Season 2 | Bab 8

368 54 3
                                    

Enjoy
.
.
.

Cahaya oranye menghiasi langit senja. Dua kuda bersayap dengan bulu putih keperakan mengkilap tengah terbang di langit, mengantar lelaki bersurai hitam dan gadis bersurai merah.

Mereka berhenti dan mendarat di lembah berbenteng gunung. Lembah ini jelas sudah lama tak tersentuh, terlihat dari rumput yang tinggi dan pohon-pohon menjulang yang tampak indah dipandang mata.

"Inilah pohon legendaris itu." Pegasus yang pertama kali mendarat bicara lebih dulu.

Lelaki yang menumpanginya menurunkan diri menapaki rumput segar.

Kaki berbalut celana dan sepatu khas Narnia berjalan melangkah menuju pohon yang cukup mirip dengan pohon apel. Namun buahnya lebih mirip pohon kurma.

Tangan porselen lain meraih buah itu. "Jadi ini ya, Toffee." Gadis bersurai merah itu mencicipi buah yang baru dipetik.

Rasa manis dan air buah yang segar memenuhi rongga mulutnya. "Manis sekali."

Lelaki disebelahnya hanya diam menatap. Tapi kepalanya dipenuhi hal-hal lain. Memikirkan kalau nanti mereka akan pergi ke wilayah sang gadis. Seperti apa bentuknya?

Pasalnya wilayah itu terisolasi dari tempat lain. Dengan tempatnya yang merupakan sebuah pulau yang agak jauh dari barat. Harus menggunakan kapal agar bisa sampai kesana. Tapi karena dia bersama Eva, maka gadis itu pasti akan menggunakan sihir.

Ah, dia benci sihir.

"...mund."

"King Edmund The Just!"

Seruan gadis ginger membuyarkan lamunannya. Kini netranya fokus menatap Eva yang tengah menatapnya dengan datar.

"Oh, apa?"

"Wah, aku memanggil namamu dari tadi kau tidak peduli. Tapi ketika gelarmu kusebutkan kau baru sadar. Apa sekarang kau mengagungkan gelar seperti Peter?" Cibir Eva.

Parah, gadis ini ingin adu mulut dengannya. Tapi anehnya Edmund tidak merasa marah seperti biasa. Dia merasa sedikit terhibur.

Ujung bibir ditarik, lantas terkekeh sembari mengacak surai merah yang dari awal memang tidak rapi.

"Astaga! Ada apa denganmu?! Biasanya kau kan membalas cibiranku dengan mulut pedas itu."

Eva memperbaiki tatanan rambutnya yang tentu saja masih tidak bisa rapi.

"Jangan."

Tangan besar itu menahan tangan yang lebih kecil. Mata Eva menatap heran pria yang dia rasa tiba-tiba aneh.

Edmund menurunkan tangan Eva, lantas memperbaiki rambut sang gadis dengan tangannya sendiri. Setelah rapi, bibir kembali ditipiskan.

"Cantik."

Satu kata itu membuat Eva melebarkan mata. Menatap tak percaya pada lelaki di depannya.

"Are you crazy?"

Edmund yang baru sadar dengan apa yang dia katakan lantas mengalihkan pandangan menatap pohon di depan mereka.

"Maksudku pemandangannya cantik."

Bisa Eva lihat telinganya yang kemerahan. Dia malu. Lantas seringai di ukir, Eva berniat untuk menggoda Edmund.

"Awww~ apa ini? Raja Edmund yang adil sedang merasa malu~"

Edmund tak mengindahkan. Dia malah mengulurkan tangan meraih salah satu buah toffee.

"Ayo kumpulkan buah ini. Itu tujuan kita kesini, kan?"

High Witch of Narnia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang