Adu Mulut
.
.
.
EnjoyAngin berhembus pelan membelai surai emasnya. Mahkota sudah disimpan di samping. Tengah menikmati waktu dimana dia tidak menjadi raja, melainkan remaja berumur 19 tahun.
Langit sedang cerah, namun tidak terik karena dia sedang duduk di bawah pohon, di sebuah pesta teh kecil untuk dirinya sendiri. "Akhirnya, hari yang tenang". Gumamnya. Menyesap secangkir teh chamomile yang masih hangat.
Tapi maaf saja, sepertinya ketenangan itu tidak berlangsung lama. Karena dua makhluk berbeda gender dan jenis yang sedang adu mulut tengah berjalan kearahnya.
"Harus berapa kali kukatakan?! Jangan lakukan itu pada milikku!" Seru sang rambut hitam. "Heh, lagian siapa suruh tidak berbagi?!" Seru sang rambut merah.
"Memang kau pernah berbagi" Balas si rambut hitam. Peter yang merasa ternganggu istirahatnya menatap mereka malas. Jangan lagi. Pikirnya
Dia melangkah pelan menuju dua makhluk yang masih berceloteh itu. Berniat memisahkan mereka. Karena kalau bersama, mereka akan mengamuk seperti ini.
"Tidak bisakah anda membiarkannya sekali saja? Karena yang merasa menyesal bukan anda saja!" Seru Eva, sang penyihir agung. "Kau bisa menyesal rupanya." Balas Edmund, sang Raja kedua sarkas.
"Kalian kenapa lagi?" Tanya Peter malas. Lelah melihat dua orang ini masih rajin bertengkar walau sudah tinggal dalam satu Istana selama 6 tahun lamanya.
"Heh, ask her." Kata Edmund menunjuk Eva. "Aku?!" Eva menunjuk dirinya sendiri. Setelah dia pikir-pikir, memang dia yang salah.
"Yah, Aku memang salah. Tapi aku sudah minta maaf!" Katanya lagi. "What was the problem is?" Tanya Peter, masih bingung dengan apa yang mereka permasalahkan.
"Jadi begini....
Flashback ON
Edmund berjalan santai menuju dapur. Dia merasa bosan dan ingin makan cemilan. Saat tiba disana, dia menemukan koki Istana yang terlihat sedang membuat kue.
"Ress, bisa tolong buatkan aku apple pie?" Pintanya santai. Mood nya Dalam keadaan bagus hari ini. "Baik, Yang Mulia!" Jawab sang koki, Ress.
Tap tap tap.
Langkah kaki kecil yang sedikit tergesa-gesa berjalan kearahnya. "Ress, apa kue ku sudah matang?" Rupanya itu Eva. "Sedang di panggang, Yang Mulia. Butuh sekitar satu jam agar bisa matang." Jelas Ress.
"Akan kutunggu." jawabnya mendudukkan diri di salah satu kursi disana. Edmund yang melihatnya juga ikut duduk disebelahnya.
"Apa yang kau pesan?" Tanya Edmund. "Aku minta dibuatkan Cheesecake." jawab Eva. Mood mereka berdua nampak baik. Mungkin ini hari pertama mereka tanpa bertengkar.
Satu jam berlalu, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh dari dua remaja beda umur itu disana. Mereka hanya beberapa kali bercerita, lalu mencicipi sedikit buah-buah yang dihidangkan di atas meja.
Ress nampak membawa sebuah kue. Dihiasi oleh selai blueberries di atasnya. "Wah! Jadi!" seru Eva senang. Akhirnya bisa makan juga.
Lalu Ress pergi dan kembali membawa kue yang lain. Aroma apel tercium oleh hidungnya. "Hei, apa itu Apple pie?" tanya Eva. Gawat, dia jadi tidak menginginkan cheesecakenya.
"Iya, kenapa?" Heran Edmund karena melihat Eva yang lebih fokus melihat pie miliknya. Oh! Apa penyihir ini menginginkan pienya?
"Apa boleh kita barter? Aku mengambil piemu, kuberikan cheesecakeku?" Tawar Eva. Masih memandang intens pie itu. "Tidak, Terima kasih. Tapi kalau kau mau mencobanya sedikit, tidak masalah." Lihat Eva, Edmund sedang berusaha bersikap baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Witch of Narnia [END]
Fanfiction~ ENDING ~ The Chronicles of Narnia Fanfiction Eva ialah kakak kandung dari Jadis. Dirinya dibawa oleh Aslan dari Charn ke Narnia sebagai Penyihir Agung Narnia. Juga untuk menuntaskan sumpah yang pernah ia ucapkan saat melawan Jadis. Ia mengikut...