Kalian tau segimana ribetnya saat menyiapkan sebuah pernikahan? Bahkan membuat beberapa pasangan bertengkar karena perbedaan pendapat. Atau malah bertengkar dengan camer. Begitu pun yang di alami gue dan calon suami gue, Seokjin.
Sebagai contoh....
"Sayang, kita nikah di enam-enam ya. Cantik banget tanggalnya."
"Kita mau nikah apa event Syopi yang? Nunggu tanggal cantik."
"Emang syopi doang yang nunggu angka cantik. Kita juga dong."
"Gimana kalo tujuh-tujuh?"
"Gapapa yang. Yang penting gampang diinget."
"Yaudah tujuh-tujuh aja ya."
"Oke. Awas aja sampe kamu ga inget."
"Mana mungkin sayang. Kan udah tanggal cantik." Gue pun seneng dengan tanggal yang akan kita pilih, hingga camer datang memporak porandakan semua.
"Jadinya tanggal berapa, Sayang?" Tiba-tiba mama Seokjin datang menghampiri kami yang berada di taman belakang.
Iya gue lagi main di rumah Seokjin sekalian nentuin tanggal dan sebagainya.
"Tanggal tujuh-tujuh, Tante." Kata gue dengan senyum yang paling cantik.
"Loh, kenapa ga pas ulang tahun mu atau ulang tahun Seokjin biar gampang diinget?"
"Gapapa Tante, ini juga gampang diinget, Kok."
"Kan biar makin spesial ulang tahun kalian. Selain bisa ngerayain ultah juga bisa sekalian ngerayain hari pernikahan." Jelas camer.
"Iya juga, ya. Kalo pake ultahku masih lama. Apalagi ultahmu. Taun depan. Gimana yang?" Tanya Seokjin yang menopang dagunya.
"Yang. Tadi kita udah sepakat loh." Bisik gue.
"Iya kan, Jin? Biar ultah semakin spesial." Kompor Camer. Gue menatap Seokjin dengan penuh harap.
"Ulang tahun ku aja deh yang. Atau besoknya."
"Wah., kayak ultah Soobin dong." Ujar Camer. Gue lantas menatap tajam pada Seokjin dan tentunya tanpa sepengetahuan mamanya.
"Gapapa kan sayang?" Tanya Seokjin tanpa bersalah.
"Yaudah kalian omongin dulu aja berdua, Mama masih ngurus Soobin belom makan soalnya." Pamit sang Mama yang kemudian masuk ke dalam rumah.
"Gimana yang?"
"Tau ah. Pikir aja sendiri." Rajuk gue. Diperjalanan pulang pun gue masih komat kamit karena kesal sama Seokjin. Hingga...
"Udah dong, Yang. Jangan ngambek. Iya deh kita nikah tanggal tujuh-tujuh. Tadi aku cuma bercanda kok." Ujar Seokjin pada akhirnya.
"Terserah kamu deh. Bodo amat aku." Begitulah hingga sampai rumah. Yang pada akhirnya Seokjin bertingkah menggemaskan yang sama sekali tidak bisa di hindari. Akhirnya kami memastikan tanggal tujuh-tujug hari pernikahan kami.
Dan tentunya pertengkaran-pertengkaran itu tak sampai disitu saja. Seperti...
"Sayang, aku liat deh. Cantik banget gaunnya." Ujar gue sambil memutarkan tubuh di hadapan calon suami. Namun, Seokjin hanya menatapnya datar bahkan cenderung ga suka. Nyebelin!
"Apaan tuh? Masa mau nikahan pake mini dress. Mana modelnya kayak naik awan. Ga. Ga. Ganti!" Bisa bayangin ga muka si pemilik butik? Iya. Dia cuma bisa senyum-senyum kikuk. Gue yang malu!!
Gue yang lagi nggak mau berantem pun masuk lagi. Mengganti pakaian, juga hairstyle yg mengikuti style dressnya.
Sebelum keluar, gue menarik napas dalam. Percayalah, gaun tadi bukan satu-satunya yang mendapat kritik dari Seokjin. Bahkan gue udah bolak balik ganti gaun tujuh kali!! Kalo ga sayang udah gue gulingin ke jurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[JINRENE Oneshot Collection] Our Love Journey
FanfictionJinrene Oneshot Story Kumpulan fanfic oneshot JINRENE by me