"Sudah dengar? Kabar si Penyihir Agung?"
"Memangnya dia kenapa?"
"Katanya sedang sakit parah."
"Oh, ya? Biarlah. Toh, karena dia—"
Kerumunan Naiad sibuk bergosip. Meskipun disebut makhluk mistis, tidak menutup kemungkinan mereka memiliki sifat yang biasanya para manusia perempuan miliki, gosip.
"—Narnia hancur jadi seperti ini, kan?"
***
Langit mendung, bersamaan dengan perginya beberapa rakyat Narnia dari Cair Paravel. Ada dengan wajah kecewa, guratan marah, hingga raut sendu sampai meneteskan air mata.
Narnia telah hancur. Hanya menunggu waktu sampai Jadis menguasainya seutuhnya. Raja keturunan terakhir Narnia telah gugur. Tubuhnya digantung di tiang depan istana Jadis.
Para draiad langsung menyebarkan kabar mengerikan ke seluruh pelosok negeri. Narnia telah kalah. Penyihir Agung gagal melindunginya.
Para rakyat mengadukan protes ke Cair Paravel. Tapi yang mereka dapat justru pengusiran. Beberapa rakyat mengajukan diri kalau mereka akan bergabung pada Jadis. Yang lainnya bersembunyi jauh di dalam tanah.
Hanya para centaur yang masih setia berdiri di dekat Cair Paravel, mendukung Eva agar perempuan itu tak patah semangat. Bagi para centaur, gadis itulah satu-satunya yang bisa menahan serangan Jadis. Hanya Eva lah harapan mereka.
Gadis ginger itu menatap kearah bawah jendela. Para centaur masih mondar-mandir berjaga di dekat Cair Paravel. Melindungi istana itu. Eva menutup gorden. Membiarkan ruangan menjadi temaram.
Lampu dipadamkan. Dia beranjak menuju kasur dan membaringkan diri karena lelah. Hampir seharian penuh tidak makan. Siapa yang akan memasak? Eva tidak mau merusak dapur istana. Biarlah dia mati kelaparan.
Toh, Jadis sudah menang. Eva kehilangan harapannya. Sinar emas yang menyinari Narnia itu berasal dari para Raja dan Ratu. Bukan Eva. Dia hanyalah sebongkah batu yang diminta untuk menyelesaikan pertarungan. Tapi dia kalah. Jadi Eva mundur. Dirinya sudah tidak peduli lagi.
"Kalau mati, mungkin lebih baik."
"Jangan bilang begitu."
Suaranya terdengar serak seperti habis menangis. Entah siapa yang mengatakannya, Eva tak yakin siapa itu. Saat dia mulai mencari tahu, kesadarannya menghilang. Digantikan kegelapan yang tak berakhir.
***
Netra emas menatap sendu pada gadis yang terbaring tak sadarkan diri. Dia pingsan. Pasti karena tidak makan seharian, ditambah kondisi gadis itu memang tidak baik sejak dua hari lalu.
Kekalahan telak Raja terakhir membuat Narnia kacau. Termasuk Eva. Gadis itu ikut dalam perang, tapi saat berperang, Jadis membekukan dirinya. Membawa tubuh Eva menuju Cair Paravel untuk di pajang disana.
Berkat sumpah Eva, sihir Jadis mencair. Gadis itu kembali hidup dalam semalam.
Plop.
Suara letusan gelembung itu membuat Aslan menoleh. Lelaki berambut keperakan membawakan nampan berisi sup dan cokelat panas.
"Astaga, kau membuatku jauh-jauh dari Hutan Antara Dunia-dunia hanya demi anak setengah jin ini?"
Aslan dengan segera menyambar nampan yang lelaki itu bawa. Menyimpannya diatas nakas. "Mana yang kuminta, Nocturn?"
Sang penjaga Hutan Antara Dunia-dunia itu mengangkat bahu. Dia mengeluarkan botol seukuran kepalan tangan. "Aku tidak percaya kau rela menghabiskan setengah tabungan poinmu untuk membeli benda ini. Kau harus berterima kasih padaku karena mau menjualnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
High Witch of Narnia [END]
Fanfiction~ ENDING ~ The Chronicles of Narnia Fanfiction Eva ialah kakak kandung dari Jadis. Dirinya dibawa oleh Aslan dari Charn ke Narnia sebagai Penyihir Agung Narnia. Juga untuk menuntaskan sumpah yang pernah ia ucapkan saat melawan Jadis. Ia mengikut...