"Keterlaluan kamu, Rene!" Seorang pria berumur akhir dua puluhan tiba-tiba berteriak. Suaranya menggelegar di tengah kesunyian rumah mewah yang telah menjadi tempatnya bernaung sejak enam tahun terakhir. "Bukannya ngurus anak, jam sembilan malam malah baru pulang!" Serunya lagi.
Irene, wanita yang menjadi objek kemarahan pria itu kontan menggeleng dengan cepat. "Mas, aku ada alasan kenapa baru pulang jam segini. Kamu tolong dengerin aku dulu," pintanya. Jantungnya sudah berdebar-debar, sekuat tenaga menahan isak tangis yang dapat lolos kapan saja dari mulutnya. Ini pertama kalinya Irene merasa sangat ketakutan menghadapi seorang Arsuho Chandrajaya yang notabene adalah suaminya sendiri.
"Halah!" Suho menepis tangan Irene yang berusaha meraih lengannya. Kemarahannya semakin menjadi-jadi. "Apapun alesan kamu, keep it to yourself. Kamu gak tau kan, kalau Yeri tadi ketabrak mobil pas nungguin jemputan kamu? Anak kita koma, Irene, dan kamu gak bisa dihubungin sama sekali! Ponsel kamu gak aktif! Ibu macam apa kamu?!"
Bagai disambar petir, Irene sontak membatu. Informasi yang baru saja dia dengar cukup untuk membuat jantungnya berhenti berdetak selama beberapa saat.
Demi Tuhan, Irene tidak salah dengar, kan?
"Ap-apa, Mas?" Cicit Irene akhirnya setelah mereka dilingkupi kesunyian yang menyesakkan. "Y-yeri kenapa?" Tangannya kemudian bergerak mengguncang lengan kekar Suho, menuntut penjelasan lanjut dari sang suami. "Anak kita kenapa, Mas... Kamu jangan diem kayak gini. Kasih tau aku Yeri kenapa..."
Suho bergeming. Tatapannya nanar. "Anakku, bukan anak kita."
"Maksud kamu, Mas?"
"Mulai sekarang, Yeri cuman anakku. Irene, aku mau kita pisah."
"Mas Suho!" Teriak Irene tidak terima. Tangisnya pecah. "Enggak, aku nggak mau!"
"Aku gak mau Yeri punya ibu yang gak bertanggung jawab kayak kamu. Kita pisah," ucap Suho final. "Untuk surat perceraiannya akan pengacaraku urus besok."
"Mas--"
"--Keluar dari rumahku, Rene. Pergi dan jangan pernah muncul dihadapan aku ataupun Yeri. Pergi."
Perintah itu mutlak, dan Irene tidak dapat lagi menemukan kekuatan di dalam dirinya untuk menolak. Percuma. Irene paham. Kekuasaan Suho begitu besar sehingga apapun yang Irene rencakan untuk menemui Yeri akan berakhir sia-sia.
Maka malam itu, Irene melangkah pergi dari istana kecilnya dengan isak sendu yang terdengar begitu pilu. Dia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal kepada anak sewata wayangnya yang tengah meregang nyawa di rumah sakit.
Irene pergi, tanpa menyadari ada kehidupan lain yang tumbuh di dalam dirinya yang akan turut berjuang menanggung luka di kemudian hari.
JUICY
Surene featuring Yeri & Karina
written by JeybenedictStarted 21/02/2021
Finished 12/06/2022Welcome to my impulsive writing. Gon' be so alay haha.
Work ini tuh bakal beda banget sama tulis-tulisanku sebelumnya. Kayak, apa ya, lebih komersil(?) ceile hahahha. Intinya jangan ekspektasi tinggi-tinggis because Juicy cuman bentuk pelepas penat aku aja yang ditulis seadaanya, bukan work serius yang plotnya aku pikirin mateng-mateng. Jadi, aku harap kalian yang bacanya santai juga kayak aku.
Enjoy and happy readin!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Juicy
Fiksi Penggemar[SELESAI] Suho dan Irene bercerai. Ada Yeri yang menjadi korban. Dan lahirlah Karina yang ikut menanggung beban. Juicy, a Surene fanfiction featuring Yeri & Karina © Jeybenedict, 2021