BAB 8

4.2K 426 8
                                    

"RA BUKA PINTUNYA! MAU MIE AYAM KAGAK?!" teriak Esa di depan pintu kamar Diandra yang terkunci.

Diandra yang sedang tengkurap di kasur langsung berdiri dan membuka pintu kamar.

"MANA?" antusias-nya.

Lalu Esa menarik lengan Diandra agar mengikutinya,dalam hati Esa bersyukur untung saja mie ayam bisa membujuk Diandra.

Keduanya sampai di teras rumah,Diandra takjub seketika. Jiwa pemakannya membuncah saat melihat banyak pedagang masuk dan sudah stay di halaman rumah.

Tanpa babibu Diandra berlari ke arah pedagang mie ayam dengan riang serta memesan dua mangkok sekaligus dan ia tinggal untuk berkeliling dan memilih aneka jajan lainnya.

Di teras, Esa,Elgazka dan lainnya tertawa ringan saat melihat tingkah lucu Diandra yang cepat sekali berubah mood-nya.

"KUYLAH JAJAN!" seru Rey lalu berlari di susul Geez.

Tak kalah gembira Esa pun menyusul Rey dan Geez untuk memilih makanan.

Tinggalah Fauna dan Elgazka yang masih berdiri di teras rumah rumah Diandra dengan Elgazka yang masih asik sendiri menatap tingkah Diandra memakan Mie Ayam dari jarak lumayan jauh dan Fauna yang bersedekap menatap depan dengan datar.

"El,boleh gue ngobrol bentar sama Diandra?"

Pertanyaan dari Fauna membuat Elgazka menatapnya intens. Mereka berdua saling tatap-menatap sebentar lalu Elgazka memutuskan pandangannya kedepan.

"Silahkan"

Lalu Fauna berjalan ke arah Diandra yang sedang duduk menyantap mie ayam dengan lahap. Diandra mendongak saat merasakan ada orang yang sedikit menghalangi dari cahaya lampu.

"Kenapa?" tanya-nya pada Fauna yang masih berdiri.

"Bisa ngobrol bentar?"

Sembari membersihkan mulutnya dengan tisue Diandra mengangguk lambat dan Fauna pun duduk di depannya.

"Anak kedua dari Tuan Frans?"

Kalimat Fauna membuat Diandra sedikit terkejut,ya bukan hal rahasia namun menurutnya jika Fauna yang bertanya maka Diandra harus hati- hati karna ada suatu hal.

"Sorry kalo gue gak sopan,gue cuma mau memastikan. Esa kakak Lo?" tanya Fauna hati- hati.

"Iya. Esa kakak gue" jawab Diandra.

"Kandung?"

Tenggorokan Diandra tercekat,harus jawab bagaimanakah dia? Haruskah membuka luka lama?

"Buat apa lo tanya hal itu ke gue?" heran Diandra.

Fauna menghela nafas, "gue cuma mau memastikan. Lo tau dia?" tunjuknya pada Elgazka yang sedang duduk di teras rumah sembari memainkan ponsel.

"Dia yang pengin tau. Dia ingin memastikan,kalo dia harus bersaing dengan Esa apalagi yang notabe-nya sahabat dia bakal mundur" sambungnya.

"M-maksud Lo?" Fauna berdecih.

"Gak usah sok gak paham. Gue tau IQ lo tinggi dan sering dapet kejuaraan," ujar Fauna.

"Tau dari mana lo?"

"Udah gue bilang,gue cuma mau memastikan"

"Tapi ucapan lo buat gue takut bodoh!"

"Dah lah,ngomong sama lo cuma nguras tenaga," ujar Fauna lalu pergi ke bangku depan.

"SIAPA SURUH NGOMONG SAMA GUE!" teriak Diandra tak terima.

"Dasar para manusia aneh!"

"Hei,kenapa?" tanya Elgazka sembari membawa satu porsi sate ayam.

Diandra hanya menatapnya sekilas lalu mengangkat kedua pundaknya.

"Ngambek?"

"Gak!"

"Nah tuh,ngapain galak kalo gak ngambek?"

"Cih,dasar cowok sok perhatian Lu!"

"Cih,dasar cewek sok iye Lu!"

Diandra melototkan matanya tak terima. Ingin rasanya ia menendang Elgazka sampai cowok itu tak akan pernah ia lihat lagi.

Daripada meladeni celotehan Elgazka yang tidak jelas. Diandra lebih memilih mengangkat telfon dari nomor yang tak di kenal.

"Halo?"

"aku di sini..."

Diandra mematung di tempat,suara ini. Suara yang setahun terakhir menghilang,lalu bagaimana bisa dia muncul kembali setelah sekian lama reda?

"Gak!"

"Tenang Franscia..."

Tut!

Diandra membanting ponselnya lalu mengatur nafasnya gugup.

"Hey,kenapa?" tanya Elgazka khawatir.

Diandra menggeleng,lalu pergi meninggalkan Elgazka yang berteriak memanggil namanya dan sahabat Elgazka yang kebingungan.

Esa berlari memungut ponsel Diandra di bawah meja lalu melihat apa yang membuat Diandra seperti ini.

Di lihatnya penelfon tadi,betapa terkejutnya dia saat nomor itu adalah nomor yang sama yang sering menghubungi dirinya akhir- akhir ini.

"Sial! Setelah setahun menghilang dia kembali lagi!" desis Esa.

"Gue butuh bantuan kalian!" Ujar Esa tegas.

***

D

iandra mengobrak- abrik loker meja riasnya. Dirinya harus menemukan secarik kertas lusuh yang ia simpan selama setahun belakangan ini.

Dirinya harus segara memecahkan semua masalah ini. Setwlah ketemu ia langsung membaca tulisan tersebut lalu berlari mengambil kunci di atas nakas dan menuju garasi bawah.

Tanpa babibu dirinya menaiki dan langsung bergegas pergi. Di pertengahan jalan,di karenakan dirinya terlalu panik dari arah kanan tiba- tiba terlihat sorot lampu mobil yang membuat Diandra membanting stir motornya ke kiri dan berakhir dirinya jatuh dengan kepala membentur pembatas jalan dan pingsan.






eyyow! ini mungkin rada gak nyambung sama yang di bawah,karna aku gak mau revisi lagi. aku udah stuck dengan cerita ini. dan aku memutuskan untuk mepublish ulang ceritanya. dan nantikan cerita baruku ya!

ELGAZKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang