Him (1)

500 48 14
                                    

Tampan, pintar, kaya, dan populer. Itu adalah kriteria para gadis di sekolah Bangtan school. Namun, rata-rata laki-laki disekolah hanya mempunyai dua dari empat kriteria itu.

Eits. Tapi tidak dengan geng Black Swan. Terutama sang ketua, Kim Seokjin. Laki-laki itu mempunyai empat kriteria itu. Dan tentunya, Seokjin dan kawan-kawannya menjadi laki-laki idaman di sekolah layaknya seorang pangeran.

Sayangnya, keempat kriteria itu tidak berlaku dengan Joohyun. Gadis kutu buku yang selalu duduk di sudut kelas.

Joohyun yang selalu kesal dengan Seokjin karena tidak terima nilainya dibawah Seokjin, selalu mencari gara-gara dengannya.

Contohnya, hari ini. Ketika kertas ujian di bagikan. Joohyun mendapat nilai 95. Sedangkan Seokjin mendapat nilai 100.

"Wah. Lo 95 lagi. Hebat banget lo. Ajarin kek." Ujar Hoseok yang tiba-tiba berada di belakangnya. Namun alih-alih menjawab. Joohyun menatap sinis si cowok populer disana yang sudah di kelilingi manusia-manusia picik.

Joohyun yang muak lantas berdiri dan meninggalkan kelas.

BRAK!!

Pintu UKS dibuka dengan keras. Membuat penghuni di dalamnya terlonjak kaget.

"Ya ampun Joo. Bisa gak sih tenang dikit." Ujar Seungwan sambil mengelus dadanya.

Joohyun yang kesal lantas berbaring di salah satu ranjang di sana.

"Wan, gue kalah saing lagi." Ujar Joohyun.

Seungwan yang tau maksudnya lantas mendekati gadis itu dan menepuk-nepuk punggung gadis itu.

"Hiks.. Hiks.. Gue pasti diomelin lagi sana mama. Hiks." Lanjut gadis itu sambil sesunggukan.

"Mau nginep dirumah gue?" Ujar Seungwan menawari. Tiba-tiba saja salah satu gorden yang semula tertutup, kini dibuka dan menampilkan seorang cowok tampan yang mengerutkan dahinya.

"Yang, kan kita mau nonton." Ujar cowok itu.

"Yoon, dia butuh tempat curhat. Ngertiin ya, sayang." Pinta Seungwan yang dibalas dengan helaan napas.

"Gue gapapa kok. Gue pulang aja hari ini." Ujar Joohyun.

"Lo gapapa?" Tanya Yoongi meyakinkan. Joohyun pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban bahwa ia benar-benar baik-baik saja.

"Kalau gitu tidurlah. Nanti gue bikin surat ijin sakit."

"Thanks Wan."

Langit kini berubah menjadi jingga. Dan anak-anak hampir semua sudah meninggalkan kelas.

Seseorang kini membuka pintu UKS dan berjalan mendekati ranjang dimana Joohyun masih tertidur.

Orang itu duduk disisi ranjang. Tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya.

"Pasti hari ini bakal jadi hari yang berat buat lo. Maaf." Ujar orang itu.

Setelah puas memandangi Joohyun, ia pun berdiri dan meninggalkan ruangan. Dan disaat itu, Joohyun membuka matanya. Manatap gorden dengan nanar.

***

Joohyun berjalan pulang sambil menendang-nendang kerikil dengan lesu. Tak jarang ia menghebus napasnya kasar. Ia bahkan tak ada keinginan untuk pulang. Ia dapat merasakan pukulan-pukulan yang menyakitkan dari sang mama karena nilainya yang dianggapnya buruk.

Langkahnya terhenti kala melihat sebuah taman bermain yang sepi. Ia pun memasuki taman bermain itu dan duduk di salah satu ayunan. 

"Kenapa sih hidup gue ga kayak orang lain? Kayaknya orang lain hidupnya damai damai aja. Kenapa harus gue? Dan kenapa ada si cecunguk itu?" Ujar Joohyun bermonolog. Ia yang merasa frustasi, mengacak-acak rambutnya.

[JINRENE Oneshot Collection] Our Love Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang