Seokjin bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit ternama di Seoul. Profesinya yang sudah ia tekuni selama kurang lebih empat tahun ini membuatnya bertemu dengan bermacam-macam pasien. Namun hari ini, ia harus mengurusi seorang pasien dengan penyakit yang lumayan langka yang sudah selama satu tahun itu karena dokter sebelumnya ada urusan keluar daerah.
Seokjin pergi ke ruangan nomor 191 dimana pasien itu di rawat. Ia dapat melihat ruangan besar khusus pasien VIP dengan seorang gadis terduduk di ranjang menghadap jendela.
Wajahnya pucat dan tampak tirus terpampang jelas. Dengan hati-hati, Seokjin mendekati gadis itu. "Bae Joohyun-ssi." Panggil Seokjin. Gadis itu pun menoleh padanya. Dan saat itu Seokjin mengetahui bahwa walaupun Joohyun ini pucat ia tetap terlihat cantik.
"Ya, Seonsaeng-nim." Jawab gadis itu dengan senyumnya yang lemah.
"Waktunya untuk pemeriksaan." Seokji tersenyum pada gadis itu sembari meletakkan ujung stetoskopnya di dada Joohyun.
Jarak antara Seokjin kini cukup dekat dengan Joohyun. Ia terpaku sejenak dengan kecantikan gadis itu. Pria itu bisa mendengar detak jantung gadis itu yang cukup teratur. Namun ia harus fokus dengan pekerjaannya. Seokjin memberikan hasil pemeriksaannya pada perawat yang menemaninya.
"Hasil pemeriksaan untuk saat ini ada perkembangan yang baik. Tetap minum obatmu dengan teratur, Joohyun-ssi" Joohyun mengangguk pelan.
"Iya, Dok." Jawab Joohyun yang kemudian kembali menatap keluar jendela.
"Kau boleh pergi lebih dulu, Suster." Seokjin kembali mendekat dan menyamai posisi Joohyun dan melihat apa yang di lihat gadis itu.
"Apa yang membuatmu tertarik di luar sana?" Ujar Seokjin di dekat telinga Joohyun. Joohyun sedikit terkejut dan tersenyum pada laki-laki itu dengan lembut.
"Dok, kau lihat pasangan kakek nenek disana?" Joohyun menunjuk dua pasangan lansia yang tengah saling bantu.
Dimana sang kakek tengah mendorong kursi roda dimana sang nenek berada. Pemandangan ini terlihat teduh. Bagaimana cara sang kakek dengan kasih sayang membuat sang nenek tersenyum.
"Melihat mereka membuat hatiku sejuk. Aku sampai berpikir apa aku bisa seperti mereka? Bahkan kekasih pun tak punya." Ujar Joohyun dengan sedikit merasa sedih.
Seokjin memandangi Joohyun dengan tatapan sendu. Ada perasaan hangat ketika gadis itu tersenyum. Namun ada rasa iri di senyumnya. Ia mungkin berfikir waktunya tak banyak karena penyakit kanker langka yang ia derita. Namun, bagaimana Seokjin bisa mengiburnya?
"Kalau begitu, apa kau mau berkencan denganku?" Joohyun menoleh pada Seokjin dengan wajah terkejut.
"Ye?"
"Kenapa? Kau tidak mau? Wah, kau menyia-nyiakan pria tampan sepertiku." Gurau Seokjin sembari membuat wajah cemberut. Joohyun tertawa melihat ekspresi Seokjin itu.
"Jangan bercanda, Dok. Kita baru bertemu kurang dari dua puluh menit."
"Saya tidak bercanda. Meski baru bertemu dalam waktu singkat, tapi aku janji akan membuatmu bahagia seumur hidupmu." Seokjin menatap Joohyun dengan tatapan serius.
Joohyun menatap Seokjin lekat-lekat. Entah mengapa jantung Joohyun berdebar-debar. Wajahnya yang pucat menyemburat warna merah di pipinya. Laki-laki di depannya ini tampak serius dengan kata-katanya
Namun, ada yang mengganjal dihatinya. Bagaimana pria itu dengan mudahnya mengajaknya berkencan di waktu mereka pertama bertemu. Tetapi nilai plusnya, ia tidak akan melihat dokter tua yang selalu memeriksanya untuk sementara..
"Saya serius." Ujar Seokjin lagi setelah menemukan tatapan tak percaya di mata cantik Joohyun. Keduanya terkekeh.
"Geurae. Ayo kita berkencan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[JINRENE Oneshot Collection] Our Love Journey
FanfictionJinrene Oneshot Story Kumpulan fanfic oneshot JINRENE by me