BAB 28

1.3K 156 37
                                    

"ABANG!"

Pekikan yang menggema dalam ruangan gelap dengan cahaya remang- remang tersebut membuat seorang lelaki yang tadinya tertawa senang berubah menjadi panik.

Bagaimana mereka bisa sampai di sini?

"Hiks... Abang gak mungkin kan?" Lirih Diandra.

Diandra berlari ke arah Esa lalu menyuruh Esa berdiri dan menggoncangkan badan Esa sekuat tenaga.

"Hiks...BILANG ABANG! BILANG SAMA DIANDRA,ABANG BUKAN PSYCHO KAN?!"

Diam. Sunyi. Kembali tak ada jawaban,membuat Diandra menampar pipi kanan Esa dengan keras.

Plak!

"SADARR BODOH! JAWAB ARGHH!" frustasi Diandra lalu menjambak rambutnya dan jongkok dengan tangis yang kejer.

"Sa? Lo gak mungkin lakuin hal keji itu kan?" tanya Elgazka dengan gelengan.

Sama hal-nya dengan tadi,lagi- lagi tak ada jawaban dari mulut tampan psycho tersebut.

Bugh!

Hantaman keras di pipi membuat tubuh Esa terhyung ke belakang dan membentur lantai kotor di ruangan.

"JAWAB! LO PUNYA MULUT ANJING!" gertak Elgazka.

"Hiks...Hiks...," suara tangisan sayu terus terdengar,Diandra sangat- sangat tak percaya dengan kejadian ini.

Bugh,bugh,bugh!

Elgazka menghantam dinding di depannya. Bodoh! Satu katanya yang mendeskripsikan dirinya sendiri. Ketua macam apa dirinya? Seluk- beluk aanggota intinya saja dia tak tahu.

"Maafin gue," lontar Esa membuat Elgazka dan Diandra terdiam.

"Gue bodoh," imbuhnya lagi.

"KALO LO TAU,KENAPA LO LAKUIN ANJING!" gertak Elgazka dengan mencengkram kuat kerah baju Esa.

"BANGSAT! LO GAK TAU JADI GUE ANJING!" marah Esa sembari mendorong Elgazka sampai terjungkal ke belakang.

"LO BERDUA GAK TAU GIMANA RASANYA JADI GUE! Lo berdua cuma tau sifat pendiam gue,gak tau semua sifat gue. Gue yang udah gak punya orang tua,gue yang udah gak punya siapa- siapa—"

"LO MASIH PUNYA KITA! DAN LO BILANG LO GAK PUNYA SIAPA- SIAPA?!" potong Elgazka.

"LO GAK TAU RASANYA KESEPIAN ELGAZKA!" todong Esa dengan jari telujuknya.

"LO GAK TAU RASANYA TRAUMA MENJADI BAHAN HAL YANG GUA SENANGI DALAM HIDUP. Di saat semua menjalani hari dengan baik,mengurangi beban dengan hal baik,sedangkan gua? GUA HARUS BUNUH ORANG BIAR JIWA GUE GAK MEMBERONTAK DI SEKITAR KALIAN!" keluh Esa dengan nafas yang naik- turun.

"Tapi hiks...apa harus dengan hiks...membunuh?" tanya Diandra di selingi tangis ketakutannya.

"Ya. Bahkan apa kalian tau,hoby membunuh gue muncul sejak gue kecil. Orang tua gue yang meninggal karna di bunuh menjadikan gue kebal dengan yang namanya kejadian pembunuhan sampai akhirnya gue coba- coba," jawab Esa membuat sepasang tunangan tersebut menggelaangkan kepala tak percaya.

"Dan jangan bilang kalo lo dalang pembunuhan siswa di sekolah kita?" Sangkal Elgazka.

Esa terkekeh,dirinya mengangguk dan berbalik lalu menatap Elgazka intens.

"Mungkin kalo gue gak bunuh dia,lo gak mungkin rasanya masih bisa di sini dan liat ini," jawabnya.

"Maksud lo?"

"LO TARGETNYA! DAN DALANGNYA ADALAH TEMAN LO SENDIRI BODOH!" gertak Esa.

"Dan sekarang gue gak perlu takut lagi ketahuan sama kalian. See? Kalian aja udah tau sekarang,jadi buat apa gue ngendap- ngendap?" ujarnya enteng.

"GAK! Lo harus kembali ke jalan yang bener Sa!" Larang Elgazka.

Esa terkekeh, "Kalo gue kumat,lo mau jadi target yang gue bunuh?"

"Bunuh pengkhianat di geng kita,"

"Seryously? Gak nyesel lo bilang gitu?" Kekeh Esa.

"Ya,karna gue tau lo udah tau semua akar di balik pengkhiatan itu," ujar Elgazka.

"Dan segampang itu lo nyerahin pengkhianat itu buat gue bunuh?"

"Gue balik sekarang,segampang itu dia khiatin kita?" tanya Elgazka membuat Esa menganggukan kepala.

Jleb!

Pisau tepat sasaran ke arah badan tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

"Gue mau lanjutin kegiatan gue,gue harap kalian pergi dari sini—"

"GAK!" larang Diandra.

"Abang jangan gini,Diandra takut." isak diandra dengan memgang erat jaket Esa.

"Gak bisa Ra,ini udah aktivitas abang kalo abang kesepian." lirih Esa.

Diandra mendongak menatap wajah sayu sang abang.

"Ada Diandra bang,abang pasti gak bakal kesepian. Ayo Diandra bantu abang berubah," ujar Diandra dengan isak tangisnya.

Cup.

Esa mengecup pelan kening Diandra.

"Bakal abang coba," ujarnya membuat Diandra tersenyum hangat.

"Gue harap lo bisa ngadep ke gue entar malem di markas," tegas Elgazka.

***

"Siapa yang ngacakin markas Anj—!" Geram Rey dengan menendang soffa yang sudah tak layak.

"Elgazka gimana? Udah di hubungi?" Tany Rey saat Geez masuk dan mengacak rambutnya frustasi.

"Barusan,lagi otw," jawabnya.

"Esa?"

"Sekalian,"

"Fauna?"

"Gak tau gue soal manusia yang satu itu," decih Geez.

"Lo ngerasa ada yang aneh kagak sih? Kaya ada yang sengaja nyerang kita dari belakang?"

"Maksud lo?" Pertanyaan Geez membuat Rey menghela nafas kasar.

"Lo gak nyadar selama ini? Kita cari bukti,dan di kumpulin kita cuma nggantungin sama Fauna. Tapi sampe sekarang hasilnya apa? Gak ada," jelasnya.

"Rey,gak mungkin kan apa yang ada di dalam pikiran gue?" Rey menggelengkan kepalanya tak tahu.

"Kalo sampe gimana Rey?"

"Positive thingking,broo!" ujar Rey sambil menepuk pundak Geez.

Tak lama dari itu,Elgazka dan Esa sampai. Elgazka yang memboncengi Diandra dan Esa yang menggunakan motornya sendiri.

"Gimana? Kalian tau siapa yang ngacakin ini semua?" Pertanyaan pertama yang Elgazka tanyakan pada anggota Eghrous di depan markas.

"Jangankan siapa El,kita tau mereka kapan ngacakin juga enggak," jawab Geez.

"Fauna—Mana?" tanya Esa tiba- tiba.

"Nyariin gue?" suara yang sangat mereka kenali. Saat mereka menghadap kebelakang merek membelakkan mata tak percaya.

Ya,Fauna bersama Atrax.

____________





























Maaf kalo gak nyambung ya alur-nya,halu-an ku nyampenya cuma sampe segitu hehe🥆

Sampai jumpa di next part💗

—Tertanda,

frstyarstya,4 September 2021—

ELGAZKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang