menatap Irene yang tertunduk. Bahu gadis itu mulai bergetar.
"Aku hanya ingin dia tidak merasa sendiri, tapi malah aku yang dikhianati, saat aku menginginkannya kembali, aku juga yang dibenci,"
"Irene,"
"Hidupku, benar-benar menyedihkan ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Hate | BaekRene
Fanfiction"Irene-ya, apakah kau akan terus mencintainya?" "Ne," "Irene-yaa.. Tapi kau mau menunggunya sampai kapan?" "Sampai dia sudah tidak membenciku dan dapat menerima cintaku." #493 in Fiksipenggemar [2018/07/29] #573 in Fiksipenggemar [2018/07/27]