Attention!
Chapter ini lebih panjang dari chapter sebelum-sebelumnya.
Enjoy
.
.
.Hari itu Eva bangun lebih cepat dari biasanya. Perasaannya tidak enak dari semalam. Entah kenapa dia tiba-tiba merindukan Aslan.
Lantas diri beranjak segera mengenakan jubahnya dan keluar dari tenda, berjalan menuju tenda milik Aslan. Tapi bukannya mendapati Aslan disana, melainkan Peter, Edmund dan Oreius.
"Apa Aslan belum bangun, Reus?"
Pertanyaan sia-sia ia pun tahu Aslan selalu bangun jauh lebih pagi dari dirinya. Yang ditanya hanya menghela naas kasar.
Netra emerald menatap Peter dan Edmund yang entah kenapa juga ikut menghela napas. Tak lupa guratan sendu terukir diwajah masing-masing.
"Aslan, he.." Peter bersuara kecil. Tapi cukup untuk didengar yang lain. Lantas menutup mata seolah tak sanggup mengatakannya. "He passed away."
Tongkat sihir yang senantiasa dipegang terjatuh begitu saja. Terlampau syok atas berita buruk yang telah didengar. "Jangan bercanda!"
Diri masihlah tak percaya. Lantas netra mengerling menatap Edmund disebelah sang kakak tertua.
Sontak membuat sang empu memalingkan wajah. Tak sanggup menatap wajah penuh duka sang gadis. "That’s what the trees said!"
Masih tak ingin percaya, membuatnya menatap satu-satunya Centaur yang ada didepan.
Dengan sendu, Oreius menatap Eva. "Aku juga tidak begitu tahu, Eva. Tapi itulah yang mereka katakan."
"Aslan tidak akan mati. D-dia akan selalu kembali. Itu yang dia katakan.”
Dadanya sesak. Matanya memanas sampai mengeluarkan bulir air tanpa sadar.
Peter menatap sang puan sendu. Tak sanggup melihat air mata Eva jatuh begitu saja. Tapi ia menahan diri untuk mendekati Eva dan menghapus air matanya. Rasanya itu tidak sopan.
Lantas hanya ada satu cara untuk menghiburnya. Meski ia sendiri tak yakin. "Kalau begitu, percayalah."
Eva sontak menatapnya dengan mata yang berlinang air.
"Percayalah kalau dia akan kembali."
Netra emerald menatap pada wajah Peter yang terlihat meyakinkan. Ia termenung sejenak. Lalu mengedarkan pandangan mencari sesuatu.
‘Aslan memiliki cahaya kuning keemasan disekelilingnya. Jika Aslan telah mati, maka cahaya itu pasti akan memudar dan hilang.’
Mencari serpihan-serpihan cahaya sihir milik Aslan yang seharusnya masih ada di tendanya.
Ia mendapati cahaya kuning yang cukup memudar menuju kesebuah bukit lalu menghilang. Eva menghela nafas kasar.
Cahaya sihir Aslan menghilang artinya dia sudah tiada. Dengan tubuh lesu, ia menghapus jejak air mata yang hampir mengering.
Diraihnya tongkat yang telah jatuh, lantas melangkah dengan mantap ke depan sang surai emas.
Oreius yang menangkap gestur Eva yang percaya diri pun mengerti. "Apapun perintahmu, kami siap melaksanakannya, Yang Mulia."
***
Jubah tosca melambai diterpa angin. Dirinya telah duduk tegap dipunggung seorang griffin yang tengah terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Witch of Narnia [END]
Fanfiction~ ENDING ~ The Chronicles of Narnia Fanfiction Eva ialah kakak kandung dari Jadis. Dirinya dibawa oleh Aslan dari Charn ke Narnia sebagai Penyihir Agung Narnia. Juga untuk menuntaskan sumpah yang pernah ia ucapkan saat melawan Jadis. Ia mengikut...