16

185 30 3
                                    

"Kenapa dunia ini sempit sekali? Kenapa dia ada dimana-mana? Hah, tidak bisakah satu hari saja tanpa dia?"

Baekhyun mulai memejamkan matanya. Kini dia tengah terduduk di sofa ruang tamu rumahnya. Ia berusaha mencari ketenangan dari suara setiap detikan jam.

Semakin lama ia semakin terhanyut hingga ke alam bawah sadarnya. Disana terdapat gadis kecil yang sedang menangis memeluk boneka beruang putih. Baekhyun sendiri masih bertanya, tanya, kenapa gadis itu selalu bisa muncul di alam bawah sadarnya. Seakan memang menunggu dirinya.

Baekhyun pun memutuskan untuk mendekati gadis tadi. Semakin dekat semakin terdengar suara isakan sang gadis sambil memanggil-manggil namanya.

Perlahan tapi pasti Baekhyun merunduk, berusaha menyamakan tingginya dengan sang gadis kecil. "Siapa kamu?" tanyanya pelan.

Gadis itu mengangkat kepalanya perlahan. Telinga Baekhyun berdenging, kakinya lemas hingga tubuhnya terjatuh. Gadis itu seakan ditarik menjauhinya sambil meneriaki nama Baekhyun. Sebuah kotak hitam besar menarik gadis tadi kedalamnya. Kepala Baekhyun terasa sangat sakit hingga dia kembali sadar ke dunianya.

Nafasnya terengah, ia menatap langit-langit rumahnya. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. "Ada apa dengan diriku?"

Baekhyun pun beranjak menuju kamarnya. Ia merasa sangat lelah, bahkan untuk menaiki tangga saja rasanya sangat sulit.

Di dalam kamar matanya tertuju pada kotak hitam yang Ia temukan sebelumnya. "Apa ini benar milik Irene?"

"Kalau iya kenapa ada di rumahku? Apa, kotak ini sama dengan kotak yang menelan gadis kecil tadi?" gumam Baekhyun berargumen sendiri.

"Ada kalanya kau harus mencari tahu sendiri dan tidak bertanya pada orang lain yang belum tentu tahu kebenarannya,"

Seketika ucapan Suho terngiang di kepala Baekhyun. "Apa aku harus menanyakannya pada Irene?"

Baekhyun membaringkan tubuhnya sambil menatap kotak itu. "Tapi apa pantas aku tiba-tiba menghampirinya setelah perbuatanku tadi?"

"Hah! Kenapa duniaku sangat rumit?!" Kesal Baekhyun sambil mengurut pelan alisnya. Ia menatap bingkai foto di meja samping tempat tidurnya, fotonya dengan Suzy semasa mereka masih berpacaran.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semuanya terasa aneh? Perlukah aku mengunjungimu besok? Iya, harus! Aku akan membawakan bunga kesukaanmu." Baekhyun pun mulai memejamkan matanya dan tidur.

Seperti janjinya semalam, hari ini Baekhyun akan mengunjungi makam Suzy. Namun hujan deras melanda Seoul bahkan dari matahari belum terbit. Tidak hanya itu, toko bunga langganan Baekhyun pun tutup dihari itu. Dengan ditemani payung hitamnya Baekhyun pergi ke pemakaman Suzy tanpa membawa apapun.

Sesampainya di pemakaman Baekhyun dikejutkan oleh Irene dan seorang Pria Paruh baya sedang berada di sana.

"Baekhyun oppa?" Panggil Irene pelan. Pria paruh baya itu ikut menoleh. Baekhyun membungkukkan badannya perlahan. Pria paruh baya itu menghampiri Baekhyun sambil tersenyum, "Syukurlah kau baik-baik saja,"

"Maaf?" Melihat Baekhyun kebingungan Pria tadi sedikit tertawa. "Aku Bae Sujin, ayah mereka." Ucap Sujin sambil menatap Irene dan makam putri sulungnya, Suzy.

"Maafkan saya, paman. Saya belum pernah melihat anda secara langsung, jadi saya tidak mengenali anda," Baekhyun membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf.

"Tidak apa-apa, aku duluan, bilang pada Irene untuk menyusulku nanti saat dia sudah selesai." Baekhyun pun mengangguk.

Ia menatap Irene dengan payung hitamnya sedang menunduk menatap makam sang kakak. Baekhyun pun menghampirinya.

"Apa kau menyesal karena tidak bisa segera mendonorkan darahmu saat Suzy kecelakaan?" Irene menoleh dan melihat Baekhyun yang berdiri di sampingnya.

"Iya, andaikan saat itu aku tidak mementingkan diriku sendiri. Pasti dunia akan berputar dan eonni lah yang akan ada di samping Baekhyun oppa saat ini. Benar kan?"

Baekhyun merasa ada yang janggal dari perkataan Irene tadi. Ia melihat Irene membungkuk menaruh bunga mawar merah disana. "Bahkan kau tidak mengetahui bunga kesukaan Suzy,"

Irene tersenyum, "Mungkin oppa yang telah tertipu selama ini," Irene berdiri menghadap Baekhyun. Dia membungkukkan badannya tepat di hadapan Baekhyun. "Maafkan aku, semua ini salahku. Aku tidak tahu semuanya akan berakhir seperti ini."

"Seharusnya kau meminta maaf pada Suzy, bukan padaku." Irene menatap makam sang kakak. "Aku yang sedang menunggu permintaan maaf darinya, apa dia menitipkannya padamu?"

"Apa-apaan kau ini?!" Emosi Baekhyun hampir saja terpancing, namun semua teredam saat melihat kalung yang dipakai Irene. Kalung berliontin kunci dengan kepala berbentuk lambang S sama seperti kotak yang ada di kamarnya.

"Apa, itu kunci dari kotak rahasiamu?" Mendengar itu Irene terkejut. "Oppa tahu dimana kotak itu?"

"Ada di rumahku, besok ambillah dan bawa pergi." ucap Baekhyun acuh. "Itu milik oppa," sekarang Baekhyun yang merasa terkejut.

"Apa maksudmu? Suho Hyung bilang itu kotakmu." Irene tersenyum. "Itu hadiahku untuk oppa,"

"Ambil saja kembali! Aku tidak membutuhkannya," Irene memegang kunci yang ia jadikan liontin. "Biar disana saja, saat oppa membutuhkan kuncinya, cari saja aku."

"Bermimpilah selamanya,"

"Maka berusahalah sekeras mungkin saat waktunya tiba." 

Love and Hate | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang