Single Parent (1)

499 58 10
                                    

Bagi Joohyun, menjadi single parent adalah pekerjaan yang memerlukan tanggung jawab yang sangat besar. Tak hanya menjadi sosok ibu, Joohyun juga harus menjadi sosok ayah bagi Soobin. Anak laki-laki semata wayangnya yang tentunya Joohyun sayangi.

Terkadang, ia memang sangat lelah dengan hidup. Bahkan ia pernah pulang dengan keadaan mabuk berat.
Hingga membuat Jihyun berceloteh, "Mama bau ih." Begitulah kira-kira yang di celotehkan oleh Soobin. Namun, Joohyun tersenyum dan menghujani anaknya dengan ciuman hingga Soobin yang tak tahan dengan bau alkohol meronta ingin melepaskan diri.

Dan pagi ini, seperti biasa. Ia menyiapkan sarapan dan bekal untuk Soobin. Mengingat Soobin masih duduk dikelas playgroup.

"Jihyun-a. Ayo sarapan." Ujar Joohyun membangunkan Soobin yang masih terlelap. Soobin hanya molet sebagai respon.

"Hey anak nakal. Ayo bangun. Mama sudah siapkan telur mata sapi kesukaanmu." Ujar Joohyun lagi. Kali ini ia menepuk-nepuk pipi Soobin.

"Nggg." Sekali lagi. Soobin mengulet. Namun kali ini ia membuka matanya.

"Ma." Panggil Soobin sambil menatap mamanya.

"Apa sayang?" Joohyun menatap anaknya dengan lembut.

"Apa aku tidak punya papa? Apa aku anak halam?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir mungil itu membuat Joohyun mengkerutkan dahinya.

"Apa maksudmu nak? Kenapa tiba-tiba mengatakan itu?"

"Umm. Mingyu yang mengatakannya kemarin. Dan Coobin bermimpi kalau Coobin akan dijauhi karena tidak memiliki papa." Joohyun terkejut mendengarnya. Mata Soobin berkaca-kaca mengingat mimpi yang mengerikan baginya itu. Joohyun pun memeluk erat putranya itu karena tidak kuat melihat Soobin yang sudah mengeluarkan air matanya itu.

"Itu tidak benar sayang. Kamu punya papa. Tapi dia sudah meninggal. Mama yakin dia melihat kita dari atas sana. Kamu percaya mama, kan?" Soobin mengangguk.

"Coobin ngerti,Ma. Tapi Coobin juga mau ceperti teman-teman Coobin yang dijemput papanya." Joohyun melepaskan pelukannya untuk melihat sang anak. Joohyun menghapus air mata Soobin dan kembali memeluk anaknya itu.

***

Setelah mengantar Soobin sekolah, Joohyun menjatuhkan dirinya di kursi kerja  kantornya. Tangan lentiknya pun menyalakan komputernya.

Joohyun bersandar sambil menunggu komputernya. Seketika ia mengingat ucapan Soobin tadi pagi. Sebenarnya tidak hanya saat itu, ia bahkan memikirkannya sepanjang perjalanan dari rumah. Jujur, hal itu membuat Joohyun sedih terlebih hal itu menyangkut anaknya.

"Eonni." Suara itu membuyarkan lamunan Joohyun.

"Oh, Sooyoung-a. Ada apa?" Ujar Joohyun sambil membenarkan posisi duduknya.

"Eonni kenapa? Sepertinya sedang banyak pikiran. Ayo ceritakan padaku. Daripada kau pendam sendiri. Setidaknya biar sedikit lega." Sooyoung menarik kursinya mendekati Joohyun dan duduk dengan tatapan khawatir.

"Tidak apa. Aku hanya berpikir nanti di rumah mau masak apa. Jangan khawatir." Bohong Joohyun. Mana mungkin ia menceritakan hal itu pada Sooyoung yang notabene belum merasakan menikah.

"Eonni bikin kaget aja. Aku kira ada masalah serius. Oh iya, Soobin bagaimana kabarnya? Sudah lama aku tidak mengunjunginya."

"Dia baik-baik saja dan bertambah berat badan yang membuatnya begitu menggemaskan. Kau mau lihat?" Sooyoung mengangguk antusias. Joohyun pun mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Soobin yang terlihat chubby itu.

"Ya ampun. Tanganku gatal ingin mencubitnya." Ujar Sooyoung sambil menggenggami tangannya yang seakan ingin mencubit anak Joohyun itu. Joohyun pun terkekeh melihat Sooyoung.

[JINRENE Oneshot Collection] Our Love Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang