Pakeeeet

689 74 21
                                    

Note:
Bahasa nonBaku
Lokal vibe
Happy reading💜






***

"Pakeeeet!!"

Irene yang mendengar suara itu dengan semangat keluar kamarnya dan membuka pintu rumahnya.

Ini sudah ke satu tahun, Irene selalu menerima paket dari Kang Kurir yang sama. Lebih tepatnya, ia membeli barang agar bisa melihat terus kang Kurir yang mengantarkan paketnya itu.

Di depan pintu, sudah terlihat seorang laki-laki berseragam pengantar barang tengah menunggu pemilik paket membukakan pintu.

"Bang." Sapa Irene.

"Eh copot. Ih neng ngagetin aja." Ujar Si kurir.

"Padahal gue ga ada maksud buat ngagetin loh. Eh iya, ini minum dulu bang. Kasian abangnya cape nganterin barang." Ujar Irene sambil memberikan air sirup marjan rasa kelapa pada si kurir.

"Padahal saya baru jalan loh neng. Baru nganter paket ini."

"Ya gapapa, Bang. Anggep aja ngisi tenaga." Ujar Irene sambil tersenyum manis.

"Makasih deh neng. Jadi ngerepotin."

"Selow aja sih, Bang."

Irene menatap jakun kang kurir yang naik turun itu. Membuat Irene makin terpana oleh kang Kurir.

"Ganteng banget sih bang." Ujar Irene tanpa sadar.

"Eh apa neng?" Tanya bang kurir yang tadi hampir tersendak.

"Eh. Apa bang?"

"Malah balik nanya si neng. Tadi, saya denger neng bilang saya ganteng."

"Umm... Anu..."

"Selow aja neng. Banyak kok yang bilang saya ganteng. Bahkan ada yang bilang saya mirip Seokjin. Yang artis Korea itu. Oh iya waktu itu juga ada yang nembak tapi saya tolak."

"Loh kenapa bang? Udah punya istri, ya?" Tebak Irene. Si Kurir menggeleng kepalanya.

"Saya mah single neng. Tapi saya ini sadar diri neng saya siapa."

"Kok gitu sih bang? Jadi orang jangan selalu liat diri sendiri. Kadang juga harus liat orang lain. Kalo gitu mah kapan dapet pacarnya."

"Gitu ya neng? Yaudah mulai saat ini saya liat orang lain juga deh." Si kurir itu menatap Irene dan membuat gadis itu menghela napasnya.

"Bukan itu maksudnya, Bang. Gemes banget sih abangnya. Jadi pengen memiliki."

"Terus gimana neng?"

"Jadi, misalnya ada orang yang nembak harusnya diterima aja. Siapa tau jodohnya abang, kan. Misalnya--" Irene menatap lurus sang Kurir matanya pun berbinar. "Bang, jadian sama neng, yuk. Neng suka sama abang dari dulu."

"Iya hayuk neng. Gitu, neng?" Irene diam sejenak.

"Iya gitu, bang. Atau ga tembak duluan aja kalo abang suka sama seseorang. Siapa tau diterima. Oh iya Abang namanya siapa?"

"Saya Jean, Neng. Jadi saya boleh dong nembak Neng?" Irene melongo. Berusaha mencerna kata-kata dari kang Jean.

"Gimana gimana maksudnya?"

"Saya suka sama Neng. Walaupun saya cuma kerja jadi kurir, gapapa ya, Neng. Yang penting halal." Irene berkaca-kaca. Sebenernya, gadis itu memang ingin mengatakan perasaannya yang ia bendung selama ini. Dan siapa sangka, kang kurir ini memiliki perasaan yang sama padanya.

Disaat mereka sedang tersipu, tiba-tiba saja Wendy, tetangga Irene menghampiri mereka berdua.

"Loh Pak bos ngapain disini? Kok pake seragam kurir? Bapak merambat jadi kurir juga ya pak?"

Jean membelalakkan matanya dan membekap gadis itu agar diam.

"Loh? Mbak Wendy kenal?"

"Iya. Ini Bosku di kantor. Saya juga bingung kenapa si bapak beralih jadi kurir. Pantes aja ga pernah keliatan akhir-akhir ini."

Irene memgalihkan padangannya pada Jean yang mulai keringat dingin. Menuntut penjelasan.

"Anu.. Waktu itu, saya memang lagi bosen sama kerjaan kantor. Jadi saya nyoba jadi kurir. Dan paket yang saya antar pertama kali ke rumah mbak Irene. Dan saat itu, saya mulai suka sama Mbak Irene." Wendy ber-Oh ria. Sedangkan Irene mengangguk paham.

"Jadi, mbaknya masih mau nerima saya, kan?"

Irene pun tersenyum dan mengangguk. Membuat laki-laki itu berjingkrakan kesenangan. Sedangkan Wendy hanya menatap aneh.

"Punya bos kok aneh gini, ya."

***

Haiiii gaissss
Maaf ya kali ini ceritanya pendek. Soalnya mendadak lewat ide ceritanya.
Krisarnya boleh dong biar membangung Jiwa mau nulisku.😂

Pokoke happy reading😘

[JINRENE Oneshot Collection] Our Love Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang