Season 2 | Bab 5

451 55 3
                                    

Masalah
.
.
.
E

njoy

Hari ini adalah hari kunjungan ke wilayah. Eva dan Edmund tengah sibuk mempersiapkan bekal untuk kepergian mereka dipagi buta. Hanya saja, ada sedikit keributan lagi diantara keduanya.

"Aku tidak mau!" Seru Edmund sembari mengusap pelan kuda miliknya. "Come on! Kita bisa selesai berkunjung dalam waktu satu hari jika menggunakan teleportasi!"

Benar. Eva dan Edmund tengah adu mulut di kandang kuda untuk berdebat akan menggunakan sihir Eva atau tidak.

Para kuda berbicara yang melihat mereka hanya menatap mereka malas. Mulai lagi. Pikir para kuda.

Tidak ada yang berani menyuarakan pikiran, takut kena semprot juga.

Eva sering bepergian dengan sihir. Sedangkan Edmund tidak. Dia lebih suka berkuda dan melakukan hal normal lain layaknya manusia biasa. Ketimbang menggunakan hal-hal praktis milik sihir Eva. Teleportasi contohnya.

Edmund memutar bola matanya kesal. Dia lalu menarik lengan Eva menjauh dari kerumunan kuda yang bisa bicara menuju ketempat yang lebih sepi. "Kau benar-benar mau menggunakan sihir-sihir itu?" Sang pria melepaskan tangannya.

"Tentu! Kenapa tidak? Lagipula ini lebih praktis." Eva bersedekap dada. Edmund mengacak surainya kasar dan berjongkok menundukkan kepala. Dia merasa kesal. Tapi tidak mau mengacaukan perjalanan ini dengan kembali bertengkar dengan Eva.

"Kita tidak boleh membuang begitu banyak waktu! Berkuda ke sana membutuhkan waktu hampir seharian." Eva membujuk untuk menggunakan sihirnya.

Edmund masih menggeleng menolak. Jujur dia masih trauma dengan sihir milik Jadis. Dan entah kenapa sihir milik Eva selalu mengingatkannya tentang Jadis. Itulah kenapa dia tidak mau menggunakan sihir.

Eva berdecak kesal. Kalau begini terus tidak akan ada habisnya. Dia dan Edmund sama-sama keras kepala. Jika keduanya tidak ada yang mau mengalah, maka kunjungan ini tidak akan berjalan lancar.

Sang gadis menghela napas lelah. Dia memutuskan untuk mengalah. "Baiklah. Kita akan berkuda sesuai keinginanmu. Lagipula aku masih berhutang budi. Jika bukan karena kau, aku tidak akan bisa mencari pegasus itu."

Edmund mengangkat kepalanya. Senyum cerah terpantri diwajahnya. "Nah begitu, dong."

***

"A-apa-apaan..."

Netra hijaunya mengecil melihat pemandangan mengerikan didepan mata. Rumah salah satu penduduk di wilayah Edmund hancur lebur.

"Siapa yang melakukan ini?" Edmund menurunkan diri dari sang kuda. Berjalan pelan menuju rumah yang tersusun dari ranting-ranting pohon itu. Eva mengikuti gerakannya. Turun dari kuda dan melangkahkan kaki menuju rumah itu.

Mr. dan Mrs. Beavers, sang pemilik rumah keluar dengan takut. "Y-Your Highness!" Seru mereka bersamaan. Nampak ekspresi lega di wajah mereka.

"Apa yang terjadi Mr. Beavers?" Eva bertanya menghampiri mereka dengan raut khawatirnya.

"K-kami diserang, Yang Mulia. Semalam, tiba-tiba saja ada yang datang dan menghancurkan atap rumah lalu pergi membawa dua anak kami." Sang istri, Mrs. Beavers menutup wajahnya menahan tangis.

"Apa kalian melihat siapa yang menyerang?" Tanya Eva khawatir. Mr. Beavers menggeleng. "Semalam begitu gelap karena dia menyerang ketika lilin dan lentera api telah dipadamkan. Tapi saya yakin makhluk itu bersayap! Dia terbang. Dan... Dan matanya mengerikan."

High Witch of Narnia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang