09

264 40 2
                                    

Plak

Kelima jari itu mendarat sempurna di pantat Kai. Tidak hanya sekali, Irene melakukannya berkali-kali. Berharap dia bisa membangunkan satwa persilangan yang satu ini. Iya, persilangan beruang hitam dan koala.

"Bangun gak?!"

"Enggak!!"

"Bangun kebo!"

"Engga kucing,"

"Kok kucing?"

"Karena kamu lucu kaya kucing,"

"Gembel! Udah cepetan bangun!" Irene pun menarik-narik kaki kai dengan kuat. Bahkan laki-laki yang masih setia dengan posisinya itu harus rela terseret-seret karena ulah Irene.

"Hari ini aku yang bantuin bibi masak, jadi kau harus mencicipinya. Tidak ada penolakan!" putus Irene pada akhirnya, Ia telah lelah membangunkan kerbau pemalas itu.

Dengan kaki yang disentak-sentakkan ke lantai Irene pun kembali ke dapur. Mendengar perkataan Irene, Kai pun harus memaksakan dirinya untuk bangun. Bibir tebalnya itu mencetak sebuah senyuman tipis.

'dimasakin calon istri,' batinnya bahagia.

"Kau sudah bangun?" tanya Suho sambil meletakkan ipadnya. "Bisakah kau turun tanpa membawa selimut mahalku?"

Bagaimana tidak, Kai turun dengan menggunakan selimut Suho untuk menutupi tubuhnya. Mungkin dia bermaksud membantu bibi untuk mengepel rumahnya.

"Cepat sarapan!" perintah Irene yang masih berkutat di balik dapur. "Kau sedang apa?" tanya Kai malas.

"Aku sedang membuatkan bekal untuk Baekhyun oppa. Dia harus mencicipi masakanku," bibir itu tersenyum. Dia selalu merasa bahagia saat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Baekhyun.

"Kau tidak ingat kejadian kemarin?" tanya Kai hati-hati. Irene pun menghentikan pergerakannya sejenak.

"Mungkin Baekhyun oppa melakukan hal itu karena akhir-akhir ini aku tidak terlalu memperhatikannya. Mulai saat ini aku akan terus memperhatikannya."

Kai menghela nafasnya berat. Ingin sekali Ia mengatakan pada Irene untuk menyerah saja, tapi hatinya terlalu sakit untuk melihat air mata jatuh dari mata indah Irene.

Love and Hate

"Jangan menangis lagi, jaga diri kalian baik-baik," pesan Suho saat mobil mereka berhenti tepat di depan sekolah Kai dan Irene.

"Siap Oppa/Hyung!" jawab mereka serempak. "Sudahlah, masuk sana!"

Mobil keluarga Kim itu pun melesat dengan elegannya. "Kajja!"

Irene pun mengangguk, melihat bekal yang Ia buat sejenak hanya sekedar memastikan bekali itu baik-baik saja.

"Kau tahu berapa harga kotak bekal itu? Jangan sampai kotak itu masuk ke dalam tempat sampah,"

"Aku sudah izin pada Suho Oppa, dan oppa memberikan tempat bekal ini padaku. Dia bilang kalau tempat bekal ini sudah terlalu kuno."

"Dasar Suho hyung! Padahal aku baru melihat dia membelinya beberapa minggu yang lalu,"

Tiba-tiba ponsel yang ada di saku celana kai berdering. Ia pun melihat siapa yang menelponnya sepagi ini. Disana terpampang nama "Suho Hyunngie" Kai pun segera mengangkatnya.

"Halo, Hyung!"

"Telingaku sangat panas, aku tahu kalian pasti sedang membicarakan kekayaanku,"

"Terserah," panggilan diputus sepihak.

"Ada apa?" tanya Irene heran. Mengapa wajah Kai mengatakan bahwa Ia sedang kesal.

"Sepertinya Suho Hyung punya Indra ke delapan deh," ucapnya lalu melangkah begitu saja masuk ke dalam sekolah.

Irene hanya melihatnya bingung. Ia pun mengedikkan bahunya dan memeluk bekal yang akan Ia berikan pada Baekhyun. "Dengan begini bekalnya akan tetap rapi,"

Kakinya mulai melangkah cepat menuju kelas seorang Byun Baekhyun.

Di dalam perjalanan Ia melihat seseorang yang tak asing baginya. Ya, dia adalah Baekhyun. "Oppa!" Ia pun menghampirinya.

Langkah Baekhyun sangat pelan dengan tangannya yang sesekali menyentuh keningnya. "Oppa, kau tidak apa-apa?"

Baekhyun melihat Irene, kepalanya terasa sangat berat. "Peri," ucapnya lirih.

Degh

Irene membulatkan kedua matanya terkejut. Baekhyun memanggilnya peri?

"Oppa, kau kenapa?" Irene melemparkan bekalnya asal saat Ia merasa tubuh Baekhyun terus-terusan hampir tumbang. "Oppa?"

Merasa tidak kuat lagi, akhirnya tubuh Baekhyun tumbang kedalam pelukan Irene.

"Oppa kau bisa mendengarku?" Mata itu mengerjap pelan. Sedikit demi sedikit mata itu dapat menangkap sosok gadis cantik yang duduk di sebelah kasur yang Ia tempati.

"Syukurlah kau tidak apa-apa, tadi dokter berkata kalau oppa kekurangan nutrisi, apa oppa tidak menjaga pola makan? Bagaimana kalau tadi posisi tidak ada orang?"

"Diamlah!" perintah Baekhyun pelan. Irene pun segera mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Terima kasih," Irene ditambah bungkam dengan perkataan Baekhyun barusan.

'Benarkah Ia berterima kasih padaku?' batinnya tak percaya.

"Terima kasih, sekarang kau boleh kembali ke kelasmu. Ini sudah masuk jam..."

"Tidak!" potong Irene tegas. "Tidak akan!"

"Lagi pula aku sudah ijin pada guru untuk merawat teman di UKS, jadi aku akan merawat oppa sampai keadaan oppa benar-benar kembali pulih."

"Tidak perlu kau.."

"Oppa sudah sarapan? Aku membawakan bekal untuk oppa, tadi sempat sedikit kulempar karena oppa tiba-tiba tumbang di hadapanku, hehe. Tapi sepertinya masih bisa dimakan walau sedikit berantakan.

"Pergilah,"

"Sekalii saja," Irene menakupkan kedua telapak tangannya memohon.

"Kumohon sekali saja, biarkan aku membantumu,"

Love and Hate | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang